Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjelaskan Isu Palestina ke Anak SD

22 Oktober 2023   05:19 Diperbarui: 22 Oktober 2023   07:15 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia dan Palestina/IDNJurnal

Suasana kelas cukup jenuh siang itu, seperti biasa strategi ice breaking bisa mencairkan mood para murid. Kali ini kita akan bermain tebak Bendera negara-negara dunia. Sekalipun ini permainan kuis, saya tetap mengobservasi mengamati perilaku para peserta didik. Dalam permainan tebak bendera negara-negara dunia, saya memperhatikan sekilas untuk kawasan asia tenggara atau jiran kita, tidak semua anak-anak bisa menebak dengan benar.

Hingga tiba satu tebakan, yaitu bendera dengan elemen segitiga merah di sebelah kiri, lalu 3 strip warna hitam, putih dan hijau, dan dengan kompaknya hampir semua siswa bisa menjawabnya dengan benar... PALESTINA....!!!

Palestina menjadi headline beberapa akhir ini, walau ini adalah isu-isu konflik internasional klasik berulang-ulang. Namun untuk kali ini, sepertinya gaungnnya lumayan besar, sampai anak-anak pun mengikutinya.

Permasalahannya, konflik Israel-Palestina sudah jelas adalah topik politik internasional, dimana untuk ukuran anak SD, kita harus tepat untuk menjelaskan kepada mereka, agar tidak salah tafsir. Jangankan untuk anak-anak, untuk orang dewasa pun banyak belum tahu sejatinya masalah yang terjadi dalam konflik geopolitik ini.

Mau tidak mau, seorang guru harus mau menyelami hal-hal sedang viral diantara anak-anak. Dan sebelum menjelaskan kepada mereka yang sedang viral itu, guru dituntut untuk mempelajarinya cukup mendalam. 

Sebagai contoh, terkadang anak-anak melantunkan bunyi-bunyi aneh yang viral diantara mereka, lalu saya tanyakan bunyi-bunyian aneh apakah gerangan. Mereka menjawab itu bunyian Skibidi Toilet, dalam batin saya, apa itu Skibidi-skibidian. Saya tanya ke guru lain, pun tak ada yang tahu.

Akhirnya saya mencari tahu, ternyata itu karakter yang viral di YouTube dan aplikasi games. Dan yang membuat saya kaget, karakter ini memang sangat aneh, dan mempunyai unsur membuat anak ter-addicted untuk menontonnya, padahal hal-hal di dalam karakter ini, sangatlah tidak baik untuk ditiru. Untuk trending Skibidi Toilet di kalangan anak-anak, akan saya bahas di lain artikel nanti, ditunggu ya..

Artikel kali ini kita akan membahas bagaimana kita bisa menjelaskan permasalahan geopolitik Israel-Palestina secara obyektif kepada anak seumuran Sekolah Dasar. Agar mereka bisa paham sesuai standar usianya, sehingga tidak sekedar berteriak anti-Israel atau anti-Yahudi, tetapi mereka sendiri tidak paham apa itu negara Israel dan bagaimana agama Yahudi itu. Baiklah, berikut poin-poin yang kiranya harus bisa dipahamkan kepada mereka.

Konsep Tanah Air

Dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kita tentunya mengenal materi cinta tanah air. Konsep ini bisa kita terapkan dalam menjelaskan kepada anak-anak dalam masalah konflik Israel-Palestina.

Kita jelaskan ke mereka bahwa Negara Israel berdiri tahun 1946 setelah perang dunia II, dimana pendiriannya mengambil tanah airnya orang Palestina. Kita jelaskan lagi, pada masa itu sudah berdiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimana negara-negara di seluruh dunia mensepakati untuk mengakhiri penjajahan di atas muka bumi, sehingga apa yang dilakukan Israel itu tidak benar. Dan negara kita pun dalam pembukaan UUD 45 menyatakan juga tidak mengakui bentuk penjajahan atau kolonialisme di muka bumi.

Kita jelaskan lagi, klaim bangsa Israel bahwa tanah tersebut adalah tanah leluhurnya berdasarkan kitab sucinya, adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan berdasarkan peraturan internasional. Karena selama kurang lebih mungkin 13 abad terakhir bangsa Palestina menempati wilayah itu, sementara bangsa Israel terusir dari wilayah itu sekitar abad 4, dan yang mengusir bukanlah bangsa Palestina, tetapi Bangsa Romawi.

Israel itu Negara Zionis

Hal ini cukup sulit dan berat untuk dipahami anak-anak. Boro-boro Zionis, agama Yahudi seperti apa, mungkin mereka tidak tahu. Tapi selaku guru kita harus menjelaskannya pelan-pelan agar mereka memahami konsep Zionis dan agama Yahudi.

Beri penjelasan kepada mereka bahwa Zionis adalah suatu gerakan ekstrem yang ingin memaksakan pendirian negara Israel di tanah Palestina. Dan memang orang Zionis beragama Yahudi, tetapi beri penjelasan lagi, bahwa tidak semua orang Yahudi adalah seorang Zionis.

Fokus Teritori Politik Internasional, Bukan Isu Sektarian

Melanjutkan poin sebelumnya, yaitu tentang perbedaan Zionis dan Yahudi. Kita tekankan lagi bahwa Zionisme itu murni gerakan ekstrem pendirian negara Israel yang sifatnya politik. Hal ini penting untuk menjadi perhatian, agar mereka jangan sampai terjebak untuk membenci agama Yahudi. Bagaimanapun kita harus mengajarkan untuk menghargai perbedaan agama di antara para penduduk dunia.

Walau agama Yahudi belum diakui secara administratif di negara Indonesia, kita harus tetap tekankan untuk menghargai keyakinan agama orang lain. Kita bisa memberi contoh sederhana, seumpama  kita melihat ada kasus pencurian di sekitar kita, lalu pelakunya ternyata beragama berbeda dengan kita. Bukan berarti kita harus membenci agama yang dianut pelakunya, tetapi yang kita tidak sukai adalah perilaku pencuri itu, bukan agamanya.

Sikap Indonesia Terhadap Palestina

Sebagai warganegara Indonesia, kita tentunya mengikuti haluan politik internasional yang diterapkan oleh negara kita. Jelaskan kepada mereka, bahwa sikap negara Indonesia berpijak kepada 2 hal dasar. Yang pertama adalah mengacu pada alinea pembukaan UUD 45 yaitu tidak mengakui dan menentang segala bentuk penjajahan kedaulatan negara.

Sehingga, apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina, bisa dikategorikan penjajahan. Kita bisa menerangkan kepada anak-anak, tindakan Israel bisa disamakan dengan ketika Belanda menjajah Indonesia sewaktu dulu, hanya bedanya Belanda tidak mengusir penduduk Indonesia, sementara Israel justru mengusir penduduk Palestina.

Lalu yang kedua adalah, bahwa negara kita menganut konsep politik non-blok alias netral. Mungkin untuk ukuran anak SD belum sepenuhnya paham konsep negara non-blok. 

Tidak perlu dijelaskan sampai sedetail hingga blok timur atau organisasi NATO, hal itu terlalu berat untuk mereka. Tapi bisa kita jelaskan, bahwa intinya negara kita bukanlah negara yang mempunyai sikap militer yang reaktif terhadap isu-isu internasional, sehingga jika ada peperangan atau konflik kemanusiaan di negara lain, kontribusi negara Indonesia hanya sebatas memberikan bantuan yang sifatnya sosial kemanusiaan dan tidak bisa melakukan intervensi militer.

Hal ini penting perlu disampaikan, karena sebagai benteng awal agar mereka tidak terjebak ekstremisme sektarian jika mereka sudah dewasa nanti. Mereka harus memahami bahwa mendukung Palestina, bukan sekedar karena kesamaan agama yang dianut, tetapi atas dasar kemanusiaan.

Sebagai guru dituntut berhati-hati dalam menyampaikan isu-isu politik yang sedang berkembang di dalam kelasnya. Karena selain jangan sampai terjebak dalam politik praktis, kita juga harus memahami latar belakang orangtua para murid juga pasti berbeda-beda dalam sudut pandang politiknya. 

Bahasa yang digunakan ketika menjelaskan permasalahan politik, harus sebisa mungkin netral dan benar-benar jelas dasarnya serta obyektif. Hindari narasi-narasi yang sifatnya opini subjektif dari sang guru. Walau mereka masih anak-anak, bukan berarti harus buta politik, tetapi paling tidak mereka mendapatkan penjelasan bahwa politik itu nyata dan ada di sekitar kita serta harus bijaksana menyikapinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun