Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Strategi Memenangkan Debat Capres: Ini Forum Debat Bung, Bukan Halal Bihalal

10 Januari 2024   05:07 Diperbarui: 10 Januari 2024   05:29 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan Artikel Ketika Saya Mengikuti Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Mahasiswa (Dokpri)

Pada debat Pilpres di tahun-tahun terdahulu, debat-debat yang diselenggarakan masih tergolong 'santun', masih 'ewuh pekewuh' atau 'gak enakan' dengan lawan debat. Jadi terkesan cuma ajang menyampaikan retorika normatif saja. Namun di debat Capres 2024, sudah mulai terlihat aura kompetisi debat yang sesungguhnya, maka tak heran jika ada Capres yang tak siap mental hadapi serangan lawan, menjadi emosian dan baperan hingga akhirnya tidak fokus pada substansi yang ingin disampaikan.

Ada aturan juga tentang etika dalam debat, dimana peserta debat tidak boleh membuat gestur-gestur tertentu ketika debat berlangsung, seperti gestur mengejek, gerakan seperti menari atau gerakan provokatif entah ditujukan kepada lawan debat atau ke audience, jika debat dihadiri penonton.

Ada juga aturan memang waktu saya lomba debat dulu, memang harus menjelaskan kata-kata singkatan yang tidak umum, kemudian tidak boleh menggunakan kata-kata slang yang tidak umum jarang digunakan, tidak boleh kata-kata bernada SARA, tidak boleh kata-kata ejekan dan diusahakan kata-kata yang digunakan adalah diksi-diksi yang mudah dimengerti serta komprehensif.

Penulis berharap, para pemirsa debat Capres 2024 harus benar-benar 'jujur' dalam menonton debat capres kali ini. Seorang pemimpin bangsa akan sangat terlihat 'telanjang' dalam debat Capres kali ini, mana yang baperan reaktif, mana yang tetap kalem serta tenang jika sedang diserang oleh lawan debatnya, melalui dasar itulah hati nurani kita akan tergugah memilih calon pemimpin bangsa kita yang bijaksana dan kenegarawanan.

Konsentrasi Tingkat Tinggi

Mendengar, mendengar dan mendengar, itulah tiga kata yang selalu didengungkan pelatih debat saya ketika melatih saya dalam persiapan lomba debat. Peserta debat harus sangat mencermati mosi atau topik debat yang dibacakan oleh moderator atau panelis serta harus jeli cermat mendengar mosi atau sanggahan lawan debat, tiap kata per katanya.

Ketika mendapat giliran menyampaikan mosi, bangunlah mosi tersebut dengan hipotesa yang terstruktur dan komprehensif, sehingga bagi siapa saja yang mendengarnya akan paham dan mengerti apa yang anda sampaikan, hindari narasi-narasi tendesius, tetap dalam konsentrasi penuh. Bangun kalimat-kalimat dengan berdasarkan data-data informasi valid, karena mosi yang dibangun dengan data informasi akurat, akan membuat lawan debat sulit mencari celah untuk menyanggah atau menyerang argumen yang anda bangun.

Ketika mendapat giliran menyanggah mosi lawan debat tetapi anda tidak mempunyai daya ingat tinggi, maka catatlah hal-hal penting yang disampaikan oleh lawan debat, catatlah hal-hal blunder dari lawan yang bisa dimanfaatkan untuk balik menyerang argumen lawan, maka dari itu proses mendengar dengan seksama adalah hal yang krusial dalam debat.

Dalam dua sesi debat terakhir, saya apreasiasi KPU menyediakan podium bagi peserta debat pilpres, fungsi podium bukan untuk gagah-gagahan, tetapi sebagai tempat untuk mencatat hal-hal penting yang bisa digunakan oleh para peserta debat, saya mencatat ada 2 capres yang memanfaatkan podium untuk mencatat selama debat berlangsung.

Strategi dan Persiapan Matang

Sekali lagi, KPU menyatakan forum ini adalah forum debat, bukan presentasi, bukan halal bihalal, bukan rembugan, bukan sambutan pak RT pas 17an. Maka manfaatkanlah seluas-luasnya forum debat untuk 'membunuh' lawan politik anda, tetapi tentunya dengan cara elegan dan komprehensif. Maka dari itu diperlukan strategi persiapan 'Vini Vidi Vici' yang matang.

Apalagi ini adalah forum debat politik untuk meraih kekuasaan, ya sah-sah saja untuk menyerang habis-habisan lawan debat. Ibaratnya kalau politik jaman Julius Caesar dan Marc Anthony, masing-masing harus membunuh beneran lawan politiknya untuk melegimitasi kekuasaan Imperium Romawi, maka kalau di jaman demokrasi negeri kita saat ini, 'membunuhnya' lewat cara serangan-serangan sindiran dalam forum debat capres, maka manfaatkanlah untuk menghabisi lawan politik anda dengan kecerdasan dan kemampuan public speaking yang di atas rata-rata.

Sama halnya seperti olahraga sepakbola, di dalam debat juga ada istilah bertahan dan menyerang. Bertahan memiliki arti bagaimana kita berusaha mempertahankan mosi yang dibangun lewat tentunya data-data informasi yang dirangkum dengan retorika logika yang bisa diterima semua pihak. Sementara menyerang memiliki arti kita mengkritik mosi yang dibangun lawan debat, dikarenakan tidak memiliki pondasi data informasi yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun