Jika sang anak sudah menemukan genre buku yang disenanginya, lalu dilengkapi dengan perpustakaan mininya, maka langkah selanjutnya bagaimana menjadikan kebiasaan membaca tersebut menjadi terus menerus berkelanjutan, disinilah peran orangtua menjadi sangat vital.Â
Karena apalah artinya kita membelikan buku-buku kesukaan anak kita, namun ia melihat ibunya asyik menonton sinetron dan melihat ayahnya juga terbawa suasana bermain hape hingga lupa waktu, pada akhirnya sang anak pun akan meninggalkan kebiasaan membaca dan meniru orangtuanya yang juga malas membaca buku.
Saya memiliki kebiasaan meminjam buku berkualitas untuk saya dan anak saya sebanyak 8 buku per minggu, buku-buku tersebut saya pinjam dari Perpustakaan yang bernama Ganesha, Gentan, Sukoharjo. Perpustakaan ini dikelola dengan swadaya filantropi orang asing, sehingga para anggotanya sama sekali tidak dipungut biaya  ketika meminjam buku. InsyaAllah, di lain waktu saya akan mengulasanya dalam satu artikel, karena kebanyakan referensi artikel saya didapatkan dari buku-buku yang saya pinjam di Perpustakaan Ganesha.
Ketika sang anak sedang meluangkan waktunya untuk membaca buku, maka sang orangtua juga harus tergugah walau dia tidak punya kebiasaan membaca buku. Kembali lagi masalah kesadaran, kita sebagai orang dewasa adalah contoh bagi anak kita, kita teriak-teriak masalah pendidikan buruk, tapi di rumah tak pernah membudayakan budaya literasi sebagai gaya hidup.
Diskusi Buku
Filsuf asal Perancis, Voltaire mengemukakan, "Makin aku banyak membaca, makin aku banyak berpikir; makin aku banyak belajar, makin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun.". Pernyataan tersebut seolah menyatakan bahwa membaca buku adalah membuka cakrawala pada pemikiran kita bahwa ternyata ilmu itu ternyata sangatlah luas, dan membaca buku hanyalah baru permulaannya saja. Maka langkah setelah membaca buku, adalah proses evaluasi melalui diskusi telaah, untuk mengoptimalkan pemahaman.
Ada kata bijak yang mengatakan buku adalah jendela ilmu, dan itu benar, bahwa membaca buku itu hanya baru sekedar membukanya saja, belum ke tahapan memahami, merefleksikan bahkan hingga terinspirasi untuk menulis hal baru agar bisa dibaca oleh orang lain. Maka dari itu, sungguh merugi jika seseorang dalam hidupnya tak punya kebiasaan membaca buku, karena selama hidupnya tak tahu banyak hal.
Jika sang anak sudah mulai mempunyai kebiasaan rutin membaca buku, maka untuk mengoptimalkannya, sesekali kita berdiskusi dengannya tentang buku yang dibacanya. Hal ini sangat penting untuk mengembangkan daya kognitifnya. Jika banyak orangtua membiasakan hal ini, saya yakin tidak sampai satu dekade, bangsa ini bakal ada perubahan signifikan dalam peradabannya.
Ikhtiar membaca buku adalah upaya agar hidup kita di dunia ini, tidak hanya sekedar ‘mampir ngombe’ alias sekedar lewat, maka tanamkanlah kebiasaan membaca buku kepada generasi muda supaya mereka tidak gabut hanyut dalam jurang ketidaktahuan yang tiada dasarnya. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H