Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saatnya Menaklukkan Corona di Bulan Ramadan

21 April 2020   05:36 Diperbarui: 21 April 2020   11:36 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: geotimes.co.id

Tentu saja berat, karena kita sepertinya tak memiliki pengalaman dan sejarah menjalani bulan puasa dengan pembatasan sosial. Sama beratnya bagi sebagian besar umat Islam untuk sementara meninggalkan Shalat Jumat dan menggantikannya dengan shalat dzuhur di rumah.

Tetapi apa boleh buat, ancaman penyebaran virus corona mustahil untuk kita kendalikan jika kita sendiri setengah hati untuk berkorban. Dan saya haqul yaqin, panjenengan semua, warga NU dan Muhammadiyah, tentu memahami betul bagaimana hukum situasi darurat dalam khazanah fiqih. Bukankah menghindari kemudharatan harus didahulukan daripada menjemput kebaikan?

Kenapa pemanfaatan ramadhan menjadi penting dalam konteks pengendalian Covid-19, karena kita punya waktu kurang lebih satu bulan untuk menghambat penularan virus ini.

Jika setiap umat Islam mau berkorban khusus ramadhan tahun ini, dengan tetap stay at home, maka kita boleh berharap bahwa di Bulan Syawal nanti, perkembangan kasus corona ini sudah cukup terkendali. Tentu saja rumus ini berangkat dari asumsi bahwa masa inkubasi Covid-19 memakan waktu hingga 14 hari.

Soal bagaimana teknis beribadah, pemenuhan kebutuhan pangan untuk sahur dan berbuka, hingga bagaimana nasib pelaku usaha kecil yang mendambakan berkah ramadhan, silahkan bisa membaca tulisan saya sebelumnya di sini.

Kenapa harus NU dan Muhammadiyah?

Karena inilah sampel populasi terbesar umat Islam di Indonesia. Dengan tanpa memandang kecil ormas Islam lainnya, jika warga nahdliyin dan warga persyarikatan secara kolektif dan simultan melaksanakan gerakan #ramadhandirumahsaja, maka potensi penularan lebih dari seratus juta penduduk Indonesia bisa dicegah atau paling tidak diminimalisasi.

Kenapa NU dan Muhammadiyah, yak arena kedua ormas Islam ini relatif paling mapan secara kelembagaan. Struktur organisasi mereka jelas dan riil, dari PB/PP sampai Ranting. Plus, keduanya memiliki sumberdaya yang bisa dijadikan modal sosial utama selama pemberlakuan pembatasan sosial di Bulan Ramadhan nanti.

Mereka punya lembaga amil zakat yang besar dan mapan, punya amal usaha yang masif di seluruh Indonesia, stok cerdik pandai yang berlimpah, hingga satuan komando yang sulit pada diri Banser/Kokam. Saya sangat yakin, NU dan Muhammadiyah akan mampu menjadi katup pengaman sosial di saat krisis seperti sekarang ini.

Kenapa warga, bukan organisasi atau jamiyahnya? Loh, kan baik PBNU maupun PP Muhammadiyah telah lama mengeluarkan maklumat, taushiyah, himbauan atau sejenisnya terkait aktivitas sosial keagamaan di tengah pandemi Covid-19.

Mereka telah mengeluarkan panduan bagaimana menjalankan ibadah ramadhan di saat wabah corona tengah mengancam. Yang menyusun pun bukan sembarang orang, ada banyak ahli di kelembagaan Bahtsul Masail NU atau Majlis Tarjih Muhammadiyah. Ulama-cendikia berlimpah di kedua lembaga itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun