Mohon tunggu...
Satria Rifma P
Satria Rifma P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

konten akan berkaitan seputar kajian isu hubungan internsional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebangkitan The Sick Man of Europe

29 Juni 2023   07:34 Diperbarui: 2 Juli 2023   10:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sistem politik domestik yang mengikat dan condong ke arah state centric, membuat Kremlin mudah untuk mengontrol dan menjadikan sektor kunci ekonomi yang beneficial bagi kepentingan dalam maupun luar negeri Rusia. Rusia kemudian dikatakan menganut paham liberalisme terkontrol dalam hal ekonominya. Sektor kunci ekonomi seperti sektor energi dan industri pertahanan harus tetap di tangan negara guna menjamin perusahaan di sektor-sektor tersebut memiliki pengaruh politis di dalam dan luar negeri (Ellerson, 2006).  Salah satu contoh Rusia menggunakan strategi yang memanfaatkan energi gas untuk mengendalikan pasar gas dunia termasuk eropa, sehingga Rusia tetap mampu mempertahankan pengaruh politiknya di daratan Eropa. (Aditya, 2020, p. 10).

Bab IV secara rinci menjelaskan tiga fase transisi ekonomi Rusia pasca krisis 1998 hingga masa modernisasi ekonomi era Vladimir Putin. Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam hal ekonomi internasionalnya, ditandai dengan masuknya Rusia ke dalam berbagai organisasi ekonomi dunia seperti Group od Eight, Group of Twenty, dan World Trade Organization. Pelesatan ekonomi yang dialami Rusia membuat Putin menggandeng negara sahabat untuk membentuk kekuatan ekonomi baru yang diproyeksikan meruntuhkan dominasi Amerika dan sekutunya. Hal ini bertujuan mengurangi tingkat ketergantungan negara di dunia terhadap Bretton Wood System. Rezim ekonomi bercorak liberal dan kapitalis yang menguasai perekonomian global sampai saat ini (halaman 51). Lahirnya BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan menjadi kekuatan ekonomi baru yang siap menantang hegemoni Barat.

Pembuat Keputusan Polugri Rusia

Tren positif ekonomi di era Presiden Vladimir Putin tidak terlepas dari kebijakan luar negeri yang diambil. Bertanya tentang siapa yang memutuskan sebuah kebijakan polugri Rusia, sejatinya telah terjawab pada bab III, dimana kuatnya pengaruh lembaga eksekutif, berikut lemahnya Parpol dan parlemen ditambah dengan kegagalan Rusia membentuk institusi yang kokoh menghasilkan pemerintahan yang sangat tersentralisasi (halaman 56).  Kekuatan besar yang tersentralisasi ke atas, tentunya menjadikan legitimasi Presiden Vladimir Putin semakin kuat. Kuatnya pengaruh presiden, membuat pengambilan keputusan polugri terpusat di dalam Kremlin. Pada bab V di buku ini juga memaparkan elemen lain yang ikut andil dalam proses pembentukan polugri Rusia meskipun perannya tidak signifikan, contohnya seperti parlemen Rusia. Lemahnya pengaruh di dalam pemerintahan, membuat parlemen Rusia tidak memainkan peran sentral dalam pembuatan kebijakan polugri (halaman 59). Dalam bab V ini juga menjelaskan tentang adanya beberapa aliran pemikiran polugri yang menjadi landasan pemikiran dalam mengambil keputusan polugri Rusia.

Bermain Di Kawasan Strategis Dunia

Bab VI hingga bab IX yang ada di buku ini, penulis menyuguhkan bagaimana implemantasi kebijakan polugri Rusia terhadap negara atau kawasan stategis di dunia, seperti Amerika Serikat. Kremlin mencoba menjaga hubungan baik dengan Amerika tetapi tidak menjadi pengikutnya. Langkah ini merupakan cara Putin menunjukkan pada dunia bahwa rusia telah bangkit (halaman 93). Rusia bernarasi tentang penguatan kemitraan dengan Uni Eropa, namun dalam praktiknya Rusia cenderung memprioritaskan hubungan dengan masing-masing anggota Uni Eropa. Rusia memanfaatkan kedekatan hubungan dengan negara-negara anggota Uni Eropa, terutama yang berasal dari Eropa Timur untuk terus mempertahankan pengaruh politiknya serta menjaga keseimbangan power di kawasan Eropa. Baltik adalah kunci dari perebutan power di Eropa bagi Rusia. (Aditya, 2020, p. 10). Terlepas dari sikap ambivalen Rusia, Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang penting bagi Rusia (halaman 114).

Rusia berpandangan kedekatannya dengan Tiongkok memiliki tujuan untuk mendapat dukungan keamanan dan menjalin hubungan Asia-Pasifik yang lebih luas. Rusia telah lama melihat Tiongkok sebagai mitra dagang yang beneficial bagi mereka. Ketidakharmonisan hubungan Rusia dengan Barat mempererat hubungan kedua negara, ditambah dengan hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat yang semakin memburuk, berimplikasi terhadap  terjalinnya kerjasama kedua pihak di berbagai sektor. Selain di 3 wilayah tersebut, Rusia juga memainkan perannya di kawasan Timur Tengah. Kawasan Timur Tengah dianggap sebagai kawasan yang strategis, karena menjadi pertemuan dari tiga benua, yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Ada 3 faktor yang menyebabkan Rusia menancapkan pengaruhnya di kawadan Timur Tengah, diantaranya adalah ekonomi, politik, dan ideologi (halaman 148).

Catatan Kritis Peresensi

Sebuah bacaan yang menarik. Buku berjudul Kebangkitan Kembali Great Power: Politik Luar Negeri Rusia Era Presiden Vladimir Putin ini memberikan anda banyak informasi. Terutama bagi anda yang memang berkecimpung di dalam dunia perpolitikan baik luar maupun dalam negeri. Analisis yang disampaikan ketiga penulis begitu dalam, dengan menggabungkan pembahasan sisi kepentingan dengan studi kasus yang pernah terjadi. Buku ini sangat menyasar penggiat kajian isu internasional, terutama yang berkaitan dengan Rusia. Sangat menarik bagaimana kita disuguhkan perjalanan the sick man of europe dalam meraih kembali status superpower. Kerangka pikiran yang penulis terapkan dengan menggunakan implikasi sejarah, keadaan politik domestik, ekonomi, dan polugri membuat saya dapat dengan mudah memahami bahwasannya Rusia kini berada di jalan yang tepat.

Segi bahasa dalam buku ini penulis ciptakan dengan bahasa yang tidak terlalu sulit untuk dimengerti, terutama bagi penggiat politik. Terdapat beberapa istilah-istilah politik dan beberapa singkatan di dalam buku ini. Akan tetapi, saya rasa tidak ada masalah dengan hal itu. Penulis juga telah memberikan keterangan di awal halaman buku tentang singkatan-singkatan yang digunakan dalam buku ini. Buku ini terdiri dari IX bab, dengan masing-masing bab akan menjelaskan teori dan pemahaman yang berbeda. Namun bagi saya, hal ini justru memudahkan saya untuk memahami konteks yang coba penulis sampaikan. Saya menyukai cara penulis mengkorelasikan pembahasan antar bab. Contohnya, seperti pada bab II yang membahas politik domestik Rusia akan memberikan banyak pengaruh terhadap proses kebangkitan ekonomi Rusia yang dibahas pada bab III.

Sangat disayangkan memang, penulis tidak membahas mengenai pengaruh dan polugri Rusia di kawasan Asia terutama di Indonesia. Tempat dimana buku ini diterbitkan. Tentunya saya sangat mengarapkan penulis untuk membahas bagaimana situasi Rusia di Indonesia. Kita tahu bahwasannya Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang dengan Rusia. Bahkan hingga saat ini, hubungan kedua negara terbilang harmonis.  Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dibaca. Terutama bagi kalian penggemar berat Negara Rusia dikontestansi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun