Mohon tunggu...
Syyda
Syyda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Believe that you can

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembuktian

18 Februari 2023   11:46 Diperbarui: 18 Februari 2023   11:52 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boleh, oh iya panggil Ziya aja."

Mbak Nadia terkekeh, "Oke, Ziya. Jadi saya pengennya gini..."

Mbak Nadia menjelaskan detail kue pernikahan yang ia inginkan. Aku memegang tab untuk menggambarkan kira-kira bagaimana model kue yang cocok. Sesekali aku tunjukkan hasilnya dan dia akan mengomentari atau memberi revisi di bagian yang kurang sesuai.

Ya, hari ini aku meeting untuk bertemu klien yang memesan wedding cake. Sekitar satu tahun setelah Zi Bakery buka, aku mulai melebarkan sayap untuk menerima pesanan-pesanan cake. Mulai dari acara ulang tahun, wedding, anniversary, dan acara lain sesuai pesanan customer. Kalau memungkinkan akau pasti akan mengajak si pemesan bertemu secara langsung. Tapi kalau sekiranya pemesan dari luar kota dan tidak memungkinkan bertemu, aku mengambil jalan tengah untuk berdiskusi via online.

"Sempurna!!" komentar mbak Nadia pada desain terakhir yang aku tunjukkan. Ia mengamati detail gambar kue itu sebelum akhirnya kami berjabat tangan tanda sepakat dengan keputusan desain akhir. Sebelum pertemuan ini berakhir, kami sempat ngobrol beberapa hal. Namun perbincangan terhenti saat aku mendapat panggilan dari toko untuk segera kembali. Katanya ada pelanggan penting yang ingin bertemu. Aku berpamitan pada mbak Nadia dan menyisipkan doa untuk kelancaran acara pernikahannya.

"Eh, maaf maaf. Saya nggak sengaja"

Aku berhenti seketika saat segelas kopi panas menumpahi tangan, baju, bahkan sampai kakiku. Panas. Kepalaku terangkat saat sebuah tisu disodorkan, sembari mengamati wanita yang tadi menabrakku, aku membersihkan bekas kehitaman di bagian lengan baju.

"Nggak papa mbak, maaf saya juga nggak hati-hati" ucapku sebelum berpamitan dan pergi dari sana.

Di jalan menuju Zi Bakery aku memikirkan wanita tadi. Wajahnya cukup familiar. Apa kami pernah bertemu sebelumnya? Atau kita justru saling mengenal. Tapi dia siapa? Sungguh pikiranku masih belum beralih sampai aku masuk ke toko kue.

Namun semua rasa penasaran tadi hilang saat kakiku melangkah memasuki Zi Bakery. Ruangan cukup luas yang biasanya ramai pengunjung ini mendadak sepi, dan digantikan dengan hiasan-hiasan khas pesta. Ada balon, pita-pita dan tulisan "Happy Birthday Ziyane Arshana" di tembok dekat kasir.

Di depanku berdiri ada sebuah meja kecil dengan kue ulang tahun yang dikelilingi beberapa orang. Ada ibu, mbak Heni, Rafa, dan karyawanku yang lain. Dan ah, sosok itu. Lelaki bertubuh tegap dengan mata elang itu tersenyum menatapku dalam. Aku mendekat kepada mereka, meniup lilin berangka 25 lalu memeluk ibu. Wanita hebat yang selalu berjuang untuk aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun