Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran aktor dan aktris yang terkenal dapat memberikan dampak positif pada jumlah penonton suatu film.
Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah faktor popularitas seorang aktor/aktris harus selalu menjadi penentu utama dalam menentukan kualitas sebuah film.
Film adaptasi selalu diminati
Ketika melihat sepuluh film Indonesia teratas sejak tahun 2007 hingga 2023, terdapat tujuh di antaranya merupakan film adaptasi, baik itu dari novel, film luar negeri, ataupun wattpad.
Namun, tidak semua film adaptasi luar negeri sukses meraih banyak penonton. Beberapa contoh seperti My Sassy Girl dan Kembang Api hanya mampu menarik sedikit penonton, yaitu hanya 150 ribu untuk My Sassy Girl dan kurang dari 20 ribu penonton untuk Kembang Api.
Adaptasi film luar yang sukses meraih banyak penonton biasanya berasal dari film yang memang sudah sangat terkenal. Salah satunya adalah Miracle in Cell No 7 yang sudah diadaptasi oleh berbagai negara, dan ketika Indonesia membuat versi remake-nya, berhasil memikat lebih dari 5 juta penonton.
Begitu juga dengan adaptasi wattpad dan novel terkenal, seperti Argantara, trilogi Dilan, dan Mariposa yang berhasil meraih jumlah penonton yang tinggi. KKN di Desa Penari juga menjadi salah satu contoh sukses film adaptasi dari sebuah thread karya SimpleMan di Twitter.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa film adaptasi tetap memiliki tempat tersendiri di hati penonton Indonesia. Meskipun tidak semua film adaptasi itu sukses, film-film yang diadaptasi dari karya-karya terkenal biasanya mampu menarik banyak penonton.
Belajar dari Ngeri-Ngeri Sedap, angkat budaya lokal juga bisa memikat banyak penonton
Belajar dari kesuksesan Ngeri-Ngeri Sedap, kita dapat menyimpulkan bahwa mengangkat unsur budaya lokal juga bisa menjadi daya tarik bagi penonton. Terlebih lagi, film horor dan adaptasi luar negeri seringkali menjadi pilihan utama para produser untuk meraih banyak penonton.