"Nih, mas saya kasi coklat, buat pujian-nya," sahutnya ketus.
Kuraih coklat tadi, dan lekas kuberikan kepada Kevin, Prita dan Kanaya.
"Eh, ada coklat enak, sambil menunggu mobil ready, asik nih makan coklat," candaku kepada mereka.
"Braaakkk"
Lukman keluar, dan menutup pintu Minibus dengan keras. Dia bergegas ke sisi jalanan.
"Pemerintah di sini kerjanya apa ya? kok jalanan tidak diurus kayak gini. Kalau-pun ada yang bisa menjemput kita, pasti datang-nya malam, karena jalanan jelek begini, mana sinyal susah lagi," ujarnya.
HP-ku bergetar. SMS-ku terbalas, sinyal satu-bar malu-malu muncul menghantarkan pesan baik. Temanku segera datang dalam waktu 2 jam-an, namun sedan-nya hanya berkapasitas 4 orang.
Aku mencoba kembali menghubungi petugas di kawasan wisata, sapa-tau berhasil.
"Ok pak, segera ya. Jangan lupa bawa senter, kalau ada juga jeriken yang berisi air," pintaku mengakhiri sambungan telpon.
Tiga-puluh menit berlalu, hanya menunggu. Serangga malam, mengintip dibalik pohon besar, bersiap menyayikan suara merdunya, memanggil binatang-binatang bersantap malam.
"Priiiit, Priitt, Priitt........."