Di desa ini kami menemui banyak pengrajin-pengrajin yang telah lanjut usia dengan bermacam-macam gerabah yang telah dibuat. Menurut warga setempat, kerajinan membuat gerabah ini sudah ada dari nenek moyang mereka. Gerabah di Desa SitiWinangun terkenal dengan kekokohannya kerena menggunakan tanah liat asli setempat dan melakukan sebuah ritual yang dipercayai warga setempat.Â
Ritual tersebut berupa mengelilingi makam Pangeran Jagabaya yang mana keahlian tersebut dari pangeran yang diturunkan kepada anak cucu nya hingga kini. Walaupun tidak semua warga melakukan ritual tersebut hanya beberapa mungkin yang masih mempercayai dan melakukan ritual tersebut. Perjalanan berakhir di tempat makan dan di hotel Ibis Budget sekitar pukul 20.00 WIB.
Hari kedua ini diawali dengan Morning Call atau Telfon Pagi oleh Panitia sekitar pukul 04.00 WIB. Dilanjutkan dengan sarapan juga mandi tentunya. Perjalanan dimulai di Batik Trusmi.
Tantangan dalam mencari momen membatik ini yaitu mengunjungi rumah-rumah yang memungkinkan si pembatik untuk mau di ambil gambarnya, juga mencari di rumah mana bisa ditemukan pembatik yang sedang membatik. Ternyata tidak mudah, ada beberapa pembatik yang tidak ingin di ambil gambarnya, namun ada juga yang menerima dengan antusias tinggi untuk memberikan informasi dengan diambil gambarnya.Â
Warga disini sangatlah ramah dan lingkungan yang nan asri. Pembatik disini tak hanya dari kalangan ibu-ibu terdapat juga remaja dan bapak-bapak juga macam-macam cara membatik. Dari batik tulis sampai batik cap. Pengalaman yang indah bukan bisa mengetahui cara membuat batik dimana batik merupakan salah satu budaya terbesar di Indonesia.
Setelah dari Batik Trusmi perjalanan berlanjut ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa untuk melakukan Sholat Jum'at. Masjid ini terkenal dengan adzan pitu atau tujuh muazin yang memakai seragam putih. Masjid ini terkenal dengan arsitektur yang indah dan khas.Â
Masjid ini disebut juga Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon. Masjid ini tidak memiliki puncak pada atapnya yang konon katanya puncak pada atapnya pindah ke Masjid Agung Banten yang dikarenakan saat adzan pitu untuk mengusir Aji Menjangan Wulung. Perjalanan berlanjut ke TPI Bondet.
Perjalanan ke TPI Bondet memakan waktu kurang lebih 45 menit karena TPI Bondet sendiri yang cukup jauh sehingga harus berjalan dahulu sejauh kurang lebih 5 KM. Terasa sekali bukan tantangan nya harus menempuh perjalanan sejauh itu hanya untuk mendapatkan sebuah momen?