Pierre memandang Anna dengan rasa penasaran
`Kita seperti butir-butir hujan itu, anak-anak hujan yang lahir dari langit, murni. Tapi kemudian Tuhan memilihkan tempat dimana mereka harus jatuh. Di tempat berlumpur, jalanan, atau bahkan di dalam sekuntum bunga. Butir-butir yang menyerupai masyarakat manusia. Mereka membawa cerita mereka sendiri-sendiri.` Anna menjentikkan jarinya membuang basah. Lalu ia menelusupkannya dengan pelan ke balik belahan jas hitamnya menyentuh dadanya.
Mata Pierre berkilat-kilat. Dulu sewaktu kuliah ia pernah ikut kelompok teater dan akrab dengan sajak-sajak Paul Eluard. Que voulez-vous nous etions desarmes, Que voulez-vous la nuit etait tombee,Que voulez-vous nous nous sommes aimes. Apa boleh buat kita tanpa senjata, apa boleh buat malam telah tiba, apa boleh buat kita saling bercinta. Ia memang tidak memiliki senjata apapun kecuali kekuatan fisik untuk memaksa Anna tapi ia juga tidak ingin membuang kesempatan lain, bercinta dengan Anna.
Pikirannya melayang-layang. Bayangan masa muda sesaat belum menikah. Menikmati percintaan dengan perempuan yang baru saja dikenalnya sehabis pulang dari kampus. Ataupun bersama teman-teman menghabiskan malam di bar-bar murahan dan menggoda gadis-gadis berdada montok yang berseliweran. Betapa mengasyikkan. Seperti permainan fikiran. Mereka-reka apakah sebenarnya yang ada dalam diri seorang gadis sehingga degup jantungnya bertambah kencang ketika mereka sekedar membalas rayuan yang mereka berikan. Rahasia yang tersembunyi dalam seorang gadis. Ya itulah yang membuatnya begitu bersemangat. Tindak tanduk Anna. Semua tingkahnya begitu terbuka. Seperti menawarkan kebahagiaan baru yang demikian rahasia. Walaupun baru saja bertemu tapi getar itu demikian hebat. Anna, seakan-akan perempuan yang menyerahkan dirinya utuh untuk di relief. Aturan main akan ditentukan oleh dirinya. Pasrah dijadikan lahan permainan laki-laki tergoda. Seperti waktu itu ketika ia masih melajang, bersama teman-teman menebak-nebak isi hati perempuan yang mereka inginkan menjadi kekasih. Ia begitu yakin Anna berusaha menariknya, memikatnya dengan tawaran, `Ayo siapakah aku. Carilah tahu siapa diriku sebenarnya`.
Anna sudah tahu semuanya. Lelaki itu menginginkan dirinya. Umpan kerapuhan yang ia tawarkan telah memikat kuat. Kail pancing dengan umpan terhebat. Rahasia dan godaan.
Jam kota berdentang sebelas kali. Jalanan semakin sepi. Tapi hujan belum berhenti.
Pierre memutar kepalanya. Rencananya berubah. Mungkin lebih baik jika ia sedikit bermain-main dengan Anna. Yang harus ia lakukan adalah mengajak perempuan itu ke hotel dekat Tutrakan. Memaksanya melucuti pakaian dan bercinta dengannya. Lalu meninggalkan perempuan itu begitu saja.
`Kau sedang memikirkan sesuatu, Pierre?`
Seperti tertangkap basah merencanakan sesuatu, Pierre mengelak.
`Tidak , tidak. Aku suka dengan kata-katamu yang tadi`
`Pengalaman hidup, kau mengerti itu bukan?` Anna melanjutkan.