Program makan bergizi gratis merupakan salah satu program unggulan dan termasuk dalam program 100 hari kerja yang digaungkan oleh presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Pada mulanya, program ini bernama program makan siang gratis, namun setelah dilakukan pengkajian lebih dalam oleh tim internal Prabowo Subianto, nama program tersebut diubah agar waktunya dapat lebih fleksibel. Menurut Habiburokhman selaku Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, siswa TK dan SD di berbagai daerah dapat saja pulang sekolah sebelum jam makan siang. Oleh karena itu, bagi siswa TK serta SD yang masuk pagi, harus menunggu hingga waktu jam makan siang yang akan terasa terlalu lama. Maka dari itu, ia menganggap perubahan nama program menjadi 'Makan Bergizi Gratis' adalah keputusan yang sangat tepat.Â
Prabowo Subianto menyatakan bahwa program makan bergizi gratis ini akan menargetkan 82,9 juta rakyat Indonesia yang terdiri dari murid SD, SMP, SMA dan SMK, santri, dan ibu hamil. Dari total 82,9 juta penerima manfaat program tersebut, sekitar 74,2 juta nya merupakan murid dari tingkat dasar hingga menengah atas serta kejuruan, baik dari sekolah negeri maupun swasta. Hal ini menunjukkan bahwa program ini ditujukan untuk para pelajar di seluruh Indonesia di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Di samping itu, sekitar 4,3 juta penerima manfaat program ini adalah santri, yang menunjukkan bahwa program ini juga memperhatikan peserta pendidikan agama secara inklusif. Selain itu, terdapat juga sekitar 4,4 juta ibu hamil yang menjadi penerima manfaat dari program ini. Hal tersebut menunjukkan fokus pemerintah terhadap kesehatan ibu dan bayi sejak masa kehamilan.Â
Menurut Drajad Hari Wibowo, Anggota Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, program makan bergizi gratis tidak akan langsung dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun 2025. Menurutnya, program tersebut akan dilaksanakan secara bertahap dan terus ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Sebagai gambaran tahap awal, Drajad mengilustrasikan bahwa pada tahun pertama, program makan bergizi gratis akan menyasar sekitar 40% dari total jumlah anak sekolah. Kemudian di tahun kedua, ia mengatakan bahwa program tersebut dapat meningkat menjadi 80% dari target anak sekolah. Pada tahun 2029, menurutnya, program ini baru akan dapat diterapkan secara 100%.Â
Terdapat beberapa dampak positif dari program makan bergizi gratis bagi masyarakat, di antaranya:Â
- Meringankan Beban Orang tua Peserta Didik dengan Ekonomi Lemah
Dengan adanya program makan bergizi gratis, orang tua dengan kondisi perekonomian yang lemah tidak harus memberikan uang saku kepada anak-anaknya saat ke sekolah. Jika ada, kemungkinan tidak akan sebanyak sebelum program makan bergizi gratis diterapkan.Â
- Menurunkan Tingkat Kekurangan Gizi di Kalangan Anak-AnakÂ
Manfaat dari program ini adalah memastikan bahwa setiap anak mendapatkan setidaknya satu kali makan bergizi dalam sehari dan mengurangi kelaparan. Dengan mengurangi kelaparan, program ini akan dapat membantu mengurangi permasalahan gizi pada anak-anak. Anak yang memperoleh asupan makanan secara baik juga akan lebih besar kemungkinannya untuk tumbuh baik secara fisik dan lebih berhasil secara akademis.
- Menggerakkan Ekonomi Daerah dan Nasional
Program makan bergizi gratis diyakini dapat menggerakkan roda perekonomian karena akan melibatkan banyak pemasok bahan makanan dan bisnis katering. Dalam jangka panjang, program ini juga akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani, nelayan, peternak, dan UMKM di sekitar sekolah.
- Membuat Harga Kebutuhan Bahan Pokok StabilÂ
Dengan program makan bergizi gratis, harga kebutuhan bahan pokok akan stabil karena terdapat kepastian pembeli bahan pokok, yakni pemerintah.
- Edukasi bagi Anak dan Orang Tua
Pemberian makan bergizi secara tidak langsung akan membantu mengedukasi anak serta orang tua mereka tentang makanan bergizi, kebiasaan makan sehat, dan disiplin waktu makan.
- Menekan Tingkat Putus SekolahÂ
Program makan bergizi gratis akan mendorong orang tua, terutama di kalangan keluarga miskin untuk memastikan anaknya ke sekolah dan keluarga akan memprioritaskan pendidikan anaknya daripada tanggung jawab lainnya.Â
- Mendorong Kesetaraan AntarsiswaÂ
Menu yang sama bagi semua siswa dalam satu sekolah akan mendorong kesetaraan dengan siswa dari latar belakang berbeda. Selain mendorong inklusivitas pendidikan, program ini akan membantu memastikan bahwa siswa dapat memperoleh akses ke makanan bergizi apapun latar belakangnya.Â
- Menambah Asupan Pangan Bergizi bagi Ibu Hamil
Program makan bergizi gratis dapat menambah asupan makanan yang bergizi bagi ibu hamil  maupun bayi yang ada dalam kandungannya sehingga dapat menekan angka kematian ibu saat melahirkan dan membantu mencegah stunting serta kurang gizi pada generasi penerus bangsa yang menjadi akar bangsa Indonesia di masa mendatang.Â
Meskipun memiliki sejumlah manfaat, namun program makan bergizi gratis yang menargetkan 82 juta penerima ini juga menuai kritik serta kontroversi dari berbagai pihak dan terus menjadi sorotan yang tak kunjung padam. Beberapa daerah bahkan menolak mengimplementasikan program makan bergizi gratis karena dianggap belum mendesak. Mereka berpendapat bahwa daripada memberikan makanan bergizi gratis kepada siswa dan ibu hamil, pemerintah sebaiknya fokus untuk segera meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih belum merata dan memadai hingga saat ini. Kemudian bagaimana dengan nasib program makan bergizi gratis milik Prabowo-Gibran ini kedepannya? Apakah program ini tetap menjadi fokus utama dari janji kampanye atau hanya sekadar wacana belaka untuk menarik perhatian masyarakat?Â
Berikut merupakan hal-hal yang dapat dipertimbangkan sebelum merealisasikan program makan bergizi gratis :Â
- Dari Mana Anggaran untuk Makan Bergizi Gratis yang Butuh Dana Jumbo?Â
Diungkapkan oleh Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Hashim Djojohadikusumo, program makan bergizi gratis membutuhkan anggaran sedikitnya Rp450 triliun untuk dapat berjalan. Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran telah merencanakan dan menghitung alokasi dana sebesar Rp15.000/anak untuk program ini, yang tidak termasuk susu gratis. Jika diasumsikan biaya makan bergizi gratis untuk seorang siswa sebesar Rp15.000, dengan total peserta didik mencapai 47,5 juta orang pada tahun ajaran baru 2023-2024, maka pemerintah perlu menyiapkan lebih dari Rp120 triliun/tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat karena belum termasuk biaya susu dan jumlah siswa yang masuk dalam target program yang diperkirakan mencapai lebih dari 50 juta orang.Â
Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah memulai pembahasan dan perencanaan anggaran untuk makan bergizi gratis yang akan dimasukkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN 2025). Namun, hal ini akan memberikan beban berat bagi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mendatang. Jika rasio pajak tetap berada di kisaran 10-11% dan realokasi tidak dilakukan secara efektif, defisit APBN per PDB diproyeksi akan dapat melebihi ambang batas 3%. Di sisi lain, tanpa program ini saja, APBN pada tahun 2023 sudah defisit sebesar Rp347,6 triliun. Selain itu, rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) telah mencapai 38%, sedangkan rasio pajak selama 10 tahun terakhir cenderung menurun. Jika program makan bergizi gratis nantinya dibiayai sepenuhnya oleh APBN, program ini juga akan menjadi beban anggaran terbesar setelah pendidikan dan perlindungan sosial. Padahal, meskipun anggaran untuk pendidikan sudah mencapai 20% dari APBN, masih belum cukup untuk menyelesaikan masalah pendidikan di dalam negeri. Dampaknya, pemerintah tidak dapat secara leluasa menggunakan anggarannya serta belanja untuk program-program lainnya akan semakin terbatas.Â
- Bagaimana Jika Makan Bergizi Gratis Menggunakan Dana BOS?
Alokasi dana program makan bergizi gratis yang besar ini mendapat penolakan dari Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI). Mereka menentang menggunakan sebagian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang selama ini terbatas untuk program makan bergizi gratis. Iwan Hermawan selaku Ketua FAGI menyatakan bahwa dana BOS saat ini tidak terlalu besar untuk menutup berbagai kebutuhan operasional sekolah seperti administrasi, perbaikan sarana prasarana, dan pembayaran guru honorer. Iwan mengkritik rencana pengalihan dana ini dan menyebutnya tidak etis karena dana tersebut sudah dialokasikan untuk belanja pegawai serta keperluan administratif sekolah.Â
Tidak hanya FAGI, penolakan tegas juga disampaikan oleh Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr Muhdi. Menurutnya, penggunaan dana BOS untuk anggaran makan bergizi gratis adalah suatu kemunduran dalam dunia pendidikan. Bahkan, jika dilihat dari besaran pagu anggarannya, BOS yang diberikan pemerintah selama ini masih kurang memadai. Oleh karena itu, pihaknya dengan tegas menolak penggunaan dana BOS untuk program makan bergizi gratis.Â
Tidak hanya para guru, orang tua siswa juga menolak usulan pemerintah untuk menggunakan sebagian dana BOS untuk program makan bergizi gratis di sekolah. Salah satunya yaitu Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jawa Barat yang menolak program ini diterapkan di semua sekolah mulai dari TK hingga SMP. Mereka berpendapat bahwa prioritas seharusnya diberikan pada pembangunan infrastruktur pendidikan serta peningkatan kualitas pendidik. Koordinator Fortusis Jawa Barat, Dwi Soebawanto menganggap, kualitas pendidikan di Jawa Barat masih memerlukan perhatian lebih sebelum menerapkan program makan bergizi gratis.Â
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) memiliki pandangan berbeda. Mereka mengkhawatirkan jika penggunaan dana BOS untuk program makan bergizi gratis berpotensi untuk disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji mengungkapkan bahwa sektor pendidikan masih sering terlibat dalam kasus korupsi di Indonesia. Menurutnya, besarnya dana yang dibutuhkan untuk menyediakan makan bergizi gratis dapat menjadi peluang bagi oknum-oknum tertentu di sektor pendidikan untuk melakukan tindakan yang merugikan.Â
- Kebijakan Pemerintah Masih Gelap?Â
Pengamat kebijakan publik, Dadang Darmawan menganggap bahwa masih banyak hal yang perlu dikritisi dari rencana program makan bergizi gratis ini. Dadang mempertanyakan apa dasar kajian yang menjadi acuan bagi Prabowo dan Gibran dalam menjalankan program tersebut di masa depan jika mereka menjadi pemimpin Indonesia. Dia menyoroti bahwa hingga saat ini, masih belum ada riset yang mempelajari bagaimana program tersebut dapat diimplementasikan. Menurut Dadang, program ini adalah kebijakan yang seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang fantastis karena tidak ada riset sama sekali sebelumnya. Jika biasanya pemerintah melakukan analisis kebijakan sebelum menjalankannya, namun Dadang merasa bahwa kebijakan ini masih gelap bagi pemerintah.Â
Sementara itu, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya menilai, program makan bergizi gratis hanya akan berakhir pada penambahan utang luar negeri. Menurut Berly, Prabowo-Gibran memiliki 3 sumber anggaran potensial untuk menjalankan program tersebut selain dari utang luar negeri. Meskipun terdapat opsi untuk menggeser anggaran dari program-program yang telah ada sebelumnya, Berly meyakini bahwa hal ini tidak akan mencukupi. Oleh karena itu, menambah utang luar negeri dinilai sebagai langkah yang paling masuk akal untuk mendanai program tersebut.Â
- Anggaran Harus Sesuai dengan Gizi, Jangan Dipotong
Menurut ahli gizi RSUD Nyitdah, Ni Nyoman Utami Sari, anggaran sebesar Rp15.000/anak untuk makan bergizi terlalu minim jika dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok saat ini. Dia menilai, jika menggunakan jasa katering, anggaran tersebut masih dapat dinegosiasikan, namun mungkin tidak dapat memenuhi kriteria 4 sehat 5 sempurna. Di sisi lain, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo menilai, anggaran Rp15.000/anak sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak, asalkan dana tersebut diberikan secara kolektif yang berarti sekolah menerima total anggaran sesuai dengan jumlah siswa yang ada. Namun, ia mengkhawatirkan jika dilakukan pemotongan anggaran, kualitas menu akan menjadi tidak profesional, asal-asalan, serta berpotensi mengakibatkan kegagalan program tersebut.Â
- Â Program Makan Bergizi Gratis Hanya Kuat Setengah Jalan?
Pengamat ekonomi Celios Nailul Huda memperkirakan bahwa implementasi program makan bergizi gratis mungkin hanya mencapai 50% pada tahun 2029 karena ia menilai program tersebut akan menyebabkan celah fiskal semakin sempit. Menurut Nailul, pemerintah membutuhkan anggaran yang mencapai ratusan triliun rupiah, baik di tahun pertama hingga tahun kelima. Dia menyatakan bahwa keuangan negara mungkin tidak mampu menanggung beban fiskal sebesar itu jika semua orang menikmati makan bergizi gratis dari pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintahan Prabowo-Gibran kemungkinan akan dihadapkan pada beberapa pilihan, diantaranya mengurangi subsidi energi, terutama subsidi BBM. Namun demikian, dia menegaskan bahwa langkah tersebut akan meningkatkan inflasi dan beban hidup, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
- Seberapa Realistis Klaim untuk Tidak Impor?
Koordinator Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengkhawatirkan klaim bahwa program makan bergizi gratis ini akan menyerap produksi pangan dari petani lokal mengingat kapasitas produksi bahan-bahan pangan di Indonesia hingga saat ini bahkan belum memadai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Â Menurut Said, dengan kondisi sekarang saja, Indonesia masih mengimpor berbagai bahan pangan seperti susu, ikan, daging, dan bahkan beras, karena produksi dalam negeri belum mencukupi. Dia menggambarkan bahwa situasi ini menunjukkan bahwa pemerintah masih memiliki tantangan besar dalam mencapai kedaulatan pangan. Namun, Said juga mengakui bahwa mewujudkan kedaulatan pangan bukanlah hal yang mudah, memerlukan waktu, serta kebijakan yang mendukung. Dia menyatakan bahwa saat ini kebijakan yang diterapkan justru lebih banyak mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, yang berpotensi dapat menekan petani, peternak, dan nelayan, serta rentan dimanipulasi oleh kepentingan bisnis tertentu.Â
- Â Masihkah Relevan Menggunakan Komposisi Empat Sehat Lima Sempurna?Â
Menurut Budiman Sudjatmiko, program makan bergizi gratis ini akan mengacu pada komposisi 'Empat Sehat Lima Sempurna' yang telah ada sejak tahun 1952. Namun sebaliknya, menurut Olivia Herlinda selaku Kepala Riset dan Kebijakan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), konsep tersebut sudah tidak relevan lagi karena menekankan pada konsumsi nasi, lauk, sayur, buah, dan menempatkan susu sebagai penyempurna. Padahal di pedoman yang digunakan sekarang, susu dianggap dapat digantikan dengan protein lainnya. Olivia Herlinda juga menyoroti  bahwa memberikan susu kemasan dalam program ini tidaklah sesuai mengingat mayoritas masyarakat Indonesia menderita intoleransi laktosa dan tingginya kandungan gula dalam mayoritas produk susu kemasan yang ada di Indonesia. Selain itu, CISDI juga mengkhawatirkan bahwa program ini dapat berubah menjadi sarana distribusi produk kemasan serta pangan olahan tanpa mempertimbangkan aspek gizi dan kadar nutrisi dalam makanan.
Program makan bergizi gratis berpotensi memberikan dampak positif bagi pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan. Namun, program ini juga dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti memastikan penyaluran makanan tepat waktu, berkualitas, serta sesuai dengan standar kebersihan dan keamanan pangan. Selain itu, program ini juga harus mempertimbangkan kekhasan diet daerah setempat, kebiasaan budaya, dan aspek agama yang mempengaruhi pola makan serta pantangan bagi sebagian siswa. Menetapkan standar gizi yang konsisten serta porsi yang tepat secara nasional juga merupakan tantangan tersendiri untuk menghindari pemborosan pangan dan mengurangi limbah makanan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang detail, tanggung jawab fiskal yang jelas, serta pelaksanaan yang efektif agar program ini dapat mengoptimalkan manfaatnya seraya mengatasi tantangan yang ada. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan kebutuhan nutrisi tiap individu yang berbeda-berbeda berdasarkan tingkat aktivitas, pertumbuhan, dan kondisi kesehatannya.
Referensi :Â
https://infobanknews.com/bank-dunia-beri-warning-program-makan-siang-gratis-prabowo-gibran/
https://www.metrotvnews.com/play/KRXC5jZ2-program-makan-siang-gratis-prabowo-gibran-masuk-rkp-2025Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H