"Bunda dan Ayah, dulu kok bisa menikah? Kenapa harus menikah?"
"Ma, kenapa sih harus belajar di sekolah? Kan ada Mama yang bisa ngajarin."
"Ayah, katanya si Farel, dia cuma punya ibu, ayahnya gak ada, gak tahu ke mana, kok bisa gitu yah?"
"Pak, kenapa celana dalam Superman berada di luar?"Â
Itulah beberapa contoh pertanyaan random atau pertanyaan acak 'dadakan' dari anak-anak yang sering ditujukan kepada orang dewasa, namun sifat pertanyaan tersebut harus membuat kita harus berpikir sejenak untuk memikirkan jawaban yang sesuai preferensi usianya.
Pada saat saya pertama kali menjadi guru, ada salah satu siswa yang bertanya 'random' kepada saya dengan tiba-tiba, dimana ia bertanya, "Bapak, games kesukaannya apa?". Saya pun terperanjat mendengar pertanyaan itu, memang bisa saya jawab dengan mudah, tetapi mengapa permulaan pertemuan harus dimulai pertanyaan seperti itu, biasanya jika pertama kali bertemu yang ditanyakan adalah nama atau alamat, tapi itulah anak-anak, mereka mempunyai dimensi dunianya sendiri, dunia random kata orang jaman sekarang.
Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh US National Library of Medicine, menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang 'sering' diajukan oleh anak-anak, akan memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan kecerdasan kognitifnya. Dimana ketika si anak merasa bingung atas sesuatu hal, maka pertanyaan-pertanyaan akan diajukan untuk menjawab rasa ingin tahunya atas pengetahuan baru yang didapatkannya.
Lebih lanjut dalam penelitian tersebut menyatakan anak yang memiliki rasa keinginantahuan yang tinggi cenderung mendapatkan hasil tes literasi dan numerasi yang lebih baik.
Kemudian apa yang harus menjadi pedoman bagi kita sebagai orang dewasa dalam menghadapi pertanyaan anak-anak yang seringkali acak bahkan harus memutar otak, karena pertanyaan yang diberikan bisa saja sangat sulit untuk dijawab, berikut beberapa hal yang dapat Anda jadikan acuannya, yuk simak.
Sadari Rasa Ingin Tahunya
Pada dasarnya manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, begitu pula dengan anak-anak yang justru rasa ingin tahunya jauh lebih besar, karena banyak hal yang belum diketahuinya di dunia. Hal inilah yang harus menjadi pondasi bagi Anda, ketika anak-anak seringkali melontarkan pertanyaan-pertanyaan random.
Istilah pertanyaan random artinya dimana si anak biasanya dalam satu waktu bisa mengajukan beberapa pertanyaan, namun kadang antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya tak memiliki korelasi atau kadang jenis pertanyaan yang diajukan, dirasakan masih kurang pantas untuk ditanyakan oleh anak seusia mereka.
Walau demikian, Anda harus memahami betul bahwa otak anak-anak selalu dipenuhi hal-hal yang selalu menimbulkan ketidaktahuan membingungkan jalan pola pikirnya, bahkan mungkin sering membuat mereka susah tidur, karena selalu memikirkannya, dan baru bisa tenang jika mendapatkan jawaban yang meyakinkan dirinya.
Hindari Ekspresi  Menolak Menjawab
Semisal Anda mendapati pertanyaan yang cukup sulit atau pertanyaan yang kiranya kurang sesuai dengan usianya. Sebagai contoh pertanyaan tentang sains yang kurang Anda ketahui atau pertanyaan bersifat seksual adalah jenis-jenis pertanyaan yang kadang membuat banyak orang tua tak mau menjawabnya.
Sikap tersebut haruslah dihindari, jika memang harus berpikir dulu untuk menjawabnya, Anda bisa meminta kepadanya untuk menunggu waktu dulu agar Anda bisa menjawabnya dengan tepat dan sesuai usianya. Terkadang kita sering berkata kepada mereka, "Ah... kamu itu belum cukup umur" atau "Sudah, mama gak mau jawab itu", itulah adalah contoh ekspresi yang menutup pertanyaan mereka.
Hindarilah ekspresi enggan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit, karena dikhawatirkan sebagai contoh pertanyaan yang sifatnya seksual, akan sangat berbahaya jika ia mencari sendiri informasi tersebut pada tempat yang salah atau melalui internet yang mungkin bahasanya masih kurang sesuai pada usianya.Â
Maka dari itu, formula 'bahasa ibu' menjadi sangat penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demikian, karena Anda yang jauh lebih mengerti perkembangan sehari-harinya.
Jawaban yang Masuk Akal
Jika pertanyaan yang diajukan bersifat hiperbolik atau sesuatu hal yang masih sulit dimengerti oleh anak seusianya, usahakan untuk menjawabnya dengan pemahaman yang masuk akal. Terkadang orang tua atau pendidik menjawabnya dengan jawaban yang tidak masuk akal, untuk menutup diskusi lebih lanjut, sehingga tanpa sadar kita pun menutup kemampuan berpikir kognitifnya, bahkan bisa saja ia tumbuh kembang dengan jawaban yang tak masuk akal tersebut, bahanyanya hingga ia dewasa masih memegang prinsip tak masuk akal tersebut.
Sebagai contoh, jika sang anak bertanya kenapa dirinya harus dipanggil masuk ke rumah ketika maghrib tiba, lalu kemudian sang ibu menjawabnya dengan hal yang tak masuk akal seperti, "Nanti kamu ditangkap pak polisi loh" atau "Awas, nanti kamu dimakan Kuntilanak". Memang jawaban tersebut langsung efektif bagi sang anak akhirnya mau masuk ke rumah, tapi tanpa disadari hingga ia besar  menjadi malas untuk keluar rumah, karena merasa banyak bahaya di luar sana, sehingga ia menjadi pribadi yang kuper. Cukup dijelaskan apa adanya, bahwa sudah ditunggu sang ayah untuk shalat atau sudah waktunya makan malam, maka logika kognitifnya pun berkembang dari jawaban apa adanya.
Perlu disadari, setiap jawaban yang kita berikan akan berdampak besar bagi perkembangan kognitifnya. Artinya jika Anda menjawabnya ala kadarnya, maka sang anak pun berkembang ala kadarnya, tetapi jika Anda menjawab dengan cerdas, maka dia pun pasti berkembang menjadi anak yang cerdas. Intinya jangan pernah sepelekan pertanyaan-pertanyaan random dari anak anda, jawaban Anda adalah masa depannya.
Buat Pola Diskusi
Jika anak bertanya pada Anda, tataplah matanya, dia juga manusia yang butuh teman bicara, butuh seseorang yang bisa menjawab kegelisahannya. Anda harus memahami, jika sang anak sudah sering bertanya banyak hal, maka hal tersebut adalah lompatan besar dalam perkembangan dirinya, jangan pernah menganggap pertanyaan random yang diajukannya adalah bentuk keisengan atau senda gurau, mereka itu benar-benar serius ingin tahu, bukan sekedar tahu.
Maka dari itu, buatlah pola diskusi ketika sang anak mulai sering mengajukan pertanyaan acak berbagai tema, bentuk pembicaraan dua arah akan membentuk pemikiran kognitifnya semakin tajam dan matang, seiring berjalannya waktu lama kelamaan dirinya mulai mengerti tentang tata karma dalam bertanya.
Semisal jika sang anak bertanya tentang pernikahan orangtuanya, maka setelah Anda menjelaskan konsep dasar pernikahan, Anda pun bisa bertanya balik tentang pandangannya tentang pernikahan dari sudut pandang anak itu bagaimana, jika sang anak bisa menjelaskan dengan baik, maka itu adalah hal yang baik dalam perkembangan kognitifnya, namun jika ia belum bisa menjelaskannya, tak usah dipaksa, biarkan dengan alami dia memahami suatu permasalahan.
Maka jangan heran setiap iklan susu formula, seringkali menampilkan sang anak yang selalu bertanya banyak hal, karena memang itu adalah fitrahnya, untuk memperoleh pengetahuan dari orang tuanya, sekali lagi, jawaban Anda adalah masa depannya. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H