Mohon tunggu...
Oktarano Sazano
Oktarano Sazano Mohon Tunggu... -

pencari hikmah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen : Lelaki yang Berteduh

29 Januari 2011   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

`Aku juga merasa begitu , hidungku terasa dingin dan mengeras`

Dalam temaram hujan Pierre mendapati wajah Anna yang penuh dan kilauan kebiruan yang melekat di ujung telinganya. Jelas itu sebuah anting dengan permata yang besar. Tentu harganya tidak murah. Puluhan ribu Lev atau bahkan ratusan ribu!

Sel kelabu di kepala Pierre bekerja dengan cepat. Tidak perlu analogi yang rumit untuk membuatnya mengerti kesempatan yang tidak datang dua kali. Hujan yang kesetanan membangkitkan semua keberanian Pierre.

Pierre memperhatikan Anna lebih lekat. Menyusun rencana.

Anna bisa merasakan perubahan itu. Wajah Pierre yang sempat kebingungan menjadi tajam saat memandang dirinya. Ini bukan kebetulan yang disengaja. Mereka hanya berdua, terperangkap dalam hujan dan ia tidak tahu persis dengan siapa ia berbicara. Yang ia tahu Pierre seorang laki-laki dan laki-laki dimana-mana sama saja! Seperti anjing mereka menggigit siapapun yang mereka inginkan. Jika saat ini tidak hujan mungkin ia sudah aman di Bucharest atau bahkan Praha.

Aman, ya aman. Aman dari kejaran orang-orang yang ingin menghabisinya. Dua belas jam yang lalu ia berhasil kabur dari cengkraman Rosemary setelah membunuh lelaki hidung belang yang dikenalnya seminggu lalu. Lelaki gendut penuh lemak yang tidak tahu diri. Memukulnya setiap kali ada kesempatan berkencan. Kejinya Rosemary memaksanya terus melayani lelaki tadi, ia tahu tubuhnya adalah ladang yang siap digarap dan Rosemary adalah petaninya. Mengisi kantung-kantung dengan uang hasil perzinahan.

Akhirnya pada suatu kesempatan ia memperoleh celah kebebasan itu. Satu malam di Sofia di sebuah hotel berbintang empat ia menghabisi pelanggannya dengan cara menggorok lehernya. Kematian yang pantas buat anjing. Ia suka idenya anjing, ketamakan dan membunuh. Secepat kilat ia berkemas dan membawa semua yang ia miliki. Rencananya ia ingin memulai hidup lagi. Menjadi perempuan baik-baik di tempat yang tak seorangpun mengenalnya. Ia meninggalkan Sofia dan melewati Zlatitsa, Troyan, menembus lembah pebukitan untuk sampai di Lovec, melanjutkan menuju Byala dan tiba di Ruse. Ia menghirup udara basah. Jika bukan karena hujan maka hanya tinggal satu jam saja dan ia akan sampai di Giurgiu, Rumania.

Anna Bashkehayova, seorang perempuan di umur pertengahan dua puluhan. Memberikan kenikmatan yang tentunya dengan imbalan yang layak. Pelacur, kata orang-orang di luar. Tapi ia tidak ambil pusing. Kehidupan begitu keras dan menjadikannya tegar. Dulu ia memang polos namun sekarang dia perempuan matang. Yang mengerti bagaimana menampilkan godaan agar lelaki terpikat. Telah dipelajarinya gelagat yang bisa membuat lelaki bertekuk lutut.

`Kapan temanmu akan menjemputmu?`

Pierre menahan intonasinya terdengar wajar. Ia ingin Anna tidak merasa terganggu. Hanya dengan menjadi lelaki baik maka ia akan mendapatkan perempuan muda itu dengan mudah.

`Aku tidak tahu. Sebenarnya aku merasa sedikit takut di sini.` Anna merendahkan nada suaranya, terdengar seperti meminta naungan. Ia sempat memperhatikan Pierre , pria dewasa tanggung , sedikit berbau alkohol. Laki-laki rumahan yang bosan dengan kehidupan pernikahan yang datar. Semula ia ingin mencoba lebih manis, mengecoh Pierre menjadi perempuan yang sedung menunggu. Tapi tatapan matanya yang berubah membuatnya mawas diri. Seperti kelinci ia dilumat oleh mata srigala yang haus akan sesuatu. Ia akan memainkan peran menjadi perempuan muda penggoda kelas atas dan akan memberi Pierre pelajaran. Ketika lelaki itu sudah tunduk maka ia bisa memanfaatkan Pierre untuk menyeberang perbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun