Mohon tunggu...
Sayyidal Jamat
Sayyidal Jamat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sakola Desa

Berani menulis untuk mengupayakan pertumbuhan pendidikan melalui Balai Sakola Desa 5.0 sebagai wahana edu-aksi semua elemen masyarakat kampungan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Rai Mahdi, Potensi Civil Society 5.0

29 Maret 2023   15:18 Diperbarui: 30 Maret 2023   17:34 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah salah seorang di antara sekian manusia yang tersinari cahaya Rai Mahdi. Inti cahaya semesta telah bersemayam pada ketulusan kasih di hatinya. Amir Baqir lahir di kala malam jum'at Kliwon, 17 Bakda Mulud 1915 pada penanggalan Jawa. Sekira empat puluh tahun silam di bumi Pakuan-Pajajaran, Tatar Sunda yang saat kini tinggal sejarah. Saat ini dia telah menjadi seorang pengajar di sebuah sekolah menengah terpadu dalam kehidupan desa yang merangkak menuju pola hidup metropolis.

Pagi itu, Amir Baqir memulai aktifitasnya dengan 'meng-gowes' sepeda kesayangannya, lumayan bermerk, modernis dan layak pandang maupun sandang. Menyusuri jalan yang mulai berdebu dihempas panas 'agustus' tahun ini.

"Hari ini kebebasan telah mutlak menjadi milik manusia. Kitab-kitab yang telah dilahirkan langit dan bumi semakin berdesak-desakan di Pustaka Jaring Laba-Laba." gumamnya sambil terus mengayuh santai sepedanya menuju arah matahari terbit. "Aku pun bebas untuk mempertahankan imanku kepada sang pencipta." lanjutnya.

Pak Baqir, begitulah sapa siswanya. Dia  tinggal di sebuah desa bernama Javia, sebuah desa yang tata ruangnya hampir beroposisi dengan pola tata ruang kota dalam Zona Persona Exclusive (ZPE). Betavia. Sebuah ibukota dari Negara yang baru direformasi total dengan nama Indo Nation of Asia, warganya lebih berselera dengan menyebut negaranya dengan sebutan Indo Nation. ZPE. Betavia, dikenal sebagai Zona Persona Exclusive, ibukota termegah di muka bumi ini yang ternyata dikuasai oleh seorang misterius, mungkin sosok ghaib bagi yang masih mempercayai hal tersebut, atau sebuah auto-computerize bagi yang meyakini sains teknologi.

Meski pengembangan dan pembangunan desa Javia bergerak dinamis menuju arah modernisasi dan tata ruang desa wisata, namun kehidupan sosial masyarakatnya sangat kontras dengan dinamika megapolitan Betavia yang lebih mengutamakan sains tekhnologi serta mulai menggeser keyakinan tentang agama dan kepercayaan terhadap Sang Pencipta dengan menyebut-Nya, Khalika.

Di Betavia, Khalika sudah hampir dianggap sebagai sejarah, atau His Story. Sedangkan di desa Javia, justru tengah diperjuangkan sinkronisasi antara sains tekhnologi dengan kitab-kitab semesta yang diturunkan Khalika melalui makhluk langit untuk disyiarkan oleh para utusan-Nya, bagi keabadian dan keselamatan kehidupan di bumi dan semesta raya.

Tepat pukul enam pagi, Pak Baqir sudah harus bergegas menunaikan tugasnya untuk memberikan sebuah materi pembelajaran tentang sains dan iman bagi siswa modern. Ini harus disampaikan pada jam pelajaran muatan lokal di sekolah tersebut. Ia terus mengayuh sepedanya sekira satu kilometer menuju Bukit Hambalang di mana Boarding Transformation School berada. Sebuah sekolah dengan konsep yang terintegrasi dengan pelestarian alam dan lingkungan. Boarding Transformation School lebih dikenal akrab dengan sebutan BTS.

Gedung BTS berdiri anggun dalam suasana sejuk alam perbukitan. Sekolah ini dibangun dengan konsep rekreatif dan representatif serta berwawasan pelestarian lingkungan. Semua siswa dan pengajar tidak ada yang menggunakan kendaraan bermotor. Kendaraan mereka harus di parkir sekurang-kurangnya dua kilometer dari kawasan sekolah. Pemerintah desa dan yayasan transformasi telah bersinergi untuk memfasilitasi tempat parkir kendaraan bermotor yang dikelola oleh sebuah badan usaha milik desa yang dapat menghasilkan pendapatan asli bagi desa Javia. Hal ini yang menjadikan kawasan Boarding Transformation School menjadi Kawasan Terpadu Ramah Alam yang sejuk dan bebas polusi. Setiap hari berlalu-lalang para pejalan kaki dan pengguna sepeda. Para pedagang, pengajar dan peserta didik berjalan beriringan, bercengkerama dan bertegur-sapa penuh kesantunan. Tanpa raungan mesin dan tanpa polusi. Sesuatu yang sangat klasik dan alamiah berdetak di zaman serba mesin auto-matic. (The Series Stories of Asalist)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun