Jaman kecil dulu, Paskah adalah saat yang menyenangkan. Paskah berarti keriaan dan TELOR!Â
Pencarian telor-telor cantik yang disembunyikan sana sini sungguh mengasyikkan. Kami membawa keranjang karena bisa saja guru sekolah minggunya menaruh banyak telor. Â
Kalau bisa menemukan rasanya girang banget, apalagi jumlah telor didalam keranjang bertambah dan lebih banyak dari yang lain. Â Pulang ke rumah dengan menenteng telur paskah dan hadiah lain rasanya membuncah sekali. Paskah penuh tawa dan bahagia
Semakin dewasa makna Paskah berubah. Untukku yang semakin sibuk bekerja dan berkeluarga, Paskah hanya menjadi sebuah tradisi tahunan yang wajib diikuti olehku dan keluarga. Â Dan aku menurunkan tradisi mencari telor ke anak-anak melalui sekolah minggu yang mereka ikuti.
Aku tahu bahwa Paskah adalah cara Tuhan untuk menebus dosa manusia melalui Pengorbanan Yesus yang mati tersalib di Golgota. Â Itu saja namun tidak mendalaminya atau mencari tahu lebih jauh lagi.
Sampai suatu hari, aku mengikuti acara Semana Santa di Larantuka - kota yang disebut juga Reinha Rosario.
Tanpa kusangka saat mengikuti prosesi acara itu, mulai terbuka pikiran, hati dan pemahamanku tentang makna Paskah sesungguhnya.
Bukan hanya sekedar cari telor atau kebaktian Jumat Agung yang diikuti oleh Perjamuan Kudus dan Kebaktian Perayaan Paskah di hari Minggu. Tapi ada nilai esensi lain.
Aku menemukan arti besar dari sebuah Cinta yang di maknai dengan Pengorbanan diri yang luarbiasa.
Aku yang pada awalnya berangkat tanpa ekspektasi apapun disana menemukan apa yang kucari dan kurindukan. Memahami Cinta-NYA.
Minggu sengsara menjelang Paskah adalah saat-saat yang sesungguhnya menjadi pusat dari semua Cinta-NYA.Â
Cinta dan Pengorbanan IA begitu nyata dengan sakit, pedih dan luka yang di deritanya namun juga ada pengorbanan dari seorang Ibu, Ibu Maria.
Apa yang kudapati dari peristiwa Paskah adalah :
1. It's okay not to be okay
Pada saat Yesus berdoa di taman Getsmani, IA sangat amat ketakutan sampai disebutkan bahwa mengeluarkan keringat darah.
Aku memahami bahwa sebagai manusia, wajarlah bila aku merasa kadang ketakutan, panik, terpuruk, sedih dan gelisah. Namun disaat-saat terburuk itulah aku bertelut dan berdoa pada-NYA dengan sepenuh hati memohon kekuatan untuk memulai semuanya dengan khimad dari-NYA. Belajar berdamai dengan kondisi yang ada dan tetap percaya pada-NYA.
2. Kesetiaan pada Tugas dan Panggilan
Fokus yang tinggi dan kesetiaan-NYA dalam menjalani dan menggenapi apa yang menjadi tugas dan panggilannya di dunia ini sangat menginspirasi. Â Walaupun banyak kendala, halangan, tentangan dan tantangan, IA tetap teguh menjalankannya. Tanpa tergesa, tanpa menggugat dan tanpa penyesalan.Â
IA di adili, dihujat, disiksa sampai mati di kayu salib, ditempat paling hina (karena mati tersalib di bukit Golgota adalah tempat para penjahat dihukum mati) dengan sepenuh hati dijalani oleh-NYA.
Sebuah contoh yang bernas dan indah. Â Tugas ataupun Panggilan hidup yang kujalani di dunia ini dalam bentuk apapun semestinya dijalani dengan hati penuh kasih, ikhlas dan lapang dada. Â
3. Penggenapan
Ketika jam 3 sore, IA meneriakkan ELI ELI SABATHANI, maka berakhirlah semuanya. Gempa bumi, langit gelap dan tirai di bait Allah terbelah. Â IA terkulai dan mati. Selesailah tugas-NYA sebagai manusia. Â Kemudian pada hari yang ke 3 bangkitlah Yesus sang Mesias. Â IA sudah menang.
Tanpa kematian dan kebangkitan-NYA, hari ini aku bukanlah siapa-siapa. Â Aku merasa sudah dimenangkan, dicintai dan dipilih oleh-NYA menjadi anak yang dikasihi. Â Aku mengalami dan mengamini bahwa Yesus adalah Allah yang Hidup dan berkarya diantara manusia. Â Kasih-NYA yang melampaui akal sehat adalah kasih yang menyelamatkan.
4. Pengorbanan dan kesetiaan cinta Ibu
Bunda Maria, sang Ibu Kristus dari sejak awal adalah oerempuan yang sangat taat dan penuh kepercayaan akan tugas dan tanggung jawab yang diberikan Allah pada-NYA.
Dalam diam, ia selalu mengikuti sang Putera. Apapun keadaannya.. dalam suka, sedih, derita, dihina, disiksa sampai menghembuskan nafas terakhir di kayu salib. Sang ibu dalam diamnya menanggung rasa sakit dan pedih melihat semua itu. Namun tidak sedikitpun ia berusaha mencampuri jalan yang harus ditempuh oleh Puteranya. Dalam diam ia terus mendampingi-NYA.
Keluasan hati Ibu Maria membuat IA menjadi ibu bagi murid-murid Yesus dan sekarang menjadi ibu bagi seluruh bangsa.
Aku mengagumi keteguhan hatinya sebagai seorang ibu. Â Seorang ibu pasti akan sangat sedih dan terluka bila melihat anaknya terluka. Â Dan aku sebagai seorang ibu berbisik, 'I feel you, Bunda'.
Suara nyanyian di sepanjang perarakan malam Jumat Agung yang khusuk di prosesi Semana Santa, Larantuka menegaskan jeritan hati sang Bunda yang berdarah. Aaaahh, Â mataku selalu panas saat mengingatnya. Seorang Ibu akan selalu mencintai anaknya berapapun umurnya. Anak bagi seorang ibu adalah jantung hati yang berdegup diluar tubuhnya.Â
Seorang ibu akan selalu ada untuk melindungi dan membuat anaknya aman dan nyaman. Namun seorang ibu juga musti memiliki kekuatan dan keteguhan hati untuk mensupport anaknya agar bisa menyelesaikan tugas dan panggilan hidupnya.
Paskah adalah Kemenangan akan Cinta, Pengorbanan dan Kesetiaan.
Selamat Paskah 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H