Aku tuh bilang begini karena kulihat kita tuh seringkali berharap banyak terhadap seseorang. Kalau begitu pada akhirnya kita merasa dikecewain.
Soal janji-janji itu ya biarin aja mereka mau bilang apa. Nah ini, kita seringkali mengutamakan ketepatan janji-janji mereka. Padahal janji-janji mereka tadi mestinya kita jadikan penilaian sekuder atau tersier."
"Jelasin, Prol, jelasin. Aku nggak ngerti," komentar Blengos.
"Lho... Mereka mau bikin janji setebal buku Bumi Manusia, ya biar aja. Itu kan promosi mereka. Yang kita lihat secara nyata kan baik atau buruknya kerja mereka. Banyak baiknya atau buruknya. Gimana? Masih nggak ngerti juga kau?" sambil dikibas-kibasnya nyamuk-nyamuk yang daritadi entah ngapain cuma berputar-putar di atas kepalanya.
"Tapi kan kita nggak tau gimananya nanti, Prol..."
"Ya ampun nih anak. Ya biarin aja... Aduuuh... masa' aku harus jelasin lagi sih..."
"Haaaaaaa... Aku curiga. Jangan-jangan yang kau bilang tadi itu semacam pembelaan untuk calon yang kau dukung ya..."
Tapi Saprol cuma diam sambil dipasangnya muka kesal.
Tak ada suara apapun yang berarti setelah prasangka Blengos tadi. Hanya suara tepukan-tepukan memukul nyamuk yang makin malam semakin ramai menyerbu. Di kaki, di tangan, di pipi, di jidat, everywhere, everytime! Plak plok plak plok! Berdarah-darah! Tragis!
Entah maksud apa dua manusia ini masih tetap bertahan dalam kondisi seperti itu.
Kok bisa betah banget ya? Ckckckck...