Biaya eksplorasi dan pengolahan migas turut terkerek naik mengikuti kenaikan komponen biaya di dalamnya seperti biaya ketenagakerjaan dan peralatan.
Maka logisnya, dengan adanya inflasi ini, menjadi lebih mahal bagi produsen, khususnya yang berada di Amerika Serikat, untuk memproduksi migas dari hari ke hari. Dengan asumsi harga per barrel minyak bumi di $ 90 - 100, maka per liter minyak bumi berada di angka Rp. 10.000 - 11.000, jauh di atas harga lama Pertamax. Ini belum termasuk biaya pengolahan dari minyak bumi ke bensin siap pakai.
3. Pasokan yang Belum Pulih
Ketika pandemi Covid-19 pertama kali terjadi di tahun 2020, terjadi pengurangan kapasitas produksi minyak bumi sebagai akibat dari berkurangnya mobilitas masyarakat.Â
Yang kurang disadari oleh kalangan awam adalah bahwa pengurangan atau penambahan kapasitas produksi minyak bumi bukanlah perkara sesederhana membuka atau menutup keran air.Â
Beberapa pengurangan kapasitas produksi mengambil bentuk penutupan tambang secara permanen. Konsekuensinya, ketika akan dilakukan peningkatan kapasitas produksi lagi, tambang-tambang ini tidak serta-merta dapat dibuka kembali. Perlu modal dan waktu yang tidak sedikit untuk kembali mengaktifkan tambang yang sudah ditutup ini.
Tanda-tanda masalah pasokan ini sejatinya sudah terlihat sejak 2021 ketika pom bensin swasta seperti Shell dan BP sudah mulai menaikkan harga namun SPBU Pertamina masih belum bergeming.Â
Untuk bensin dengan RON 92, Shell dan BP saja sudah menjual di atas Rp. 10.000 pada 2021. Sementara untuk Pertamax baru naik belakangan ketika Pertamina sudah tidak dapat memberikan "subsidi" lebih banyak lagi untuk para pengguna Pertamax.
Ya, Pertamax, setidaknya selama setahun terakhir ini, juga adalah BBM "subsidi" sebagaimana Pertalite dan Premium, tanpa disadari banyak pihak. Kenaikan harganya adalah keniscayaan yang tinggal menunggu waktu.Â
Oleh karena itu, kenaikan harganya yang cukup signifikan sekarang adalah sinyal bahwa ekonomi kita pun tidak kebal gejolak global, entah itu yang sifatnya politik maupun ekonomi.
Hingga pada saat tulisan ini dibuat, minyak bumi masih berada di level yang cukup tinggi walaupun sudah sempat terjadi penurunan harga akibat sentimen pasar atas perkembangan perang Rusia-Ukraina. Akan tetapi jauh di bawah permukaan, masalah sesungguhnya dari migas belum tertuntaskan.Â