Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kalau Muhammadiyah Ditentang, Lantas Siapa yang Layak Kelola Tambang?!

30 Juli 2024   16:15 Diperbarui: 30 Juli 2024   16:23 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kader atau bahkan Pimpinan Muhammadiyah yang kecewa karena ekspektasi mereka sebelumnya terlalu tinggi pada PP Muhammadiyah. Mereka merawat harapan dan keyakinan bahwa Muhammadiyah pastilah menolak tawaran konsesi tambang ala PP 25 Tahun 2024.

Kelompok ini sebetulnya kecewa lebih karena harapan mereka sendiri. Karena seperti disinggung di muka, para Pimpinan Muhammadiyah sendiri sebelum Konsolnas Jogja relatif tak memberikan isyarat apapun soal bagaimana menyikapi IUP khusus untuk ormas. Tapi para kader ini termotivasi untuk memegagang kuat harapan tersebut terutama setelah PBNU telah lebih dulu memutuskan menerima tawaran pemerintah.

Di sejumlah postingan berita terkait NU yang menerima tambang ini, sesekali muncul komentar kurang lebih; "Untungnya aku Muhammadiyah, gak main tambang". Maka Ketika PP akhirnya memutuskan menerima IUP khusus, mereka pun auto kecewa berat. Dalam kasus ini, benarlah ungkapan "Expectation will kill you".

Latar kedua, adalah politik. Tidak sedikit masyarakat, termasuk kader Muhammadiyah di akar rumput, yang mulai larut dan latah dengan politik, menjadi korban narasi-narasi elit yang cenderung membelah masyarakat dalam dua kubu bak oposisi biner. Jadi Ketika mereka mengkritik sikap PBNU dan disusul Muhammadiyah, lebih karena tak sehaluan dengan sikap politik mereka yang cenderung opsisi terhadap pemerintah misalnya.

Ketiga, adalah mereka yang memang berlatar aktivis lingkungan atau setidaknya pemerduli isu-isu kelestarian lingkungan. Di Muhammadiyah, ada kelompok Kader Hijau Muhammadiyah yang didirikan tahun 2018 silam. Nah, kelompok ini tak banyak terpengaruh politik, tetapi fokus pada isu lingkungan.  

Mereka cenderung berpandangan aktivitas pertambangan sebagai melulu merusak lingkungan dan memicu konflik sosial. Pernyataan ini tentu saja bukan tanpa argumen, mengingat praktik pertambangan yang selama ini ada telah mewariskan kerusakan lingkungan yang tak kecil, pun kesenjangan hingga konflik sosial masyarakat sekitar pertambangan. Maka tak heran kalau mereka merespon paling keras keputusan PP Muhammadiyah yang menerima konsesi tambang khusus.

Mencoba Bersikap Adil

Kekecewaan kader, aktivis hingga Sebagian pihak terhadap keputusan Muhammadiyah yang menerima IUP khusus ormas memang tak bisa disalahkan. Termasuk bagi kader Muhammadiyah yang memilih tetap kritis dan menolak keputusan tersebut, tidak serta merta dianggap sebagai tak loyal.

Penulis sendiri bukanlah kader biologis, pun apalagi ideologis, hanya penggembira yang tengah belajar di Muhammadiyah. Ada juga kecewa dengan sikap PP Muhammadiyah, karena bidang pertambangan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikelola dengan kaidah baik dan benar. Toh, tanpa tambang, Muhammadiyah sudah memiliki aset amal usaha yang nilainya mungkin triliunan rupiah. Bedanya, penulis penulis memilik tak mengespresikan kekecewaan itu secara verbal sambil terus mencari sudut pandang berbeda dari mereka yang setuju.

Dari menyimak dialektika yang berlangsung di linimasa hingga pertimbangan yang disampaikan PP Muhammadiyah, penulis akhirnya sampai pada beberapa kesimpulan.

Pertama, di era disrupsi informasi yang digejalai oleh fenomena post truth, penting untuk menjaga kewarasan dengan tidak mudah kagetan, jangan gumunan. Salah satunya dengan mencoba membaca informasi secara berimbang. Karena bagaimanapun, informasi seringkali tak ubahnya dengan persepsi, maka perkayalah persepsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun