Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Regenerasi Kompasianer dari Kacamata Saya, Seorang Kompasianer "Bayi"

10 Agustus 2021   21:23 Diperbarui: 11 Agustus 2021   18:03 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan sebagai platform tulis-menulis, kompasiana akan berusaha menyesuaikan diri dengan tren semacam itu. Kompasiana akan berusaha memaksimalkan algoritma mesin pencari dengan tema-tema yang dinilai akan dicari dan diklik oleh netizen +62 yang random ini. Semakin tinggi trafik dan engagement , maka cuan akan terus mengalir.

Di sinilah standar konten yang bermanfaat tersebut bias dan kabur. Seakan terjebak di lingkaran setan karena perhitungan mesin pencari tergantung dengan interest umum para pembaca satu Indonesia. Mana ada pemilik usaha yang ingin rugi?

Artinya apa, akan selalu ada regenerasi konten dan penulis-penulis baru. Suka atau tidak. Bahkan tidak akan menutup kemungkinan bahwa di masa depan para kompasianer "bayi" seperti saya ini justru akan menghadapi dilema yang sama dengan para kompasianer senior, seputar standarisasi seperti "Dulu, kompasiana itu begini..."

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Menurut saya, beradaptasi. Mencoba untuk mengikuti perubahan zaman literasi bukanlah hal yang buruk.

Saya hanyalah kompasianer bayi yang ketika memasuki medan perang di sini, memiliki pikiran bahwa saya hanyalah bagaikan butiran debu. Bukan siapa-siapa. Mendapati label pilihan, highlight, apalagi headline rasanya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sulit dan tidak bisa ditebak.

Lantas apa yang bisa saya lakukan? Ya terima, tabah, dan beradaptasi saja. Jika suka, oke. Jika tidak, ya sudah. Andaikata kompasiana masih menarik di mata saya, ya saya tetap memanfaatkan platform ini. Jika tidak, ya saya tinggal cari yang lebih ganteng baik daripada disini. Buat apa merepotkan diri sendiri?

Artikel saya pun bisa jadi dianggap angin lalu begitu saja. Akan tetapi, layaknya para senior yang juga memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat seperti apapun di platform ini, berarti saya juga boleh melakukannya, kan?

Jadi sudahilah para senior. Jangan membahas atau menyentil seputar bermanfaat atau tidak suatu konten lagi. Tulislah hal apapun yang ingin ditulis. Ayo bermain di koridor yang damai serta menghargai satu sama lain.

Salam literasi. Dari saya seorang kompasianer bayi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun