Perjalanan ke Cirebon kali ini merupakan sebuah tantangan bagi Mahasiswa ATVI Semester 2. Mengapa tidak, perjalanan ini dituntut untuk focus dalam mengambil sebuah moment dan mencari sesuatu yang baru untuk ditunjukan kepada para penguji nantinya. Perjalanan kali ini bisa dibilang menjadi ajang untuk menyegarkan pikiran dari panas polusi ibukota dan kejenuhan atas tugas lainnya.Â
Dalam mengerjakan tugas fotografi kali ini, mahasiswa dituntut harus menemukan sesuatu yang menarik dari destinasi wisata yang akan dikunjungi saat di Cirebon. Tantangan bukan?. Untuk beberapa orang yang mungkin berasal dari Cirebon ini bukanlah tantangan, tapi untuk beberapa yang bukan dari Cirebon ini merupakan tantangan karena dengan modal hanya melirik si Mbah Google untuk sekilas mengetahui seperti apa gambaran destinasi-destinasi wisata yang akan dikunjungi.
Cirebon, siapa yang tidak tahu Kota Cirebon? Kota kecil dengan kekhasan nya Batik Mega Mendung juga disebut kota Udang. Mungkin bagi sebagian orang Cirebon hanyalah sebuah kota kecil. Namun, didalam kota kecil tersebut banyak sekali kenangan indah bagi seseorang. Kenangan itu dimulai pada tanggal 3 Mei 2018.
Selamat datang Cirebon.
Rasanya sangat nyaman, disambut dengan teriknya mentari Cirebon dan angin-angin menari kecil menyambut kami. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bis dari travel. Yap! Semua kegiatan telah terjadwal dengan baik entah dalam hal makanan, trasnportasi, juga destinasi wisata yang akan dikunjungi dan pelayanan yang sangat baik nan ramah. Travel tersebut adalah Kedai Travel. Dan inilah Kota Cirebon orang nya ramah-ramah...
Tak hanya berkeliling di taman budaya, disini juga disuguhi Nasi Jamblang khas Cirebon tentunya. Enak. Sangat enak. Setelah berkeliling dan menyantap Nasi Jamblang, perjalanan berlanjut ke Keraton Kasepuhan.
Namun, sayangnya tak sembarang orang bisa memasuki beberapa wilayah tersebut. Bila melihat di peta, terdapat sebuah sungai dibelakang keraton. Tapi tidak bisa dimasuki yang bukan abdi dalem keraton tersebut. Tak apa, kita harus menghargai peraturan yang ada disini dan menghormati nya. Setelah mendapatkan beberapa foto di Keraton Kasepuhan, perjalanan dilanjutkan ke Desa Gerabah Siti Winangun.
Di desa ini kami menemui banyak pengrajin-pengrajin yang telah lanjut usia dengan bermacam-macam gerabah yang telah dibuat. Menurut warga setempat, kerajinan membuat gerabah ini sudah ada dari nenek moyang mereka. Gerabah di Desa SitiWinangun terkenal dengan kekokohannya kerena menggunakan tanah liat asli setempat dan melakukan sebuah ritual yang dipercayai warga setempat.Â
Ritual tersebut berupa mengelilingi makam Pangeran Jagabaya yang mana keahlian tersebut dari pangeran yang diturunkan kepada anak cucu nya hingga kini. Walaupun tidak semua warga melakukan ritual tersebut hanya beberapa mungkin yang masih mempercayai dan melakukan ritual tersebut. Perjalanan berakhir di tempat makan dan di hotel Ibis Budget sekitar pukul 20.00 WIB.
Hari kedua ini diawali dengan Morning Call atau Telfon Pagi oleh Panitia sekitar pukul 04.00 WIB. Dilanjutkan dengan sarapan juga mandi tentunya. Perjalanan dimulai di Batik Trusmi.
Tantangan dalam mencari momen membatik ini yaitu mengunjungi rumah-rumah yang memungkinkan si pembatik untuk mau di ambil gambarnya, juga mencari di rumah mana bisa ditemukan pembatik yang sedang membatik. Ternyata tidak mudah, ada beberapa pembatik yang tidak ingin di ambil gambarnya, namun ada juga yang menerima dengan antusias tinggi untuk memberikan informasi dengan diambil gambarnya.Â
Warga disini sangatlah ramah dan lingkungan yang nan asri. Pembatik disini tak hanya dari kalangan ibu-ibu terdapat juga remaja dan bapak-bapak juga macam-macam cara membatik. Dari batik tulis sampai batik cap. Pengalaman yang indah bukan bisa mengetahui cara membuat batik dimana batik merupakan salah satu budaya terbesar di Indonesia.
Setelah dari Batik Trusmi perjalanan berlanjut ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa untuk melakukan Sholat Jum'at. Masjid ini terkenal dengan adzan pitu atau tujuh muazin yang memakai seragam putih. Masjid ini terkenal dengan arsitektur yang indah dan khas.Â
Masjid ini disebut juga Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon. Masjid ini tidak memiliki puncak pada atapnya yang konon katanya puncak pada atapnya pindah ke Masjid Agung Banten yang dikarenakan saat adzan pitu untuk mengusir Aji Menjangan Wulung. Perjalanan berlanjut ke TPI Bondet.
Perjalanan ke TPI Bondet memakan waktu kurang lebih 45 menit karena TPI Bondet sendiri yang cukup jauh sehingga harus berjalan dahulu sejauh kurang lebih 5 KM. Terasa sekali bukan tantangan nya harus menempuh perjalanan sejauh itu hanya untuk mendapatkan sebuah momen?
Sesampainya di TPI Bondet ternyata pelelangan baru terjadi sekitar pukul 15.30 dan harus menunggu sekitar 30 menit. Dan rasa lelah pun terbayar ketika kapal menepi dan menurunkan ikan-ikan hasil tangkapan. Sungguh sore yang indah. Pukul 17.00 sudah waktunya kembali ke hotel dan mengisi ulang tenaga.
Hari ketiga di Cirebon ini hari terberat, karena harus bangun pagi demi mengejar sunrise di Pantai Kejawanan. Kali ini morning call tidak melalui telefon tetapi di ketuk langsung pintunya dengan kerasnya agar langsung terbangun.Â
Dari tempat kolam tersebut bisa terlihat jelas pemandangan Gunung Ciremai yang sangat indah. Gedung perundingan juga tidak hanya dijadikan tempat karya wisata tetapi dijadikan juga tempat piknik. Selain keaslian bangunan nya, diluar gedung juga dipenuhi pohon-pohon besar yang rindang. Setelahnya dari Gedung Perundingan bus berangkat ke Restoran Kelapa Manis.
Di restoran ini makanan nya prasmanan dan tentunya sangatlah enak. Makan dengan disuguhi pemandangan Kaki Gunung Ciremai nan indah. Sungguh nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan. Berlebihan rasanya tapi begitulah adanya.Â
Hari ini 6 Mei 2018 hari terakhir di Cirebon. Indah nya Cirebon walaupun matahari sangat terik menyengat namun tidak menghalangi semangat kami dalam melalui tugas fotografi ini. Destinasi wisata hari terakhir adalah Goa Sunyaragi.
Di Goa Sunyaragi pun terdapat legenda yang katanya jika memegang batu Perawan Sunti untuk perawan yang belum punya jodoh konon katanya akan susah mendapatkan jodoh. Tetapi jika ingin hubungannya langgeng bisa memasuki Goa Kelanggengan yang masih merupakan bagian Goa Sunyaragi.
Terimakasih Mama, Terimakasih ATVI, Para Dosen Fotografi, Kedai Travel, dan tentunya Terimakasih Cirebon atas cerita indah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H