Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Buku Bukanlah Hobi

31 Mei 2024   16:11 Diperbarui: 31 Mei 2024   16:26 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak terbiasa membaca buku (sumber : penguin.co.uk)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan…. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah… Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia… Yang mengajar (manusia) dengan pena… Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya….

Itulah 5 ayat awal Al Quran Surah Al Alaq, yang merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Bisa dikatakan ayat ini sifatnya universal untuk semua umat manusia tidak terbatas hanya untuk muslim, dimana Tuhan memerintahkan perintah awal bagi umat manusia untuk ‘membaca’, bukan mencari makan, berburu atau berkembang biak, tetapi justru untuk mencari ilmu pengetahuan terlebih dahulu.

Kisah tersebut menyiratkan bahwa sudah jelas bahwa membaca adalah bentuk kewajiban awal bagi umat manusia. Maka ketika di dalam kelas, saya sering mengoreksi masalah kegemaran atau hobi masing-masing peserta didik, jika ada diantara mereka yang mengatakan bahwa hobinya adalah membaca. 

Saya langsung mengoreksinya, bahwa membaca adalah bukanlah hobi yang sifatnya personal, tetapi justru merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Membaca bukanlah bentuk dari skill atau kemampuan unik, tetapi sama halnya dengan kemampuan dasar manusia lainnya seperti makan atau minum.

Sesi membaca buku kesukaan dalam kelas (dokpri)
Sesi membaca buku kesukaan dalam kelas (dokpri)

Untuk menyadarkan mereka tentang pembiasaan membaca, setiap hari saya selalu berikan waktu sekitar 30 menit untuk mereka untuk membaca buku yang mereka suka di perpustakaan kelas kami. Biasanya saya membawa 4-5 buku baru setiap minggunya, yang saya pinjamkan dari perpustakaan langganan saya, agar mereka semangat membaca buku-buku baru yang menarik.

Sulitnya membiasakan membaca buku pada masyarakat Indonesia bisa tergambarkan peringkat Programme for International Student Assessment (PISA) bidang literasi membaca, dimana negara kita berada di posisi yang sangat rendah yaitu menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359. 

Hal yang memperhatinkan Indonesia masih di bawah dari negara Asia Tenggara lain yakni Thailand di posisi 63 dengan skor 379 dan Malaysia di posisi 60 dengan skor 388, serta Brunei Darussalam di posisi 44 dengan skor 429, apalagi dengan Singapura yang bertengger pada peringkat pertama dunia.

Entah apa yang membuat bangsa kita ini sulit sekali membiasakan ‘mengkonsumsi’ membaca buku dalam kesehariannya. Saya berpendapat bukan masalah sosial media yang merebak saat ini, tapi budaya maunya ‘instan’ adalah penyebab utamanya, kita seolah tak suka budaya berdialog dengan pikiran, lebih suka sesuatu yang tangible atau bisa langsung digunakan, ketimbang mencari tahu atau menelusuri sesuatu tersebut bisa kita gali secara mendalam melalui membaca buku yang halamannya tebal.

Bisa kita lihat 10 besar PISA literasi membaca adalah negara-negara maju, seperti Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Kanada dan lainnya. Artinya jika kita bisa membudayakan membaca buku pada generasi muda kita, bukan tak mungkin secara tak langsung bisa saja mengantarkan bangsa kita menjadi lebih baik peradabannya, hingga mendapat label negara maju.

Lalu bagaimana cara membuat generasi muda kita menjadi terbiasa untuk membaca buku sebagai bagian dari kewajibannya sebagai umat manusia kita, berikut beberapa hal yang bisa menjadi perhatian kita.

Mencari ‘Jodoh’ Buku

Penulis ‘Harry Potter’ kenamaan yaitu JK Rowling berujar “Jika Anda tidak suka membaca, Anda belum menemukan buku yang tepat”. Saya sependapat, saya rasa ini kunci utama agar orang tertarik untuk membaca buku.

Ada salah satu murid saya, dimana dia berujar bahwa dia tidak suka membaca buku, karena ketika baru sedikit membaca, katanya  kepalanya jadi pusing. Pada mulanya, saya mengira dia punya masalah psikis pada matanya ketika membaca, namun di lain waktu, pernah saya lihat dia membaca satu buku anak tentang lingkungan dengan cepatnya, ketika saya membawakan lagi buku yang bertema sama, ternyata dia suka, dan dengan cepat ‘melahapnya’. Dari sini saya menyimpulkan ‘jodoh’ karakter bukunya adalah yang bertema lingkungan dan tidak ada masalah psikis pada penglihatannya.

Layaknya mencari pasangan hidup, mencari karakter buku yang kita sukai juga seperti mencari jodoh. Permasalahannya, masih banyak diantara kita bahwa buku adalah sosok makhluk yang sulit kita jangkau dengan daya pikiran kita, sehingga menganggap semua genre buku itu sama saja, sama-sama transedental untuk disentuh dan dibaca.

Untuk mencari ‘jodoh’ atau buku yang sesuai kepribadian anak, harus melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah harus mengetahui motif utamanya dalam membaca, apakah membaca untuk mencari tahu sesuatu, menambah wawasan, atau sebagai hiburan. Sebagai contoh, jika sang anak bertipe ‘want to know’ yang sangat tinggi, maka arahkan dia pada buku-buku sains anak. 

Tahap kedua adalah menentukan genre bukunya, apabila dia tertarik pada sains anak, maka perlu di-grading lagi minat genrenya, semisal dia tertarik pada astronomi, maka perbanyaklah buku-buku astronomi anak pada rak bukunya, bukan justru banyak memberinya buku dongeng cerita rakyat yang justru membuatnya otaknya ‘mumet’.

Jika sedari awal anak tak menemukan ‘jodoh’ bukunya, maka hingga dewasa pun dia takkan tertarik membaca buku dari genre apapun, karena tak terbiasa membaca buku yang ia suka sedari kecil. Momen masa kecil adalah sangat penting pembentukan karakternya, maka jika di masa kecilnya terbiasa membaca jenis genre buku yang disenanginya, maka hal tersebut akan terekam hingga ia dewasa.

Pembiasaan Menyenangkan

Penulis novel terkemuka asal Amerika Serikat, Ernest Hemingway, berkata, “Tidak ada teman yang setia seperti buku”. Ungkapan tersebut mencerminkan betapa dimana buku bisa menjadi kebiasaan yang melekat dari diri kita.

Buatlah suasana yang mendukung minat baca sang anak, jika dia sudah menemukan jenis buku yang diinginkannya. Sediakanlah buku-buku yang disenanginya secara berkala, dalam memberikannya bisa saja dalam bentuk reward karena dia telah melakukan sesuatu kebaikan atau kado ulang tahun, sehingga kesan yang terekam adalah mendapatkan buku adalah sesuatu yang menyenangkan.

Layaknya barang kesayangan, sedari kecil mereka diajarkan untuk menghargai buku-buku koleksinya, seperti menyimpannya dengan rapi, tidak membuka halaman buku dengan air liur, tidak melipat halaman buku dan lainnya. Dengan demikian, maka dalam dirinya sudah terpatri kecintaannya terhadap buku semenjak dini.

Jadikan Gaya Hidup

Penyair peraih Nobel berdarah Rusia-AS, Joseph Brodsky, mengatakan “Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.". Ungkapan tersebut merupakan penegasan bahwa jika manusia tak punya kebiasaan membaca buku, maka secara tidak disadari dia telah berbuat kejahatan atau dzolim pada dirinya sendiri.

Jika sang anak sudah menemukan genre buku yang disenanginya, lalu dilengkapi dengan perpustakaan mininya, maka langkah selanjutnya bagaimana menjadikan kebiasaan membaca tersebut menjadi terus menerus berkelanjutan, disinilah peran orangtua menjadi sangat vital. 

Karena apalah artinya kita membelikan buku-buku kesukaan anak kita, namun ia melihat ibunya asyik menonton sinetron dan melihat ayahnya juga terbawa suasana bermain hape hingga lupa waktu, pada akhirnya sang anak pun akan meninggalkan kebiasaan membaca dan meniru orangtuanya yang juga malas membaca buku.

Saya memiliki kebiasaan meminjam buku berkualitas untuk saya dan anak saya sebanyak 8 buku per minggu, buku-buku tersebut saya pinjam dari Perpustakaan yang bernama Ganesha, Gentan, Sukoharjo. Perpustakaan ini dikelola dengan swadaya filantropi orang asing, sehingga para anggotanya sama sekali tidak dipungut biaya  ketika meminjam buku. InsyaAllah, di lain waktu saya akan mengulasanya dalam satu artikel, karena kebanyakan referensi artikel saya didapatkan dari buku-buku yang saya pinjam di Perpustakaan Ganesha.

Ketika sang anak sedang meluangkan waktunya untuk membaca buku, maka sang orangtua juga harus tergugah walau dia tidak punya kebiasaan membaca buku. Kembali lagi masalah kesadaran, kita sebagai orang dewasa adalah contoh bagi anak kita, kita teriak-teriak masalah pendidikan buruk, tapi di rumah tak pernah membudayakan budaya literasi sebagai gaya hidup.

Diskusi Buku

Filsuf asal Perancis, Voltaire mengemukakan, "Makin aku banyak membaca, makin aku banyak berpikir; makin aku banyak belajar, makin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun.". Pernyataan tersebut seolah menyatakan bahwa membaca buku adalah membuka cakrawala pada pemikiran kita bahwa ternyata ilmu itu ternyata sangatlah luas, dan membaca buku hanyalah baru permulaannya saja. Maka langkah setelah membaca buku, adalah proses evaluasi melalui diskusi telaah, untuk mengoptimalkan pemahaman.

Ada kata bijak yang mengatakan buku adalah jendela ilmu, dan itu benar, bahwa membaca buku itu hanya baru sekedar membukanya saja, belum ke tahapan memahami, merefleksikan bahkan hingga terinspirasi untuk menulis hal baru agar bisa dibaca oleh orang lain. Maka dari itu, sungguh merugi jika seseorang dalam hidupnya tak punya kebiasaan membaca buku, karena selama hidupnya tak tahu banyak hal.

Jika sang anak sudah mulai mempunyai kebiasaan rutin membaca buku, maka untuk mengoptimalkannya, sesekali kita berdiskusi dengannya tentang buku yang dibacanya. Hal ini sangat penting untuk mengembangkan daya kognitifnya. Jika banyak orangtua membiasakan hal ini, saya yakin tidak sampai satu dekade, bangsa ini bakal ada perubahan signifikan dalam peradabannya.

Ikhtiar membaca buku adalah upaya agar hidup kita di dunia ini, tidak hanya sekedar ‘mampir ngombe’ alias sekedar lewat, maka tanamkanlah kebiasaan membaca buku kepada generasi muda supaya mereka tidak gabut hanyut dalam jurang ketidaktahuan yang tiada dasarnya. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun