Mohon tunggu...
Sayyidal Jamat
Sayyidal Jamat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sakola Desa

Berani menulis untuk mengupayakan pertumbuhan pendidikan melalui Balai Sakola Desa 5.0 sebagai wahana edu-aksi semua elemen masyarakat kampungan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Rai Mahdi, Potensi Civil Society 5.0

29 Maret 2023   15:18 Diperbarui: 30 Maret 2023   17:34 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 4 : Kisah Rai Mahdi

Kita mulakan kisah ini dari inti cahaya pada zaman big-bang semesta raya. Inti cahaya yang mengalami big-bang pun mulai tumbuh menjadi cahaya yang sempurna, inilah Rai Mahdi, sang Cahaya Terpuji yang merajai semesta raya. Dia rela berbagi cahayanya pada milyaran bintang dengan menghancurkan diri, sebagaimana dikehendaki oleh Sang Pencipta. Segala puji atas Khalika, sang pencipta Rai Mahdi yang membuka sekalian alam. Itulah kabar pembuka dalam Kitab Semesta.

"Laulaka laulaka, lamma khalikal aflaka,...tidak akan Aku ciptakan alam semesta ini, kecuali karena Aku akan menciptakan Engkau, wahai Rai Mahdi, sang Cahaya Terpuji!" demikian Sang Pencipta menyapa alam semesta, seraya menciptakan Cahaya Terpuji yang dipanggil-Nya dengan sebutan Rai Mahdi, yang akan bersemayam pada hati setiap utusan di bumi pada masa nanti.

Bergeraklah sang zaman, dari zaman big-bang meneuju zaman Rai Mahdi, zaman segala puji bagi Khalika sang pencipta, zaman cahaya atau era-nebula, peradaban big-bang yang melahirkan generasi supernova tata surya dan galaksi dalam dimensi semesta.

Pada zaman Rai Mahdi, yang ada hanyalah 'ada'. Ada ketunggalan tanpa nama, tanpa mula, kekal-abadi dan akan mengabadikan, mencipta, tiada sesuatu apapun pun yang menyerupainya, Tidak ada yang mengetahui namanya. Maka dikabarkanlah hal ini dengan satu sebutan, yaitu 'asal'. Suatu masa yang ditentukan, segala sesuatu memiliki 'asalnya' lalu akan kembali ke 'asalnya' semula. Bumi dalam sebuah galaksi yang lahir dari asalnya yaitu big-bang, maka suatu saat akan kembali ke asalnya pula, yaitu big-bang kembali.  

Semua yang ada dari semula zaman hingga akhir zaman tentu memiliki 'asal' yang sama. Manakala kita memahami tentang adanya 'asal yang sama' kemudian menyadari bahwa kita akan kembali ke 'asal' semula, inilah yang kita maknai sebagai 'asalistis'. Siapa pun manusia yang meyakini tentang hal ini, tentang perihal 'asal' yang hakiki. Tentang awal dan akhir, tentang hidup dan mati, tentang proses penciptaan dari asalnya, tentang ada dari ketiadaan, dia adalah seorang Asalist.

Menjelang akhir zaman, ragam makna asalistis telah terungkap dalam berbagai kisah dan syair yang getarannya bisa sampai ke jantung dan hati manusia.

" Cinta ya cinta, cinta ya cinta,

...wahai Sang Utusan Tuhan...

Tuhan ya Tuhan, Cintanya Tuhan, hanya dari-Mu, Cinta..."

Serumpun syair sayup-sayup terdengar mengiringi setiap masa yang terus tumbuh dan berlalu di hamparan bumi yang menjadi embrio kehidupan manusia, yaitu tanah dan air.

Cinta, utusan tuhan, semesta, dan Al Khalik sang pencipta. Masih tersimpan baik untuk disebutkan dan senantiasa disenandungkan hingga tiba zaman kekinian. Sebuah bukti bahwa antara cinta, semesta dan pencipta selalu terkoneksi dalam kehidupan di jagad raya ini. Bahkan hingga detik ini, di kala kisah ini mulai bertutur.

