Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "Mencuri Raden Saleh", Film Heist Indonesia yang Penuh Kejutan dan Totalitas

30 Agustus 2022   16:29 Diperbarui: 1 September 2022   01:00 4461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Mencuri Raden Saleh. (Dok. Visinema via kompas.com)

Plot dalam film ini terbilang asyik untuk diikuti. Tak butuh teori berat tentang politik ala-ala pencurian di film-film barat, film ini mampu menawarkan sesuatu yang ringan namun tetap berisi, yakni dengan menjadikan anak muda sebagai karakter utama.

Dengan menjadikan anak muda sebagai karakter utama, nampaknya Angga Dwimas Sasongko paham betul bahwa pencurian dalam film ini tak boleh langsung berhasil dengan cara-cara keren seperti film pencurian pada umumnya. 

Film ini dengan perlahan membangun ceritanya dan menunjukkan bahwa para remaja ini hanyalah pencuri amatiran yang terpaksa mencuri.

Sumber foto : Youtube/Visinema Pictures
Sumber foto : Youtube/Visinema Pictures

Dengan latar belakang dari masing-masing karakter yang diberikan sejak paruh awal film ini dimulai, penonton diajak untuk mampu memahami apa yang menjadi landasan motivasi para komplotan ini untuk mencuri. 

Alasan mereka juga realistis, mulai dari hutang orangtua, biaya kuliah, dan berbagai permasalahan yang juga dialami oleh remaja sekarang.

Konflik batin berkenaan dengan uang juga dialami oleh mereka, apalagi dengan adanya dialog adegan Piko bersama Ucup yang tengah menghadapi konflik batin, dengan mengatakan

"Kami bukan pencuri pak! Tugas kami membuat lukisan palsu yang sama persis dengan lukisan asli."

Namun ketika diberikan tawaran berupa uang sejumlah milyaran rupiah, mereka langsung mengiyakan. Konflik batin mengenai uang ini memang bisa terjadi kepada siapa saja, tak hanya anak muda. Apalagi jika kemiskinan, hutang, dan kebutuhan melanda, mau tak mau mereka mengambil pekerjaan apapun yang ada.

Sumber foto : Visinema
Sumber foto : Visinema

Tak bisa disalahkan juga bila film ini kurang mengeksplor masalah internal setiap karakternya lebih dalam. Ya! hanya keluarga Piko yang benar-benar disorot hingga akhir film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun