Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tahun 2100, Kehidupan Tanpa Smartphone

10 Agustus 2024   20:34 Diperbarui: 10 Agustus 2024   20:58 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi smartphone dibuang dan dibakar di era tahun 2100 (sumber : Clark Chronicle )

Protes ini ternyata juga terjadi di negara-negara lain, sehingga bisa dikatakan ini adalah gerakan massal damai dunia, mirip-mirip yang dilakukan generasi 1970an hippies yang menuntut penghentian perang di dunia.

Tuntutan para generasi muda seluruh dunia, hanya 3 saja. Pertama, hasil minerba digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan semua rakyat. Kedua, hentikan digitalisasi berlebihan dalam segala aspek kehidupan. Ketiga, ekonomi berfokus kepada ketahanan pangan.

Sekilas mungkin seperti gerakan sosialis atau komunis, namun "Revolusi Bahagia" tidaklah seperti utopia Karl Marx, gerakan ini menitikberatkan dimana masyarakat dunia menginginkan kehidupan yang "normal", sebuah kehidupan yang memiliki makna.

Pemicu gerakan ini adalah dimana para generasi muda sudah muak dengan kehidupan yang terlalu "digital" dalam keseharian, mereka bosan berinteraksi dengan lainnya lewat teknologi smartphone hologram serta beragam fasilitas digital lainnya.

Padahal mereka melihat masalah besar saat itu adalah ketahanan pangan, dimana sistem digitalisasi gagal dalam membentuk sistem ketahanan pangan.

Dilaporkan dalam kurun 20 tahun terakhir, terjadi eksodus warga Ethiopia, Somalia ke negara Asia Tenggara, karena di negara mereka justru jadi santapan burung bangkai dan hyena.

Padahal di Indonesia pun juga sedang mengalami kesulitan, dimana lahan pertanian juga sudah sangat sulit didapatkan. Maka akhirnya meledaklah gerakan "Revolusi Bahagia", yang dipicu harga pangan yang sudah tak masuk akal.

Memang mereka diberikan kemudahan dalam akses berbagai hal, namun untuk urusan perut, banyak rakyat yang kelaparan, akibat harga pangan yang sudah tak wajar.

Gerakan diawali dengan berkumpulnya ribuan bahkan hingga jutaan massa di perkotaan pada sebuah lapangan besar, kemudian mereka beramai-ramai mengumpulkan gawai smartphone mereka, kemudian ditumpuk di tengah lapangan dan dibakar.

Mereka muak dengan kehidupan yang dicengkeram dengan "halu" alibi kemudahan akses teknologi, tetapi untuk makan saja harus membayar mahal dan sering langka di pasaran.

Maka dengan lenyapnya gawai smartphone secara massal, maka lumpuhlah seluruh sistem di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun