Dengan menjadi vendor pada aplikasi daring tersebut, proses pengantaran produk UKM utamanya kuliner bisa langsung sampai ke tangan konsumen dengan aman dimana saja.
Nah, sayapun sudah merasakan sendiri kenyamanan dari pelayanan situs-online JNE itu dengan berbelanja daring langsung. Mudahnya itu, saya hanya klik produk oleh-oleh di setiap daerah apa saja dari seluruh Indonesia yang kita inginkan di menu pencarian.
Kemudahan dan peningkatan permintaan produk Mandai-Crispy ini jua dirasakan pula olah Muhammad Noor. Dengan begitu, marketing penjualan bisa lebih massive lagi di hadapan konsumen di manapun berada. Mengikuti selera gaya hidup konsumen yang selalu menggenggam gajet bisa dirasa pas dalam menggaet segmentasi menengah ke atas bagi produk Mandai-Crispy miliknya.
Mandai-Crispy olahan Muhammad Noor paling tidak memberikan pelajaran, mengenai tiga tantangan bagi kita untuk menyulap ide brilian kita menjadi produk yang melambung. Â
Karakter, Inovasi, dan Pemasaran menjadi tahapan proses untuk menantang peluang pasar MEA yang menganga itu.
Apalagi buah cempedak yang saya ceritakan dalam tulisan mandai saya sebelumnya (bisa dklik di sini) , memiliki potensi untuk dikembangkan. Jika Muhammad Noor berhasil mengeksploitasi kulit cempedak menjadi Mandai Crispy.Â
Baca cerpen yuk :Â Kangen Senja Itu
Siapa tahu yang lain, suatu saat bisa memaksimalkan bijinya dan buah cempedak yang sanagat manis itu sendiri, menjadi produk Kuliner yang viral di masyarakat kita. Berani?
Jika kita tengok lagi, Survei yang dilakukan Kementrian Perdagangan terhadap seribu industri UMKM mengatakan lebih dari 50% tidak mengetahui MEA. Bahkan ada sekitar 60% UKM mengetahui peluang MEA atau tidak menyadari peluang yang tersedia di negara-negera ASEAN padahal peluang usahanya amat besar.