Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Agenda Wokeism LGBT dan Pembukaan Olimpiade Paris 2024

4 Agustus 2024   14:07 Diperbarui: 4 Agustus 2024   14:08 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan Olimpiade Paris 2024 yang penuh pesan agenda Wokeism LGBT (sumber : Dimensi Aktual )

Entah apa dalam pikiran orang barat yang mendukung gerakan ini secara terang-terangan dengan dalih kebebasan liberal, tapi di sisi lain melarang penggunaan jilbab di beberapa  sekolah-sekolah negara eropa, adalah bentuk kemunafikan standar ganda orang Eropa, yang justru menampakkan betapa kebencian kaum sekuler kebablasan terhadap kaum beragama.

Hal inilah yang akhirnya menimbulkan perdebatan tentang gerakan "woke agenda" yang sudah mulai menyimpang dari sejarah awalnya. Bahkan kini istilah "woke agenda" kekinian gaungnya jauh lebih dikenal sebagai gerakan perlawanan kaum LGBT ketimbang gerakan kesetaraan kaum kulit hitam yang pada mulanya.

"Woke Agenda"  atau wokeism yang dilancarkan kaum LGBT secara global saat ini sudah sangat terang-terangan dan nyata bahkan spektrumnya melebihi dari sejarah awal istilah "woke" yang dipopulerkan oleh kaum kulit hitam.

Perhelatan piala dunia Qatar 2022 lalu, terlihat jelas pada timnas Jerman yang terang-terangan mengkampanyekan "Woke Agenda" kaum pelangi. Lalu jika kita jeli, banyak beberapa film animasi Disney yang kadang diselipi agenda terselubung dari kaum LGBT tanpa disadari.

Di Eropa, kaum pelangi memang sedang mendapat panggung, mereka mendapat ruang dimana-mana, di segala bidang, baik ekonomi, sistem pernikahan, sosial budaya bahkan agama.

Namun pada perhelatan pembukaan Olimpiade Paris 2024, kini mereka kena batunya, ibaratnya bagaikan pepatah Jawa, "Dikasih ati, mintanya rempelanya", dimana kaum pelangi justru kebablasan mengekspresikan kebebasannya yang justru menyerang umat agama Kristen dan Katolik dengan parodi "Last Supper" yang sangat menjijikkan dan kebablasan, mereka seakan lupa di rumah banyak anak-anak yang menonton.

Dampaknya yang menghujat tidak hanya orang Timur atau Agamawan, bahkan orang Eropa pun merasa malu dengan pertunjukan yang bernilai sangat rendah mutunya itu.

Acara seremoni tersebut menunjukkan bahwa "Woke Agenda" dari kaum LGBT sudah tampak nyata dan memang benar-benar sudah dalam bentuk terstruktur dan sistematis.

Sebagai pribadi berjiwa pendidik, tentunya hal seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu ada ikhtiar dan komitmen bersama anak bangsa dalam membentengi dari agenda tak bermoral tersebut.

 Berikut kiranya beberapa hal yang bisa menjadi perhatian bersama dalam mengantisipasi agenda LGBT sudah tidak lagi sembunyi-sembunyi.

Hindarkan Anak Dari Kampanye LGBT

Perhatikan segala konten-konten yang sering dikonsumsi anak-anak kita baik yang sering sliweran di gawai online mereka, apakah ada yang terindikasi memuat pesan-pesan terselubung LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun