Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Anda Belum Bisa Baca Tulis? Cobalah Metode Belajar Bahasa Montessori

4 Mei 2024   06:04 Diperbarui: 5 Mei 2024   14:25 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam percakapan antar orangtua yang masih memiliki anak dalam usia dini, terselip ada kebanggaan jika sang anak sudah mampu membaca dan menulis dengan lancar.

Apalagi terkadang ada institusi sekolah dasar yang masih menggunakan standar kemampuan baca tulis sebagai syarat masuk diterimanya murid baru, seakan menambah perasaan takutnya para orangtua apabila sang anak yang mulai beranjak dari usia balitanya belum mampu membaca satu huruf pun.

Tak ayal hal ini menimbulkan kegelisahan bagi sebagian orang tua, hingga banyak diantara mereka sudah mulai meng-kursus-kan para balita-balita tersebut di tempat bimbingan belajar khusus calistung.

Bagi sebagian besar kalangan ahli pedagogi, tentunya hal tersebut tidaklah tepat bagi tumbuh kembang anak, karena usia balita adalah usia bermain dan tidak boleh dipaksakan harus bisa membaca dan menulis dengan lancar.

Adalah Dr. Maria Montessori seorang pakar pendidikan usia dini awal abad 20 asal Italia yang terkenal dengan metode Montessori-nya, yaitu metode yang menekankan kepada kebebasan dan aktivitas anak yang dibarengi penerapan gagasan pembelajaran langsung melalui latihan berkelompok dan permainan-permainan.

sumber: firstcry
sumber: firstcry

Salah satu bagian dari metode Montessori adalah bagaimana mengembangkan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini, yang termasuk skill baca dan tulis di dalamnya. Metode ini kebanyakan digunakan pada sekolah-sekolah yang menerapkan metode Montessori  dalam pembelajarannya. Namun, kita sebagai orangtua pun bisa sebenarnya mempraktekkan metode belajar bahasa Montessori di rumah kita, berikut ulasannya.

Bicara Aktif

Kemampuan berbahasa dimulai dari kemampuan berbicara, berikanlah waktu yang banyak bahkan super banyak untuk berbicara dengan balita anda. 

Kekayaan kosakata awal tidak dimulai dari tayangan Cocomelon atau Baby Shark di Youtube, tetapi dimulai dari bahasa ibu yang sering anda berikan ke anak. Orangtua adalah media awal anak dalam berkomunikasi, dan pengetahuan kosakata.

Bicaralah selayaknya lafal orang dewasa, jangan mengikuti gaya lafal 'cedal' anak balita, agar sang anak benar-benar mengetahui pengucapan kata dan kalimat yang benar.

Kemampuan cepat atau lambatnya anak dalam berbicara memang berbeda-beda, namun anda tak perlu khawatir apabila sang anak tak kunjung berbicara dengan lancar, anda tetap harus selalu memberikan waktu untu berbicara banyak hal dengannya.

Titik penekanannya adalah, berikan waktu seluas-luasnya kebersamaan antara orangtua dan anak usia dini, habiskan waktu bersama dengan dibarengi intensnya pembicaraan diantara keduanya. Jangan sampai kosakata yang ada di kepalanya didominasi oleh tayangan video pendek tik tok yang tak ada korelasinya dengan kesehariannya.

Bahasa Positif

Bahasa anak usia dini adalah bahasa yang sederhana dan bermakna positif bagi perkembangan anak. Perkaya kosakata baru setiap harinya, pilihlah kata-kata yang memang 'dunianya', dan bila perlu anda menjelaskan makna suatu kata yang memang harus dipahami betul olehnya, seperti kata-kata ungkapan positif.

Kata-kata ajaib seperti Tolong, Terima Kasih, Mohon Maaf adalah beberapa kata yang harus anda jelaskan fungsinya dalam keseharian, tanamkan kepada mereka agar menggunakan kata-kata tersebut ketika bertemu dengan orang lain, sehingga mereka pun tahu fungsi kata-kata ungkapan makna positif tersebut.

Pembelajaran literasi awal bukan sekedar langsung mengajarkan alphabet A,B,C, tetapi justru memahamkan anak tentang pentingnya berkomunikasi karena kita pun sering mengajaknya berbicara serta menanamkan kata-kata yang memang pantas diucapkan oleh anak seusianya.

Orangtua jangan pernah menganggap remeh fase ini, karena banyak diantara kita yang menjejali dunianya semenjak masih bayi dengan tayangan youtube, tiktok, dimana kosakata yang muncul dalam konten-konten tersebut tentunya banyak yang belum patut mereka ketahui pada usia mereka.

Maka jangan kaget kadang anak-anak yang berkata kasar tak sopan kepada orangtuanya. Literasi juga bukan sekedar mengajarkan lancarnya berbicara fasih berkomunikasi, tetapi juga etika tata karma manusia berbahasa berbudi luhur.

Alat Peraga

Hal yang paling menonjol dalam metode Montessori adalah penggunaan alat peraga dalam pengajaran baca dan tulis anak. Jika kita sekarang sering melihat poster alphabet, flashcard alphabet dengan aneka warna, itu semua adalah kreasi awal yang diciptakan oleh Maria Montessori agar memantik ketertarikan anak untuk belajar membaca di sekolah taman kanak-kanak yang dirintisnya di Italia.

Sekarang cukup banyak alat peraga menarik untuk mendukung pembelajaran baca tulis anak usia dini, seperti gambar kata, huruf berpindah, kartu alphabet warna, poster alphabet dan masih banyak lainnya yang bisa beli di toko buku atau toko online, bahkan banyak tutorial membuat alat peraga pembelajaran baca tulis di sosial media yang bisa kita aplikasikan sendiri untuk pembelajaran di rumah.

Alat peraga yang menarik memiliki peran fundamental dalam membentuk ketertarikan anak untuk belajar membaca dan menulis. Karena menurut Montessori, pembelajaran efektif usia dini harus dimulai dengan ketertarikan terlebih dahulu. Kombinasi alat peraga yang warna-warni dan permainan-permainan kecil, sudah pasti menimbulkan ketertarikan awal anak untuk mempelajari baca tulis.

Buku Bervariasi

Jika sang anak sudah cukup aktif berkomunikasi, kosakatanya mulai cukup banyak dan senang belajar dengan alat peraga baca tulis, maka langkah selanjutnya mulai memperkenalkan berbagai macam buku yang mendukung pembelajaran baca tulis untuk usia dini.

Saat ini sudah cukup banyak buku-buku yang sudah ter-segmented untuk khusus peserta didik usia dini, biasanya bercover tebal, penuh gambar menarik, colorful, abjadnya besar serta bertematik. Buku yang demikian merupakan buku yang tepat untuk permulaan pembelajaran bagi usia dini.

Sedari dini, anak-anak harus mendapat kesan bahwa membaca itu adalah hal yang menyenangkan, sekali lagi ini masalah mindset, jika orangtua memang dasarnya tidak punya kebiasaan membaca buku, memang agak sulit pula membiasakan anaknya untuk membaca.

Tapi jika anda memang menginginkan putra-putrinya yang masih dalam usia dini lekas bisa membaca dan menulis dengan lancar, maka kebiasaan membaca buku sudah harus menjadi harga mati harus ditanamkan semenjak kecil.

Menurut saya inilah yang membuat kemampuan literasi kita rendah, karena tak menganggap bahwa 'membaca' adalah suatu kebutuhan atau kebiasaan dari usia dini.

Di kelas saya, saya menekankan kepada murid-murid bahwa 'membaca' bukanlah 'hobi', tetapi suatu memang kebutuhan dasar manusia. Makanya, jika ada murid yang ditanya, "hobi kegemaranmu apa..?", lalu ia menjawab, "hobi saya membaca", maka saya langsung mengoreksinya.

Kemampuan baca tulis anak usia dini bukanlah bakat, tetapi kembali kepada pola pengasuhan orangtua  berorientasi pada budaya literasi yang mencerahkan, menyenangkan dan menggembirakan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun