Mohon tunggu...
Satrio Arismunandar
Satrio Arismunandar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selanjutnya

Tutup

Money

JPKL Pelintir "Penelitian Ilmiah" tentang Bahaya BPA

20 Juni 2021   17:15 Diperbarui: 20 Juni 2021   17:23 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Jadi mereka (JPKL) yang bawa galonnya ke kita, dan bukan kita yang mencari sampel galonnya. Hasilnya kemudian kita berikan kepada mereka. Tapi yang perlu digarisbawahi, kita tidak tahu sampel galonnya dari mana dapatnya, apakah sampling-nya mewakili yang ada di pasaran juga kita tidak tahu. Proses sampling-nya seperti apa, kita tidak tahu," katanya.

Kengototan dan Kengawuran JPKL

Dari penjelasan TUV NORD Indonesia Laboratories, terlihat bahwa klaim-klaim bombastis yang disebarkan JPKL melalui media online adalah klaim sepihak yang jauh dari kebenaran. Kalau JPKL mengklaim bahwa kesimpulan yang dibuatnya didasarkan pada "eksperimen" atau "penelitian ilmiah," terlihat bahwa dari metode yang dilakukannya sendiri tidak layak disebut ilmiah.

Pertama, JPKL itu organisasi wartawan yang tidak punya kapasitas, apalagi kredibilitas, sebagai lembaga penelitian. Cara pengambilan dan pemilihan sampel galon (dan apa yang kemudian dilakukan terhadap sampel galon itu sebelum diserahkan ke laboratorium penguji) hanya diketahui oleh JPKL. Tidak ada lembaga independen manapun yang terlibat di proses ini.

TUV NORD Indonesia kemudian cuma disuruh menguji sampel yang sudah dipilih JPKL. Jadi TUV Nord Indonesia sebenarnya cuma "diperalat," agar bisa dipinjam namanya untuk "membuktikan secara ilmiah" tentang bahaya BPA di air galon isi ulang.

Kedua, yang juga menunjukkan kengawuran JPKL, yang diuji oleh TV NORD adalah kandungan BPA pada galon, bukan pada air di dalam galon. Padahal yang dikonsumsi oleh masyarakat justru adalah airnya. Memangnya masyarakat itu memakan galon? Ini kekeliruan fatal.

Kalau toh ada kandungan BPA di galon, peneliti dari IPB, Dr Eko Hari Purnomo, sudah menegaskan bahwa BPA tidak larut dalam air. BPA ini hanya larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, ester, keton, dan sebagainya. Jadi air di dalam galon itu bisa dibilang aman dikonsumsi. Dari dua aspek di atas, terlihat bahwa kesimpulan dan klaim JPKL sangat lemah dan sulit dipertanggungjawabkan.

Namun, selama ini JPKL tetap kukuh dengan kengawurannya. Dari hasil penelitian abal-abal itu, JPKL kemudian tinggal mengemas konferensi pers atau diskusi, yang mengundang keterlibatan pihak ketiga yang polos dan tidak paham konteksnya. Seperti, LSM pemerhati kesehatan anak, dan sebagainya. Keterlibatan mereka sebenarnya cuma diperalat untuk publikasi yang lebih keren.

Dari cara-cara yang dilakukan JPKL ini menimbulkan banyak pertanyaan. Agenda apakah sebenarnya yang dibawa JPKL, karena tindakan JPKL yang sok melakukan "penelitian ilmiah" sebenarnya sudah di luar ranah jurnalistik? Mengapa mereka begitu ngotot memperjuangkan klaim bahaya BPA dalam air galon isi ulang? Apakah JPKL sebenarnya cuma menjadi alat dari "persaingan dagang yang tidak sehat" untuk mengunggulkan produk tertentu? ***

*Satrio Arismunandar adalah penulis buku dan mantan jurnalis Harian Kompas dan Trans TV. Ia salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun