Kembali terulang dengan terfasilitasinya sarana komunikasi dan informasi daring yang tengah viral di media sosial tentang sikap kritis masyarakat yang menolak popularitas publik figure yang baru saja menyelesaikan konsekwensi hukum bernegara di Indonesia pada kasus pemerkosaan sesama jenis di bawah umur.
Ditambah maraknya aktivitas Lesbi, Gay, Biseks, dan Transgender (LGBT) yang terkadang menyuarakan hak orientasi seksualnya kehadapan publik dalam bentuk aksi humanisme di negara yang mayoritas mempercayai esensi ketuhanan, menjadi keresahan tersendiri bagi masyarakat yang masih memegang norma agama dalam keseharian mereka.
Alhamdulillâh dengan keyakinan para pahlawan negara kita dalam upaya mereka memperjuangkan martabat bangsa dan negara Indonesia agar terlepas dari belenggu bangsa asing yang bertolak belakang dengan nilai humanisme. Hingga upaya mereka dalam menyusun tiap butir pancasila yang menjadi dasar negara (pondasi inti) terbentuknya NKRI.
Di tambah Indonesia merupakan negara demokrasi pancasila dengan bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil Kemendagri) yaitu Prof. Zudan Arif Fakrulloh, Semoga Allah menjaga beliau (Hafidzahullaahu ta'ala), beliau menyatakan:
"Berdasarkan data Administrasi Kependudukan (Adminduk) per Juni 2021, jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 272.229.372 jiwa, dimana 137.521.557 jiwa adalah laki-laki dan 134.707.815 jiwa adalah perempuan” papar Zudan.
Juga mengacu pada data books dari katadata.co.id pada 2020 jumlah penduduk Indonesia yang beragama muslim sebanyak 263.122.204 jiwa yang jika dibandingkan dengan Adminduk per Juni 2021 dari Dukcapil Kemendagri maka sebesar 96,65 persen penduduk Indonesia merupakan penganut sila pertama dalam Pancasila yaitu Meyakini Keesaan Tuhan.
Dengan demikian maka setiap anak bangsa memiliki hak dalam mengaplikasikan nilai pancasila yang menjadi dasar dari negara yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Menarik untuk di bahas dengan keterbatasan persepsi saya sebagai manusia yang dikaruniai akal untuk merenungi segala takdir baik dan buruk sesuai dengan hikmah-Nya, selain banyak mendengar nasehat daring tentang perbaikan kualitas hati agar manusia kembali menyesuaikan diri sesuai dengan settingan awal penciptaannya (fitrah).
Tuhan Yang Maha Esa telah menetapkan model ujian sesuai dengan kapasitas setiap manusia sehingga layak untuk ditempatkan pada kondisi manusia tersebut. Hal ini juga sesuai dengan pengaplikasian point pancasila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebelum bangsa dan negara mengaplikasikan point berikutnya , maka bukan hak yang melanggar hukum jika pemerintah dan rakyat kembali mengacu pada dasar negara melalui Al-Qur'an yang berisi firman Allâh subhanahu wa ta'ala dan Hadits sunnah Rasulullâh shalallâhu 'alaihi wasallam sebagai manual book dalam menjalani kehidupan bernegara.
Mayoritas manusia di dunia memiliki background agama samawi sehingga mereka meyakini kebenaran sejarah classic tentang seorang manusia yang diciptakan dari campuran tanah liat melalui kedua tangan Tuhan lalu seiring dengan ketetapanNya tercipta pula istrinya dari tulang rusuknya lalu dari keduanya Tuhan mengembangbiakan manusia dengan sangat banyak yang mengisi lapisan litosfer atau kerak bumi sesuai hikmahNya dan TujuanNya.
Dari sejarah ini kita semua sadar jika pada dasarnya bangsa manusia bukan berasal dari bumi melainkan pernah menjadi jenis makhluk hidup yang terdata pada Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kerajaan Langit. Sejarah itu selayaknya menjadi motivasi tersendiri bagi setiap anak Adam 'alaihisalam untuk mencari jati diri aslinya dan kembali kepada tempat dimana seharusnya mereka berasal.
Opening yang sangat panjang untuk menjelaskan betapa setiap manusia memiliki hak untuk kembali ketempat dimana bapak dan ibunya berasal. "Setiap anak cucu Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baiknya yang berbuat dosa adalah yang bertaubat", demikian perkataan seorang pemimpin yang menjadi panutan utama setiap yang menjadi muslim. Ada terlalu banyak variasi maksiat yang sering dilakukan oleh setiap manusia, tahukah kita? maksiat itu merupakan cara Tuhan menunjukan rasa cintaNya kepada ciptaanNya hingga membuat Raja Jin kafir musuh bubuyatan bangsa manusia dengan kisah legendnya berani mentang perintah King of All Kings Tuhan Yang dicintainya untuk mengakui kepemimpinan Adam di atas Litosfer bumi dengan cara enggan untuk bersujud kepada Adam. Hal itu karena King Of Kafir's Jinn beranalogi dengan keterbatasan analisis akalnya dan meremehkan hikmahNya dan tujuanNya hingga merasa itu adalah perintah yang tidak masuk di akal.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullâh menyatakan maksiat yang dilakukan seorang manusia dapat menjadi sebab yang mendatangkan kasih sayang dari The Most Beneficent King & The Most Merciful King dan membuat Raja jin kafir menyesal karena sebab permohonan ampun dari manusia kepada Maha Rajanya. Bangsa manusia merupakan bagian dari alam semesta, wajar jika melakukan suatu kesalahan yang dapat merusak tatanan alam semesta kita berinisiatif memohon pengampunan dari Raja alam semesta atau King of Universe.
Permohonan ampun dari manusia pertama di bumi tertulis dalam lembar Al-Qur'an Surah Al A'raf ayat 23, Raja alam semesta Berfirman kepada panutan utama umat muslim tentang kalimat yang diucapkan oleh manusia pertama yang diciptakanNya tatkala sang manusia tidak tega untuk menuruti keinginan istrinya agar memakan buah terlarang di Kerajaan langit, hal itu karena terperdaya oleh provukasi Iblis sang raja jin kafir yang di klaim pernah menjadi komandan perang dalam jajaran prajurit bangsa malaikat untuk memberantas kekacauan dan pertumbuhan darah di bumi yang disebabkan oleh maksiat dari bangsa jin, bangsanya sendiri. Dalam ayat ini Adam dan kekasihnya berkata :
"Wahai Tuhan kami, kami (Adam dan istrinya) telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat (kasih sayang) kepada kami, niscaya kami PASTIlah termasuk orang-orang yang meRUGI"
Setelah keduanya mengucapkan kalimat tersebut maka Pemilik dan Penguasa seluruh kerajaan alam semesta Berfirman :
"Turunlah engkau sekalian, sebahagian engkau (manusia) menjadi musuh bagi sebahagian yang lain (manusia). Dan engkau mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi hingga waktu yang telah ditentukan. Di bumi itu engkau hidup dan di bumi itu engkau mati, dan dari bumi itu (pula) engkau akan dibangkitkan.”.
Point disini adalah tentang manusia yang melanggar ketentuan Sang Maha Raja, dimana maksiat yang mereka lakukan difasilitasi dengan lengkap oleh Sang Maha Raja sendiri, akan tetapi mereka tidak menyalahkan orang lain (Raja Jin kafir) karena telah menghasut mereka, dan juga tidak menyalahkan King of Universe karena telah menciptakan buah yang enak tapi terlarang. Mereka to the point mengakui kesalahan, meminta ampunan, dan menerima hukumanNya dengan tetap berprasangka baik kepadaNya.
Syurga Firdaus tempat dimana mereka tinggal, Kerajaan super mewah dengan fasilitas super Sultan. Mana ada open recruitment disana untuk mengais rezeki menafkahi istri tercintanya, Manusia yang bahkan gak tau kerasnya survive dengan rasa lapar, dinginnya kehujanan, dan panasnya terik matahari. Namun keduanya hanya berfokus pada "yang penting" diampuni oleh Sang Maha Raja.
Setiap dari kita sering mendapati diri kesulitan untuk mengkontrol hawa nafsu, sering juga mendapati kondisi dimana realita tidak sesuai dengan ekspetasi. Hal ini dialami oleh setiap makhluk hidup ciptaanNya di dunia tidak hanya bangsa manusia namun bangsa hewan, bangsa tumbuhan, dan juga bangsa jin. Konteks kekecewaan pun sangat variatif bukan hanya perihal cinta sesama jenis tapi ada banyak sekali takdir yang kita terima, sangat amat terlampau jauh dari harapan yang kita inginkan.
Setiap manusia pasti ingin menikahi atau bersama dengan orang yang dia cintai. Namun karena faktor kondisi, situasi, dan latarbelakang tiap manusia yang kompleks akan selalu ada potensi yang membuat impian tersebut gak bisa diwujudkan. Sebagai contoh dalam kehidupan manusia seringkali kita harus menerima kenyataan kalau apa yang kita inginkan bukanlah hak yang harus kita nikmati, selain itu merupakan keputusan dari Raja alam semesta, juga merupakan bentuk kasih sayang dari Lord of Destiny melalui maksiat atau segala macam kesedihan yang kita alami. VisiNya adalah untuk menggerakan orientasi kehidupan kita dan menjadikan maksiat itu sendiri sebagai kesempatan emas untuk menunjukan rasa hormat dan prasangka baik kepada Sang Penguasa Takdir bahwa setiap dari keputusanNya pasti ada rencana besar dan sangat serius. Bukankah mustahil bagi Pakar Strategi Kehidupan yang Maha Analitis (Teliti) bertindak ceroboh dalam memperhitungkan setiap langkah kehidupan kita sebagai seorang hamba?.
Seringkali dua manusia yang saling mencintaipun tidak kuasa untuk mengikat hubungan mereka dalam bentuk pernikahan, bisa sebab restu orang tua, jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, latarbelakang calon, perbedaan visi misi, dan masih ada jutaan alasan lain tentu bisa menjadi potensi yang membuat seseorang tidak bisa menyatukan cinta mereka setinggi apapun ekspetasi sang manusia tentang cinta. Entah bercampur hawa nafsu ataupun tidak, jika belum rezekinya maka mau bagaimana lagi?.
Atau ada keadaan dimana seseorang gak bisa menyatukan cinta sebab alasan perbedaan agama, ras, suku, warna kulit, atau masih satu agama namun misal dalam aturan islam karena sebab informasi pasangan pernah zina, jarang shalat, satu darah, talak 3, dan masih banyak sekali benteng pembatas yang membuat ikatan cinta dua manusia tidak bisa direalisasikan tentu semua kondisi ini sangat bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsu manusia. Termasuk di dalamnya kecintaan seseorang terhadap jenis kelamin yang sama dengan dirinya. Kecintaan tersebut tidaklah menjadi pembenaran atas dibolehkannya menuruti hawa nafsu karena berbagai kondisi yang telah diperhitungkan dengan cermat oleh Sang Ahli Strategi. Juga dalam rangka mengaplikasikan sikap empati terhadap stabilitas alam semesta demi terwujudnya kesejahteraan dan keberlanjutan populasi bangsa manusia di atas litosfer bumi, tentu kuantitas saja tidak menjadi tolak ukur dari kesejahteraan itu sendiri, namun sudah pasti perbaikan kualitas diri mampu membuat bangsa manusia dapat merealisasikan kehidupan yang sejahtera terlebih jika mengacu pada asal muasal dari diri kita tentu seorang yang menginginkan harta dan tahta dan hidup dalam kesejahteraan abadi, akan berusaha untuk mencari peta petunjuk menuju tanah Kerajaan yang menjanjikan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan tersebut.
Seringkali tidak sampai satu abad lamanya jika motivasi ini terus dipupuk kesempatan untuk merasakan puncak dari kesejahteraan dapat tercapai. Terlebih suka atau tidak bangsa manusia telah ditetapkan untuk hidup dalam keabadian hingga durasi nafas terakhir dari setiap diri kita telah habis. Hanya saja hanya ada dua tempat keabadian hidup untuk setiap bangsa manusia beristirahat di persinggahan terakhir. Apakah dalam rasa suka atau duka?.
Bisa dibilang hanya takwa satu satunya jalan keluar menuju puncak kesejahteraan hidup. Misi untuk menemukan lokasi harta karun dimana semua keinginan kita dipenuhi olehNya tanpa sedih dan tanpa kecewa.
Kita hanya perlu berusaha menahan diri dari desakan keinginan tentang makna sebuah keinginan dan cinta, atau jika sudah terlanjur tergelincir ke dalam dosa teruslah memupuk sikap optimisme, lakukan seperti yang ayah dan ibu kita dahulu lakukan dengan:
1. Mengakui kesalahan tanpa mengkambing hitamkan orang lain (introspeksi diri bahwa setiap musibah merupakan buah hasil bibit maksiat yang kita tanam),
2. Meminta pengampunan kepada Raja alam semesta dimana litosfer bumi dan apa yang ada di atasnya merupakan bagian dari keanggotaan alam semesta hingga kita sebagai bagian dari alam dapat memposisikan diri sebagai hamba),
3. Berprasangka baik bahwa Sang Maha Raja bukanlah Dzat yang kehabisan kesabaran untuk terus memberikan kesempatan mengajukan permohonan ampunan. Selagi masih hidup dan bernafas teruslah untuk mempergunakan kesempatan ini dengan bijak,
4. Berburuk sangka pada diri bahwa kita sedang membusungkan dada dan mencongkakan dagu dihadapan Raja Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang apalabila 3 point di atas belum juga menjadi alasan kuat "I must to humble myself under the most of highest".
5. Kerugian terbesar adalah ketika kita memilih untuk melampiaskan hawa nafsu berdurasi sekitar satu abad kurang, padahal dengan merendahkan hati untuk tidak meremehkan perintah dari Sang Ahli Strategi Kehidupan, membuat setiap dari bangsa manusia yang bermaksiat tetap memiliki peluang lebar untuk memperoleh victory pada peperangan sengit (fierce wars) melawan (versus battle) hawa nafsu kita sendiri hingga dinobatkan sebagai kesatria (knight) yang layak diberi apresiasi dari Sang Maha Raja. Puncaknya adalah manusia bertaqwa akan mengisi takhta Kerajaan Syurga sebagai King and Queen dengan jaminan kenikmatan yang abadi. Waktu di bayar waktu merupakan pertukaran yang sangat adil mengingat begitulah cara kerja kesuksesan di dunia. Mau bebas finansial dan menikmati kesuksesan? Kerja^^.
Rencana Sang Maha Raja jika seluruh bangsa manusia adalah orang yang suci dari dosa pasti dimusnahkanNya lalu diganti dengan manusia yang bermaksiat lalu mereka mengakui kesalahannya, meminta ampunanNya, dan kasih sayangNya, lalu berharap diberi keberuntungan yang tidak merugikan. Maka dari itu Sang Raja alam semesta kembali Berfirman dalam Surah Az Zumar ayat 53 :
"Katakanlah (Muhammad): “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”".
Semua dosa di klaim akan terhapus jika sempat di taubati sebelum masa tenggang berakhir yaitu hingga nafas terlepas dari rongga tenggorokan. Raja alam semesta adalah Raja yang paling berkomitmen dengan janjiNya, apakah Sang Maha Raja berpotensi khianat?.
Memang benar 50.000 tahun sebelum terciptanya planet Bumi, takdir setiap makhluk hidup telah di patenkan olehNya. Selain maksiat merupakan bentuk cintaNya dan kasih sayangNya kepada manusia, bukankah kita juga punya kuasa penuh??? untuk memilih mau memohon ampun atau meremehkan daya analisis "Al Khabir" Raja Yang Maha Teliti bahkan menganggap keputusannya tentang Strategi Kehidupan tidak Worth It.
Demikian persepsi saya dalam kesimpulan bahwa siapapun dari kita tetap pantas untuk menjadi Raja dari Kerajaan Syurga Fidaus dalam kenikmatan yang abadi. Meski demikian takwa merupakan syarat diberlakukannya Giveaway atau ikoy-ikoy an ini. Jika setiap dari kita telah memastikan satu saja raka'at dalam shalat kita di ACC Lord of Destiny maka artinya kita sudah siap menuju dimensi alam kubur (Underland) menuju dimensi alam akhirat Upperworld atau Underworld.
Karena Sang Maha Raja hanya menerima persembahan dari Kesatria yang bertaqwa, maka apapun orientasi kita tentang hakikat kehidupan, semoga tidak menjadikan diri lupa bahwa ada alam semesta yang harus kita jaga stabilitasnya, fikirkan tentang resolusi masa depan bangsa manusia.
Kata sang suri tauladan jika kita meminta syurga maka mintalah firdaus karena itu adalah syurga tertinggi dan paling tengah yang berada di bawah makhluk Sang Maha Raja yang paling besar. Dimulai dari langkah pada hari ini be strong to be a Knight, no shortcut process, this is an"IN TIME " movie in the real world, with a more realistic context. Ditunggu part II nya yah insyaallâh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI