Nama : Satrio Yoga Pratama
NIM : 42321010086
Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Universitas Mercubuana
Menurut Plato, filsafat merupakan ilmu yang memunculkan hasrat buat terus menerus mencari ketahui. Jadi, sepanjang kita seluruh senantiasa mau ketahui secara kodrati, kita sesungguhnya berjiwa seseorang filsuf. Pendek kata, filsafat bertitik tolak dari rasa mau ketahui.( Wibowo 2010: 21).
Berikutnya, hasrat buat mencari ketahui itu wajib didasari oleh pengetahuan hendak diri sendiri, sebab gimana bisa jadi kita mencari ketahui suatu dengan bijaksana bila kita tidak mengidentifikasi diri kita sendiri. Hingga yang jadi berarti merupakan diri sejati manusia merupakan jiwanya.Â
Di dalam jiwa ini, ada 3 dorongan: Inti benak, afektivitas serta nafsu- nafsu. Berpijak dari mari, dalam dunia instan yang terpentas, terdapat suatu indikasi yang kerap tidak disadari serta kurang sanggup dikendalikan.
Kerapkali timbul tindakan- tindakan yang kebablasan, perilaku yang merasa ketahui segala- galanya sementara itu tidak memahami dengan sebenar- benarnya, tercantum kurang sanggup membedakan apa serta gimana metode bawa diri di hadapan universal.Â
Hingga dalam keadaan demikian, manusia ditatap butuh buat belajar serta menyadari kalau pengendalian diri merupakan berarti. Bagi dimensi Plato, karakteristik manusia yang mumpuni bisa dilihat dalam kerangka lapisan: Epithumia, tumos serta logistikon
EPITHUMIA
Epithumia' bagi Plato merupakan sumber dari seluruh nafsu- nafsu hendak makan, minum, seks, serta kekayaan. Dengan epithumia ini, keberlangsungan hidup manusia dipastikan, berkat hasrat makan serta minum, serta secara spesies, manusia terus berlangsung berkat re- genarisi( berketurunan).Â
Santapan minuman serta seks( ataupun gampangnya duit), yang dicari terus menerus tanpa henti, senantiasa menaik tanpa batasan serta tidak memahami titik puas, pada tingkatan tertentu hendak membuat orang manusia sendiri sirna sendiri. Plato mengatakan kalau watak epithumia itu irasional, tidak tunduk pada ide budi sehingga secara fisiologis epithumia terletak pada bagian perut ke dasar jauh dari kepala.
Epithumia merupakan hasrat tidak terbatas dalam bermacam perihal yang berkaitan dengan survival biologis. Dalam jiwa manusia, guna Epithumia membuat manusia terserak. Karakteristik lain dari Epithumia merupakan sifatnya yang mengedepankan hasrat partikular serta individual.Â
Demi santapan, seserorang merelatifkan seluruh apa yang lain, tercantum komunitasnya. Epithumia dikira Platon irasional serta mortal! Nafsu yang di dominasi oleh prinsip bahagia serta tidak bahagia ini cenderung tidak tunduk pada rasio, serta senantiasa mau penuhi kenikmatan yang dia cari dengan bahaya kalau dia malah mengganggu integritas totalitas manusia.Â
Epithumia cuma mencari santapan serta minuman dan seks, serta dia diibaratkan semacam hewan liar.
perihal yang bertabiat badan ini ditemani oleh perihal yang bertabiat rasa nikmat. Kedua, Platon menarangkan terdapatnya tipe kenikmatan lain yang tidak bergantung kepada perubahan- perubahan fisiologis, ialah rasa nikmat serta rasa sakit yang berkenaan dengan jiwa.
Dengan demikian kenikmatan sesungguhnya lebih berkaitan dengan evaluasi jiwa manusia dari pada fenomena raga. Nafsu- nafsu semacam seks, makan, minum, serta duit ialah bagian dari epithumia.Â
Bagi Plato nafsu- nafsu ini bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia tetapi manusia jadi tidak sehat bila cuma mengejar pemenuhan atas nafsu- nafsu tersebut tanpa memahami rasa puas. Perilaku semacam ini cuma hendak menghancurkan manusia itu sendiri.
THUMOS
Bila secara fisiologi ephithumia terletak pada bagian perut ke dasar hingga thumos terletak di antara leher serta dada. Thumos sangat berbeda dengan ephithumia. Thumos' merupakan bagian jiwa irrasional, tempat bercokolnya hasrat hendak rasa hormat, harga diri, dst. Faktor thumos ini merujuk pada seluruh wujud afektivitas, rasa, semangat, serta agresivitas.Â
Thumos merupakan tempat keberanian timbul, serta memicu jiwa manusia dikala memandang suatu yang mengecewakan, sehingga muncullah perilaku memberontak/ melawan suatu yang mengecewakan itu. Pada dikala yang sama, seorang pada kesimpulannya tidak menyerah begitu saja terhadap kondisi yang mengecewakan ataupun kondisi yang melanda dirinya.
Bagi Plato, thumos dapat menyetir manusia buat tidak menyerah pada takdir, tidak pasrah terlebih memble dalam menempuh tekanan hidup. Rasa cinta, mau diakui, mau dihargai, mau menemukan pujian ialah karakteristik dari thumos. Duit, santapan serta seks bukan segala- galanya untuk orang- orang yang didominasi oleh thumos.Â
Mereka perlu pengakuan, perlu rasa mau dihargai, serta perlu cinta. Orang- orang yang disetir oleh thumos tidak mencari hal- hal material yang sifatnya rendah.
Thumos merupakan hasrat- hasrat yang biasanya cenderung baik serta gampang ditunjukan oleh ide budi. Tetapi, dikala menjajaki dirinya sendiri, thumos dapat jadi irasional. Kita dapat amati contoh manusia yang disetir oleh thumos pada pendukung fanatik sesuatu kesebelasan sepak bola ataupun kelompok fanatik agama tertentu.Â
Mereka tidak memfokuskan diri pada pemenuhan santapan, duit dll. tetapi dapat secara irasional( dengan berani mati) membela apa yang mereka yakini.
Thumos secara raga memiliki asosiasi dengan napas ataupun darah. Kata ini pula digunakan selaku konsep buat mengekspresikan kemauan serta keberanian manusia buat diakui. Thumos merupakan suatu wujud nilai ataupun pemahaman serta mendesak orang- orang buat mencari pengakuan.Â
Kemauan manusia buat" diakui" tersebut dinyatakan oleh Plato di dalam novel yang bertajuk The Republic Plato mengatakan kalau di dalam jiwa manusia ada 3 sisi ialah sisi hasrat/ kemauan, sisi pemikiran/ pertimbangan serta satu sisi lagi yang dinamakan" thumos ataupun thymos".Â
Manusia pula menginginkan pengakuan terhadap nilai- nilai mereka ataupun nilai- nilai yang mereka percayai." Thumos" merupakan suatu yang dibawa manusia semenjak lahir.
Secara ilustratif dalam kehidupan sosial politik, apabila epithumia ditafsirkan selaku kelas petani serta orang dagang yang orientasinya mencari profit, hingga thumos ditafsirkan selaku prajurit. 6 Atensi faktor jiwa yang terletak di dada ini merupakan mencari kemenangan dalam kompetisi serta padat jadwal mencari penghargaan di mata orang lain.
LOGISTIKON
Logistikon ialah faktor yang ditafsirkan selaku sais kereta dalam Phaidros ini merupakan logistikon( guna rasional jiwa). Logistikon' merupakan bagian jiwa rasional sumber kebijaksanaan, bagian afektivitas. Bagian ini, untuk Plato, ialah bagian' terbaik' dalam jiwa manusia, sebab ia mengatur 2 bagian jiwa( epithumia serta thumos).Â
Dia bertugas memerintah serta mengatur 2" bagian" jiwa yang lain. Dia memberitahu serta mengatur kuda putih( thumos) secara langsung, serta kerjasamanya hendak mengatur kuda gelap yang binal. Apabila perintahnya tidak ditaati, logistikon masih mempunyai jalan lain buat mengatur epithumia.
Dikala fauna binal yang tidak sempat puas itu tertidur, logistikon hendak mengirimkan perintah serta nasehatnya melalui mimpi. Bagi Plato, Logistikon ataupun Logika ialah aspek yang sangat berarti. Logika ditafsirkan selaku sais kereta kuda yang lihai serta sanggup buat mengendalikan ephithumia( kuda gelap) serta thumos( kuda putih) supaya dapat berjalan bersama menggapai tujuan.
Sebab sifatnya penuh dengan kebijakan serta ide budi, logistikon terletak pada bagian sangat atas dari anatomi badan manusia ialah kepala.
Memakai logika ialah perihal yang sangat utama buat menemukan hidup yang senang. Plato berkomentar kalau manusia yang hidup sebab( cuma) didorong oleh ephithumia ataupun thumos hendak merugikan peradaban. Peradaban cuma dibentuk oleh manusia dengan logika yang baik sehingga sanggup mengendalikan hasrat- hasrat irasional.
Dengan penjelasan ketiga lapisan ini, pada dasarnya manusia terletak dalam' konflik' antara ketiga bagian ini. Dari ketiga penjelasan lapisan ini, dapatlah disimpulkan secara simpel kalau ephitumia merupakan hasrat manusia yang dikontrol oleh nafsu serta kemauan daging.
- Thumos merupakan hasrat yang terencana pada pencapaian hendak harga diri serta rasa hormat, pula lebih cenderung menjajaki pertimbangan' logistikon', tetapi tetaplah perihal itu merupakan hasrat yang terencana cuma buat suatu harga diri- rasa hormat.
- Sedangkan logistikon merupakan hasrat yang mengatur kedua hasrat lebih dahulu. Hingga yang sempurna bagi Plato merupakan manusia yang jiwanya tertata baik, terkoordinasi buat melayani rasio/ ide budi.
Dengan demikian, pemurnian benak ialah ketentuan supaya orang dapat memusatkan dirinya kepada kebaikan. Terpaut perihal itu, apa implikasi positifnya? Sekurang- kurangnya bisa disebutkan implikasinya semacam demikian: Dalam diri manusia memanglah terdapa banyak hasrat. Bakan hasrat yang terindikasi negatif juga tidak terhindarkan ataupun telah dihindari.
Perihal itu memanglah terdapat dalam tiap orang. Dengan kenyataan ini pula, hemat penulis, yang terutama merupakan" mendidik diri" buat sanggup mengatur ketiga hasrat yang terdapat, tanpa mengabaikan satu sama lain. Seseorang manusia wajib unggul bukan cuma intelektualnya( logistikon/ rasio), melainkan manusia yang sanggup menempatkan serta mengatur ephitumia serta thumos, pada tempat yang pas serta pada dikala yang pas.
Praktisnya, pengendalian diri sangat berarti, bukan cuma di dikala terdapat' waktu spesial' buat melakukannya, namun selama kehidupan manusia. Tidak hanya itu, tiap orang wajib sanggup" menyadari diri" serta menyadari potensi- potensi yang terdapat dalam diri, dalam rangka memahami diri sebagaimana terdapatnya.
Selaku pemimpin, tokoh politik, wujud yang ditokohkan serta jadi panutan dalam warga, telah sepatutnya' berpijak dari mari serta bertolak lebih ke dalam', ke dalam nilai- nilai serta gagasan filosofis lapisan jiwa manusia bagi Plato ini.Â
Tiap tokoh warga memanglah wajib sanggup mengatur diri, menyadari diri serta potensi- potensinya, dan mengendalikan seluruh pola pikir, rasa serta tindaknya, supaya sanggup melaksanakan tiap tugasnya, dengan baik.
Penafsiran ini ialah upaya penggabungan antara bermacam definisi yang berbeda menimpa hakekat politik yang diketahui dalam ilmu politik. Teori Politik Plato Filsafat politik yang dijabarkan oleh Plato selaku gambaran teori politik. Dalam teori ini ialah filsafat politik tentang keberadaan manusia di dunia terdiri dari 3 bagian ialah, Benak ataupun ide, Semangat/ keberanian serta Nafsu/ kemauan berkuasa.
Plato mempunyai idealisme yang secara operasional meliputi: Penafsiran budi yang hendak memastikan tujuan serta nilai dari pada penghidupan etik, Penafsiran matematik, Etika hidup manusia ialah hidup bahagia serta senang serta bertabiat intelektual serta rasional, Teori tentang negeri sempurna, Teori tentang asal mula negeri, tujuan negeri, guna negeri serta wujud negeri, Penggolongan dari kelas dalam negeri, Teori tentang keadilan dalam negeri serta Tori kekuasaan Plato.
Dalam kamus universal bahasa Indonesia oleh Pius A. Partanto serta Meter. Dahlan Angkatan laut(AL) Bahrry, korupsi diformulasikan selaku perbuatan yang kurang baik semacam kecurangan, penyelewengan, penyalahgunaan jabatan buat kepentingan diri, serta gampang disuap.
Korupsi merupakan indikasi warga yang bisa ditemukan di nyaris seluruh tempat. Korupsi berasal dari kata latin" corruptio" ataupun" corruptus" yang berarti kehancuran, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, serta tidak bermoral kesucian.
Kata ini setelah itu timbul dalam bahasa Inggris serta Perancis" Corruption" yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, buat menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan bagi kamus lengkap Website Ster' s Third New International Dictionary, penafsiran korupsi merupakan ajakan( dari seseorang pejabat politik) dengan pertimbangan- pertimbangan yang tidak semestinya( misalnya suap) buat melaksanakan pelanggaran tugas.
Bagi Sayed Hussein Alatas dalam bukunya" Corruption and the Disting of Asia" melaporkan kalau aksi yang bisa dikategorikan selaku korupsi merupakan penyuapan, pemerasan, nepotisme, serta penyalahgunaan keyakinan ataupun jabatan buat kepentingan individu.
Sebaliknya bagi Robert Klitgaard, penafsiran korupsi merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tugas- tugas formal suatu jabatan negeri sebab keuntungan status ataupun duit yang menyangkut individu( perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), ataupun melanggar aturan- aturan penerapan sebagian tingkah laku individu.
Sedangkan bagi Jeremy Pope, korupsi mengaitkan sikap dipihak para pejabat zona publik, baik politisi ataupun pegawai negara sipil. Mereka secara tidak normal serta tidak legal memperkaya diri sendiri ataupun orang yang dekat dengan mereka dengan menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan kepada mereka.
Pemicu Korupsi
Dalam materi Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional oleh BPKP, penyebab- penyebab terbentuknya korupsi yang sangat utama merupakan sebagian perihal berikut, ialah;
Aspek Individu
Pelakon korupsi Apabila dilihat dari segi sang pelakon korupsi, sebabsebab ia melaksanakan korupsi bisa berbentuk dorongan dari dalam dirinya, yang bisa pula dikatakan selaku kemauan, hasrat, ataupun kesadarannya buat melaksanakan. Sebab- sebab seorang terdorong buat melaksanakan korupsi antara lain selaku berikut:
- Sifat Tamak Manusia
- Moral Yang Kurang Kokoh Mengalami Godaan
- Penghasilan Kurang Memadai Kebutuhan Hidup Yang Wajar
- Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
- Gaya Hidup Konsumtif
- Malas Ataupun Tidak Ingin Bekerja Keras
- Ajaran- Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
- Aspek Organisasi
Organisasi dalam perihal ini merupakan organisasi dalam makna yang luas, tercantum sistem pengorganisasian area warga. Organisasi yang jadi korban korupsi ataupun dimana korupsi terjalin umumnya berikan andil terbentuknya korupsi sebab membuka kesempatan ataupun peluang buat terbentuknya korupsi. Di antara penyebabnya merupakan:
- Kurang Terdapatnya Teladan Dari Pemimpin
- Tidak Terdapatnya Kultur Organisasi Yang Benar
- Sistem Akuntabilitas di Lembaga Pemerintah Kurang Memadai
- Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
SUMBER
- https://manado.tribunnews.com/2021/02/15/epithumia-thumos-logistikon-dan-sikap-pemimpin?page=all
- https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43937/1/13540066_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
- https://www.merdeka.com/jatim/pengertian-korupsi-dan-penyebabnya-penting-dipelajari-kln.html
- https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?p=show_detail&id=2247
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H