Sang Langit berujar, " Salam untuk-mu ya Rasul.. " Sang bumi menyahuti, "...Marhaban.. ." Lalu bumi mengungkap kata, " Sejahtera bagi-mu ya Nabi,... ." Sang Langit pun menimpali, "..Marhaban.. "

Dalam perjalanan kehidupan di bumi selanjutnya, dentuman nada-nada ritmis yang melambangkan big-bang dan supernova pun bertalu-talu mengiringi serangkum syair dan doa bagi para utusan tuhan, bagi sang nabi dan rasul. Irama dan ritmenya senantiasa disanjungkan dari zaman ke zaman.

Inilah sebuah bukti bahwasanya, kehidupan ini begitu terpuji, manusia memuji kemuliaan dari jenisnya. Sang pencipta telah memuliakan salah satu ciptaan-Nya dari kerajaan Manusia, tempat bersemayam inti cahaya semesta. Dia adalah Adam Assalam. Tersimpan inti cahaya Rai Mahdi dalam dirinya, kelak menurunkan beberapa manusia sejati yang disebut sang nabi dan rasul.

Manusia sejati yang bercahaya akan menyempurnakan kehidupan mamalia dari species Homo Sapiens yang hidup dengan serba keterbatasan dan kebodohannya. Manusia bercahaya akan menjadi pemimpin akhir zaman. Dia akan menjadi gembala dan mengelola perkembangbiakan Homo Sapiens di bumi dengan keragaman keyakinan tentang hidup dan kehidupannya. Manakala Cahaya Terpuji, atau inti cahaya Rai Mahdi, telah merasuk ke dalam diri makhluk dari species ini, maka dia akan mulia dan terpuji jua. Menjadi manusia, sejatinya ciptaan tuhan. Namun bila makhluk ini mengabaikan cahaya Rai Mahdi yang terpuji, maka dia akan tetap menjadi makhluk berupa Homo sapiens. Sejenis kera dewasa berukuran manusia.

Demikian pula ketika Rai Mahdi menyentuh bentuk dan makhluk lainnya, terpujilah engkau bila bersama Sang Cahaya Terpuji.

Rai Mahdi akan berujar, "Jangan merasa hatimu bercahaya, tapi sesungguhnya Rai Mahdi-lah yang bersemayam di hatimu yang mungil. Dan sesungguhnya hatimu tersimpan dalam genggaman Khalika. Dan jangan pernah merasa hatimu menyimpan Khalika lalu berbicara kebenaran yang ada dalam pikiranmu ke sana kemari atas nama Khalika. Pahamilah bahwa Khalika dalam persepsimu dan dalam persepsi kisah ini adalah Khalika yang satu, tiada satu pun yang menyerupainya."

Sang Cahaya Terpuji, Rai Mahdi akan terus menyinari siapa saja yang selalu ingin berbagi dan memberi pada kehidupan di bumi. Pada setiap zaman, dari zaman ke zaman, sejak bermula zaman penciptaan semesta, hingga sang Adam assalam menapaki alam fana, Rai Mahdi senantiasa membimbingnya.

Dia berupa 'cahaya terpuji, cahaya yang menjadi sumber cahaya dalam kehidupan. Dia akan terus dan selalu mencari tempat untuk bersemayam. Tempat yang teringini bagi Rai Mahdi adalah hati yang terjaga dari perkataan yang ternoda, terjaga dari perbuatan keji dan munkar, terjaga dari penglihatan dan pendengaran yang sia-sia, juga terjaga dan selalu berupaya menjaga setiap asupan pada tubuh penyimpan hati, menjaga dari makanan dan hal-hal yang terkontaminasi materi kimiawi berbahaya.

Rai Mahdi akan dekat dengan manusia yang berusaha bersuci dan mensucikan diri setiap masa. Rai Mahdi adalah karunia kasih-sayang Khalika, sang pencipta semesta. "Irhamnaa, ya arhamarahimin" Seru Rai Mahdi, ketika dia menyinari dan hinggap di lubuk hati sanubari manusia yang bertebaran di bumi. 

Saat terkini di bumi, pada awal era yang disebut zaman now. Tahun 2045 Masehi, menjelang muharam Hijriyah ke 1467. Masa meniti Imlek tahun 2586 yang beririsan dengan tahun Saka 1965 ini. Adalah seorang sosok laki-laki bernama Amir Baqir.

Dia adalah salah seorang di antara sekian manusia yang tersinari cahaya Rai Mahdi. Inti cahaya semesta telah bersemayam pada ketulusan kasih di hatinya. Amir Baqir lahir di kala malam jum'at Kliwon, 17 Bakda Mulud 1915 pada penanggalan Jawa. Sekira empat puluh tahun silam di bumi Pakuan-Pajajaran, Tatar Sunda yang saat kini tinggal sejarah. Saat ini dia telah menjadi seorang pengajar di sebuah sekolah menengah terpadu dalam kehidupan desa yang merangkak menuju pola hidup metropolis.

Pagi itu, Amir Baqir memulai aktifitasnya dengan 'meng-gowes' sepeda kesayangannya, lumayan bermerk, modernis dan layak pandang maupun sandang. Menyusuri jalan yang mulai berdebu dihempas panas 'agustus' tahun ini.

"Hari ini kebebasan telah mutlak menjadi milik manusia. Kitab-kitab yang telah dilahirkan langit dan bumi semakin berdesak-desakan di Pustaka Jaring Laba-Laba." gumamnya sambil terus mengayuh santai sepedanya menuju arah matahari terbit. "Aku pun bebas untuk mempertahankan imanku kepada sang pencipta." lanjutnya.

Pak Baqir, begitulah sapa siswanya. Dia  tinggal di sebuah desa bernama Javia, sebuah desa yang tata ruangnya hampir beroposisi dengan pola tata ruang kota dalam Zona Persona Exclusive (ZPE). Betavia. Sebuah ibukota dari Negara yang baru direformasi total dengan nama Indo Nation of Asia, warganya lebih berselera dengan menyebut negaranya dengan sebutan Indo Nation. ZPE. Betavia, dikenal sebagai Zona Persona Exclusive, ibukota termegah di muka bumi ini yang ternyata dikuasai oleh seorang misterius, mungkin sosok ghaib bagi yang masih mempercayai hal tersebut, atau sebuah auto-computerize bagi yang meyakini sains teknologi.

Meski pengembangan dan pembangunan desa Javia bergerak dinamis menuju arah modernisasi dan tata ruang desa wisata, namun kehidupan sosial masyarakatnya sangat kontras dengan dinamika megapolitan Betavia yang lebih mengutamakan sains tekhnologi serta mulai menggeser keyakinan tentang agama dan kepercayaan terhadap Sang Pencipta dengan menyebut-Nya, Khalika.

Di Betavia, Khalika sudah hampir dianggap sebagai sejarah, atau His Story. Sedangkan di desa Javia, justru tengah diperjuangkan sinkronisasi antara sains tekhnologi dengan kitab-kitab semesta yang diturunkan Khalika melalui makhluk langit untuk disyiarkan oleh para utusan-Nya, bagi keabadian dan keselamatan kehidupan di bumi dan semesta raya.

Tepat pukul enam pagi, Pak Baqir sudah harus bergegas menunaikan tugasnya untuk memberikan sebuah materi pembelajaran tentang sains dan iman bagi siswa modern. Ini harus disampaikan pada jam pelajaran muatan lokal di sekolah tersebut. Ia terus mengayuh sepedanya sekira satu kilometer menuju Bukit Hambalang di mana Boarding Transformation School berada. Sebuah sekolah dengan konsep yang terintegrasi dengan pelestarian alam dan lingkungan. Boarding Transformation School lebih dikenal akrab dengan sebutan BTS.

Gedung BTS berdiri anggun dalam suasana sejuk alam perbukitan. Sekolah ini dibangun dengan konsep rekreatif dan representatif serta berwawasan pelestarian lingkungan. Semua siswa dan pengajar tidak ada yang menggunakan kendaraan bermotor. Kendaraan mereka harus di parkir sekurang-kurangnya dua kilometer dari kawasan sekolah. Pemerintah desa dan yayasan transformasi telah bersinergi untuk memfasilitasi tempat parkir kendaraan bermotor yang dikelola oleh sebuah badan usaha milik desa yang dapat menghasilkan pendapatan asli bagi desa Javia. Hal ini yang menjadikan kawasan Boarding Transformation School menjadi Kawasan Terpadu Ramah Alam yang sejuk dan bebas polusi. Setiap hari berlalu-lalang para pejalan kaki dan pengguna sepeda. Para pedagang, pengajar dan peserta didik berjalan beriringan, bercengkerama dan bertegur-sapa penuh kesantunan. Tanpa raungan mesin dan tanpa polusi. Sesuatu yang sangat klasik dan alamiah berdetak di zaman serba mesin auto-matic. (The Series Stories of Asalist)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun