Mohon tunggu...
Satria Sukmanegara
Satria Sukmanegara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bohongan

Larangan adalah perintah, bercerita tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi "Kasih Terakhir"

8 April 2024   04:21 Diperbarui: 8 April 2024   04:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di ujung jalan yang berliku,

Kasih terakhir terhampar indah,

Seperti sinar matahari yang memancar,

Menghangatkan hati yang terluka.

 

Kasih terakhir, begitu dalam dan tulus,

Seperti air yang mengalir di sungai yang tenang,

Mengisi ruang kosong dalam jiwa,

Memberikan kebahagiaan yang tak tergantikan.

 

Di setiap detik yang berlalu,

Kasih terakhir hadir dengan penuh cinta,

Seperti pelangi yang memancar di langit,

Menghiasi hidup dengan warna yang indah.

 

Kasih terakhir, begitu berharga,

Seperti permata yang berkilau di malam gelap,

Menghadirkan keajaiban dan keindahan,

Membawa kedamaian dalam setiap langkah.

 

Namun, kasih terakhir juga bisa menjadi perpisahan,

Ketika waktu memisahkan dua hati yang terikat,

Namun, cinta yang pernah ada tetap abadi,

Mengisi kenangan dengan kehangatan yang tak terlupakan.

 

Di dalam kasih terakhir, ada kekuatan,

Untuk melampaui segala rintangan dan kesulitan,

Seperti api yang tak pernah padam,

Cinta terakhir tetap menyala dalam hati.

 

Kasih terakhir, sebuah hadiah yang berharga,

Seperti bunga yang mekar di taman yang subur,

Mengajarkan kita tentang arti sejati,

Bahwa cinta adalah anugerah yang tak ternilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun