Mohon tunggu...
Satria Zulfikar Rasyid
Satria Zulfikar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang mahasiswa juara bertahan di kampus! Bertahan gak wisuda-wisuda.. mau wisuda malah didepak!! pindah lagi ke kampus lain.. Saat ini bekerja di Pers Kampus. Jabatan Pemred Justibelen 2015-2016 Forjust FH-Unram Blog pribadi: https://satriazr.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen Tanpa Huruf ‘D’

13 Februari 2016   13:22 Diperbarui: 1 April 2017   09:04 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku namakan anakku ini menggunakan namamu, semoga kau menemukan kekasih terbaikmu, juga semoga anak ini tak seperti kisah cinta kita”

Lelaki malang itu berusaha mengunci air matanya yang akan terjatuh, ia merasa tak ingin berbicara panjang, itu hanya akan membuka ruang luka lamanya.

“Terimakasi, perlu kau ketahui bahwa kita tak pernah berpisah, karena setiap malam sebelum aku terlelap, kau selalu bergentayangan melalui imajinasiku, kau tak pernah pergi”

“Begitu juga aku, tak pernah berharap kau pergi jauh tinggalkan imajinasiku, kau juga hantui mimpiku, sehingga terangkai begitu baik melalui malam sepiku”

Lelaki itu hanya menebarkan senyumnya, senyuman yang memiliki khas ketulusan seorang pria, ketegarannya tak mampu terobohkan, hingga hanya salam perpisahan secara langsung yang terucap untuk memenuhi perpisahan yang terganjal masalalu itu.

“Aku menemukanmu, hanya untuk kehilanganmu lagi”

Lelaki itu meninggalkan wanita itu samping trotoar kota, berlalu tenggelam oleh keramaian kota, wanita itu hanya mampu menatapnya, tanpa terasa air mata basahi pipi merah jambu itu, inilah suatu coretan kisah manusia, yang terpisah oleh strata sosial ciptaan manusia. Semoga tak akan lagi berjatuh korban akibat terpisahkan oleh strata, karena Tuhan tak akan pernah membatasi cinta, selagi berjalan sesuai normaNya.

*** Selesai ***

 

Catatan:

Cerpen ini sengaja tidak menggunakan huruf “D”, karena penulis sendiri menyimpan sisi kelam dari kisah pribadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun