Bulan Ramadan tahun ini agak berbeda dari sebelumnya, karena ini adalah Ramadan pertama saya sebagai Kompasianer resmi. Jika pada beberapa Ramadan sebelumnya ibadah puasa dikerjakan seperti biasa sebagaimana rutinitas tahunan, maka pada kali ini ditambah kesibukan menulis artikel-artikel  untuk Kompasiana.
Sejak awal menjadi Kompasianer sekitar akhir tahun lalu, saya berkomitmen untuk terus menulis satu hari satu artikel, namun tidak semudah yang dikira, terkadang kesibukan membuat hal tersebut bisa terwujud, begitu pula pada Ramadan kali ini, tidak banyak artikel yang bisa dipublish, karena kegiatan Ramadan di sekolah kami lumayan agak sibuk, sehingga cukup sulit jadi mencari waktu longgar  untuk menulis.
Walau demikian, ada beberapa hal berkesan dan menarik dalam menulis artikel-artikel yang bertema Ramadan di Kompasiana, sehingga membuat bulan Ramadan yang sudah berakhir ini menjadi sangat dirindukan. Lalu apa saja hal-hal tersebut, berikut  beberapa catatan saya dalam menulis artikel selama bulan Ramadan.
Viewer Artikel Ramadan di Atas Rata-Rata
Hal yang paling membuat sumringah dalam menulis artikel pada Diari Ramadan adalah jumlah viewer pembaca artikel Ramadan di atas rata-rata artikel lainnya. Jika saya menulis artikel bertema pendidikan agak setengah mati untuk mencapai viewer di atas 100, maka artikel yang berkategori Ramadan saya bisa lebih dari 1000 viewer, sungguh di luar nurul.
Beberapa artikel saya tidak mengikuti topik-topik challenge Ramadan Bercerita yang ditentukan Kompasiana setiap harinya, karena ada beberapa tema tidak saya kuasai, saya tak mau memaksakan diri untuk menulis yang memang tidak saya ketahui serba serbinya, menulis mengalir saja sesuai topik-topik Ramadan yang dikuasai, walhasil justru beberapa artikel yang tidak ikut topik per harinya, malah justru kerap menjadi artikel pilihan headline, bahkan ada salah satu yang masuk Infinite.
Hal tersebut tentunya membuat  menulis artikel berkategori Ramadan menjadi sesuatu yang dirindukan tiap tahunnya, karena pada momen tersebut algoritma viewer artikel Diari Ramadan melejit begitu banyak ketimbang artikel bertema lainnya.
Bukan Takjil War, Tapi Artikel Ramadan War
Hal yang paling menarik di Kompasiana selama bulan Ramadan adalah ternyata anomali efek fenomena Takjil War juga terjadi pada Blog ini, yaitu fenomena Artikel Ramadan War. Dimana artikel-artikel Ramadan tidak hanya ditulis oleh penulis-penulis muslim, tetapi juga ditulis oleh beberapa penulis beragama lain selain Islam, dan saya pun berpikir 'terus yang Islam kebagian apa..?' (maaf bercanda).
Kebanyakan para penulis non-muslim yang menulis artikel Ramadan tidak terkait masalah fiqh atau syariat, tetapi lebih banyak ke gaya hidup dalam berpuasa atau fenomena umum terkait Ramadan dalam keseharian. Saya sebagai muslim, sungguh terharu dengan antusiasme para penulis non-muslim yang sanggup menulis artikel tema Ramadan pada kali ini.
Bahkan saya kaget, betapa beberapa artikel bertema Ramadan yang ditulis penulis non-muslim memiliki kualitas yang sangat baik, enak dibaca bahkan saya menilai justru sangat mencermati secara mendalam fenomena-fenomena umum yang terjadi selama bulan Ramadan, seperti perihal mudik, makanan sehat saat berbuka dan lainnya.
Berbagi Kisah Ramadan
Terima kasih sebesar-besarnya bagi Kompasiana yang memberi ruang bagi Kompasianer yang mengemas kategori laman Ramadan sangat menarik, baik lewat tampilannya, hadiah merchandise serta topik-topik harian yang memacu para Kompasianer untuk mengeksplor kisah-kisah atau tips-tips yang berkaitan dengan Ramadan dan tradisi Lebaran.