“Aku namakan anakku ini menggunakan namamu, semoga kau menemukan kekasih terbaikmu, juga semoga anak ini tak seperti kisah cinta kita”
Lelaki malang itu berusaha mengunci air matanya yang akan terjatuh, ia merasa tak ingin berbicara panjang, itu hanya akan membuka ruang luka lamanya.
“Terimakasi, perlu kau ketahui bahwa kita tak pernah berpisah, karena setiap malam sebelum aku terlelap, kau selalu bergentayangan melalui imajinasiku, kau tak pernah pergi”
“Begitu juga aku, tak pernah berharap kau pergi jauh tinggalkan imajinasiku, kau juga hantui mimpiku, sehingga terangkai begitu baik melalui malam sepiku”
Lelaki itu hanya menebarkan senyumnya, senyuman yang memiliki khas ketulusan seorang pria, ketegarannya tak mampu terobohkan, hingga hanya salam perpisahan secara langsung yang terucap untuk memenuhi perpisahan yang terganjal masalalu itu.
“Aku menemukanmu, hanya untuk kehilanganmu lagi”
Lelaki itu meninggalkan wanita itu samping trotoar kota, berlalu tenggelam oleh keramaian kota, wanita itu hanya mampu menatapnya, tanpa terasa air mata basahi pipi merah jambu itu, inilah suatu coretan kisah manusia, yang terpisah oleh strata sosial ciptaan manusia. Semoga tak akan lagi berjatuh korban akibat terpisahkan oleh strata, karena Tuhan tak akan pernah membatasi cinta, selagi berjalan sesuai normaNya.
*** Selesai ***
Catatan:
Cerpen ini sengaja tidak menggunakan huruf “D”, karena penulis sendiri menyimpan sisi kelam dari kisah pribadinya.