Mohon tunggu...
Satria Rifma P
Satria Rifma P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

konten akan berkaitan seputar kajian isu hubungan internsional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebangkitan The Sick Man of Europe

29 Juni 2023   07:34 Diperbarui: 2 Juli 2023   10:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Identitas Buku

Judul Buku                  : Kebangkitan Kembali  Great Power :Politik Luar Negeri Rusia Era  ..Presiden Vladimir Putin

Penulis                         : Ali Muhammad, Mutia Hariati H, Ahmad Sahide

Editor                          : Nur Alam Amjar

Penyunting                  : Ali Muhammad

Penerbit                       : Prodi Magister Ilmu Hubungan Internasional, Program Pascasarjana, ..Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tahun Diterbitkan       : Cetakan I, Desember 2019

Jumlah Halaman         : x + 213 Halaman

Ukuran Buku              : 14,5 x 20.5 cm

Nomor ISBN              : 978-602-52966-2-8

Peresensi                     : Satria Rifma Permana

Pengantar

Pecahnya konflik Ukraina dan Rusia pada tahun 2022, dapat dikatakan sebagai konflik paling berbahaya dalam satu dekade terakhir. Konflik ini tidak hanya melibatkan konfrontasi militer bersenjata, namun juga penuh dengan unsur kepentingan dan implikasi sejarah di dalamnya. Ketegangan antar kedua negara bersaudara yang sejatinya telah berlangsung sejak terpecahnya Uni Soviet. Konflik ini kembali memanas pada tahun 2014 dengan munculnya revolusi Ukraina yang menentang supremasi Rusia. Revolusi yang terjadi berhasil melengserkan mantan Presiden Ukraina pro-Rusia Yanukovych. Situasi ini menjadi awal terungkapnya keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa dan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Keikutsertaan Ukraina dalam keanggotaan NATO membuka jalan untuk NATO melakukan ekspansi infrastrukturnya mendekati perbatasan Rusia. Rencana yang kemudian ditantang keras oleh Moskow, karena dianggap menimbulkan perasaan tidak aman dan kemungkinan adanya ancaman invasi yang dilakukan oleh negara barat dikemudian hari. Sejalan dengan teori ekspansionalisme Rusia yang berusaha menciptakan zona penyangga yang jauh untuk melindungi wilayahnya yang luas. Ekspansionisme wilayah dipandang sebagai upaya penting untuk survival dan keamanan Negara Rusia.  Militer Rusia diharapkan dapat menghadapi musuh menjauh dari jantung Rusia dan mempersiapkan serangan pertananan atau serangan balasan dengan adanya zona penyangga yang jauh (halaman 18). Melihat situasi konflik yang terjadi, rasanya membawa kita melihat pengulangan sejarah besar. Kontestansi antara Amerika beserta sekutunya NATO dan Blok Timur dengan Uni soviet.

Sanksi yang diberikan Barat terhadap Rusia memperkeruh konflik yang terjadi. Negara Barat yang terkejut dengan tidak gentarnya Rusia menghadapi sanksi yang diberikan, memperjelas bagaimana kekhawatiran Barat akan negara nakal yang mencoba menantang hegemoni Barat di komunitas internasional. Bagaimanapun, Rusia merupakan sebuah negara yang digadang-gadang mewarisi tahta sebagai the Great Power seperti yang pernah Uni Soviet lakukan. Sebuah kekuatan besar yang telah lama merepotkan Barat mewujudkan ambisinya menjadi kontrol utama dunia.

Tentang Buku

Buku berjudul Kebangkitan Kembali Great Power: Politik Luar Negeri Rusia Era Presiden Vladimir Putin merupakan karya dari tiga penulis yaitu Ali Muhammad, Mutia Hariati Hussin dan Ahmad Sahide. Buku ini membahas bagaimana upaya Rusia mengembalikan statusnya sebagai salah satu kekuatan terbesar di dunia, di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin. Buku setebal 213 halaman ini terdiri dari IX bab, yang tersusun tentang analisis yang mendalam mengenai implikasi sejarah, keadaan politik, kondisi ekonomi, dan posisi Rusia di beberapa panggung kekuatan besar dunia dalam memproyeksikan arah politik luar negeri (polugri) untuk kembali menjadi negara superpower.  

Kekuatan yang Terpendam

Konteks sejarah menjadi faktor pendorong bagaimana Rusia memulai misinya kembali menjadi kekuatan besar di dunia. Sejarah telah mencatat bagaimana dinamika perkembangan peradapan memiliki sebuah pola yang memungkinkan terjadinya pengulangan peristiwa, begitupun dengan Rusia yang merupakan negara pecahan Uni Soviet tentunya memiliki sejarah yang megah. Pada bab II dalam buku ini menjelaskan bagaimana kontinuitas sejarah yang dimiliki Rusia pada era pre maupun pasca Uni Soviet berimplikasi terhadap arah polugri Rusia. Pengaruh kuat sejarah, telah menjadi narasi propaganda Kremlin untuk mendapat dukungan penuh dalam kancah politik domestik. Sebagai contoh, runtuhnya Uni Soviet telah menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. (Aditya, 2020) Kekhawatiran akan terulangnya keruntuhan menyakitkan seperti yang terjadi pada era Tsar dan era Komunis, dipergunakan Presiden Vladimir Putin untuk mendapatkan legitimasi politik dalam ambisinya menjadi penyambung mimpi Rusia meraih kembali pengakuan dunia sebagai negara superpower. 

 

Strategi Politik Dalam Negeri Vladimir Putin

Pada bab III dijelaskan bahwa, mimpi Rusia untuk menjadi negara superpower telah membawa perubahan tata kelola pemerintahan pada era Vladimir Putin. Perubahan yang paling menonjol dalam politik domestik Rusia selama dekade terakhir adalah keberhasilan Presiden Vladimir Putin dalam memusatkan kekuasaan di tangan lembaga kepresidenan (halaman 34). Sistem penunjukan yang dilakukan Putin untuk mengisi posisi strategis di pemerintahannya dilakukan sebagai upaya memusatkan kekuasaan. Metode ini membuat individu yang ditunjuk Putin atas dasar kesetiaannya bukan kualifikasi yang dia miliki. Kuatnya lembaga eksekutif dan tereduksinya peran parlemen dan parpol menjadi bagian penting dari ideologi demokrasi yang diusung Kremlin. Ide ini kemudian menciptakan lingkungan politik domestik Rusia yang mampu dikontrol oleh negara. Sektor-sektor strategis kemudian dikuasai dan berada di bawah pengaruh Kremlin secara langsung. Kontrol ketat yang diberlakukan nyatanya juga berdampak kepada kebebasan warga negaranya. Walaupun begitu, perlu dicatat bahwa, politik Rusia dewasa ini jauh lebih baik daripada politik totaliter di era Uni Soviet. Masyarakat melihat adanya keseimbangan antara pemerintah yang kompeten dan beberapa pembatasan (halaman 41). Kestabilan politik domestik dan situasi dalam negeri Rusia juga telah mendorong percepatan kebangkitan ekonomi nasional.

Kebangkitan Ekonomi Rusia

Sistem politik domestik yang mengikat dan condong ke arah state centric, membuat Kremlin mudah untuk mengontrol dan menjadikan sektor kunci ekonomi yang beneficial bagi kepentingan dalam maupun luar negeri Rusia. Rusia kemudian dikatakan menganut paham liberalisme terkontrol dalam hal ekonominya. Sektor kunci ekonomi seperti sektor energi dan industri pertahanan harus tetap di tangan negara guna menjamin perusahaan di sektor-sektor tersebut memiliki pengaruh politis di dalam dan luar negeri (Ellerson, 2006).  Salah satu contoh Rusia menggunakan strategi yang memanfaatkan energi gas untuk mengendalikan pasar gas dunia termasuk eropa, sehingga Rusia tetap mampu mempertahankan pengaruh politiknya di daratan Eropa. (Aditya, 2020, p. 10).

Bab IV secara rinci menjelaskan tiga fase transisi ekonomi Rusia pasca krisis 1998 hingga masa modernisasi ekonomi era Vladimir Putin. Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam hal ekonomi internasionalnya, ditandai dengan masuknya Rusia ke dalam berbagai organisasi ekonomi dunia seperti Group od Eight, Group of Twenty, dan World Trade Organization. Pelesatan ekonomi yang dialami Rusia membuat Putin menggandeng negara sahabat untuk membentuk kekuatan ekonomi baru yang diproyeksikan meruntuhkan dominasi Amerika dan sekutunya. Hal ini bertujuan mengurangi tingkat ketergantungan negara di dunia terhadap Bretton Wood System. Rezim ekonomi bercorak liberal dan kapitalis yang menguasai perekonomian global sampai saat ini (halaman 51). Lahirnya BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan menjadi kekuatan ekonomi baru yang siap menantang hegemoni Barat.

Pembuat Keputusan Polugri Rusia

Tren positif ekonomi di era Presiden Vladimir Putin tidak terlepas dari kebijakan luar negeri yang diambil. Bertanya tentang siapa yang memutuskan sebuah kebijakan polugri Rusia, sejatinya telah terjawab pada bab III, dimana kuatnya pengaruh lembaga eksekutif, berikut lemahnya Parpol dan parlemen ditambah dengan kegagalan Rusia membentuk institusi yang kokoh menghasilkan pemerintahan yang sangat tersentralisasi (halaman 56).  Kekuatan besar yang tersentralisasi ke atas, tentunya menjadikan legitimasi Presiden Vladimir Putin semakin kuat. Kuatnya pengaruh presiden, membuat pengambilan keputusan polugri terpusat di dalam Kremlin. Pada bab V di buku ini juga memaparkan elemen lain yang ikut andil dalam proses pembentukan polugri Rusia meskipun perannya tidak signifikan, contohnya seperti parlemen Rusia. Lemahnya pengaruh di dalam pemerintahan, membuat parlemen Rusia tidak memainkan peran sentral dalam pembuatan kebijakan polugri (halaman 59). Dalam bab V ini juga menjelaskan tentang adanya beberapa aliran pemikiran polugri yang menjadi landasan pemikiran dalam mengambil keputusan polugri Rusia.

Bermain Di Kawasan Strategis Dunia

Bab VI hingga bab IX yang ada di buku ini, penulis menyuguhkan bagaimana implemantasi kebijakan polugri Rusia terhadap negara atau kawasan stategis di dunia, seperti Amerika Serikat. Kremlin mencoba menjaga hubungan baik dengan Amerika tetapi tidak menjadi pengikutnya. Langkah ini merupakan cara Putin menunjukkan pada dunia bahwa rusia telah bangkit (halaman 93). Rusia bernarasi tentang penguatan kemitraan dengan Uni Eropa, namun dalam praktiknya Rusia cenderung memprioritaskan hubungan dengan masing-masing anggota Uni Eropa. Rusia memanfaatkan kedekatan hubungan dengan negara-negara anggota Uni Eropa, terutama yang berasal dari Eropa Timur untuk terus mempertahankan pengaruh politiknya serta menjaga keseimbangan power di kawasan Eropa. Baltik adalah kunci dari perebutan power di Eropa bagi Rusia. (Aditya, 2020, p. 10). Terlepas dari sikap ambivalen Rusia, Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang penting bagi Rusia (halaman 114).

Rusia berpandangan kedekatannya dengan Tiongkok memiliki tujuan untuk mendapat dukungan keamanan dan menjalin hubungan Asia-Pasifik yang lebih luas. Rusia telah lama melihat Tiongkok sebagai mitra dagang yang beneficial bagi mereka. Ketidakharmonisan hubungan Rusia dengan Barat mempererat hubungan kedua negara, ditambah dengan hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat yang semakin memburuk, berimplikasi terhadap  terjalinnya kerjasama kedua pihak di berbagai sektor. Selain di 3 wilayah tersebut, Rusia juga memainkan perannya di kawasan Timur Tengah. Kawasan Timur Tengah dianggap sebagai kawasan yang strategis, karena menjadi pertemuan dari tiga benua, yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Ada 3 faktor yang menyebabkan Rusia menancapkan pengaruhnya di kawadan Timur Tengah, diantaranya adalah ekonomi, politik, dan ideologi (halaman 148).

Catatan Kritis Peresensi

Sebuah bacaan yang menarik. Buku berjudul Kebangkitan Kembali Great Power: Politik Luar Negeri Rusia Era Presiden Vladimir Putin ini memberikan anda banyak informasi. Terutama bagi anda yang memang berkecimpung di dalam dunia perpolitikan baik luar maupun dalam negeri. Analisis yang disampaikan ketiga penulis begitu dalam, dengan menggabungkan pembahasan sisi kepentingan dengan studi kasus yang pernah terjadi. Buku ini sangat menyasar penggiat kajian isu internasional, terutama yang berkaitan dengan Rusia. Sangat menarik bagaimana kita disuguhkan perjalanan the sick man of europe dalam meraih kembali status superpower. Kerangka pikiran yang penulis terapkan dengan menggunakan implikasi sejarah, keadaan politik domestik, ekonomi, dan polugri membuat saya dapat dengan mudah memahami bahwasannya Rusia kini berada di jalan yang tepat.

Segi bahasa dalam buku ini penulis ciptakan dengan bahasa yang tidak terlalu sulit untuk dimengerti, terutama bagi penggiat politik. Terdapat beberapa istilah-istilah politik dan beberapa singkatan di dalam buku ini. Akan tetapi, saya rasa tidak ada masalah dengan hal itu. Penulis juga telah memberikan keterangan di awal halaman buku tentang singkatan-singkatan yang digunakan dalam buku ini. Buku ini terdiri dari IX bab, dengan masing-masing bab akan menjelaskan teori dan pemahaman yang berbeda. Namun bagi saya, hal ini justru memudahkan saya untuk memahami konteks yang coba penulis sampaikan. Saya menyukai cara penulis mengkorelasikan pembahasan antar bab. Contohnya, seperti pada bab II yang membahas politik domestik Rusia akan memberikan banyak pengaruh terhadap proses kebangkitan ekonomi Rusia yang dibahas pada bab III.

Sangat disayangkan memang, penulis tidak membahas mengenai pengaruh dan polugri Rusia di kawasan Asia terutama di Indonesia. Tempat dimana buku ini diterbitkan. Tentunya saya sangat mengarapkan penulis untuk membahas bagaimana situasi Rusia di Indonesia. Kita tahu bahwasannya Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang dengan Rusia. Bahkan hingga saat ini, hubungan kedua negara terbilang harmonis.  Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dibaca. Terutama bagi kalian penggemar berat Negara Rusia dikontestansi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun