Suatu kali, keadaan mereka berubah total ketika bani Israel terpisah untuk selamnya oleh sang raja sekaligus nabi bagi ummat yahudi. Merka mengalami penindasan, kekerasan dan perbudakan yang di lakukan oleh Fir'aun atau ramsis dua (1234-1301 SM). Ketika itu Musa masih sebagai perajurit setia Mesir. Hingga pada titik klimaknya tongkat estafet kenabian jatuh kepada Nabi Musa, dan Allah memerintahkannya untuk menghentikan penindasan yang di alami bani Israel serta mengingatkan Fir'aun untuk menuju pada jalan ketauhidan yahudi. Namun Fir'aun seorang tiran dan bengis mengabaikan perintah itu.
Kemudian Allah memerintahkan Musa untuk membawa bani Israel keluar dari Mesir, akan tetapi Fir'aun tidak menghendakai hal itu. Namun pada akhirnya Fir'aun mengabulkan permintaan Musa dengan syarat setiap perempuan bani Israel tidak di izinkan untuk keluar dari mesir karna mereka menganggap bahwa perempuan bani Israel merupakan bagian dari budak yang harus di hadiahkan untuk bangsa mesir, hal ini di ceritakan pada kitab mereka (Taurat, safar khuruj 3:21). Namun kebengisan fir'aun semakin menjadi-jadi, yang mengharuskan Musa besrta ummatnya untuk meniggalakan mesir melalui laut suez, bersamaan dengan itu Fir'aun besrta bala tentaranya mengejar mereka hingga pada sudut laut. Turunlah wahyu kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut hingga dapat membelah menjadi daratan, dan tenggelamlah fir'au di laut tersebut, pun di ceritakan dalam Al-Qur'an (sua'ra: 61-66). Tepatnya pada 1213 SM, Nabi Musa dapat membawa bani Israel keluar dari mesir.
Bersama Musa AS, bani Israel menuju tanah suci Palestina hal ini juga di ceritakan dalam Al-qur'an surat Al-maidah, ayat; 56. Sepeninggal Musa, keberadaan bani Israel di palestina terbagi menjadi tiga periode, 1. masa kesukuan (ahdu al-qudoh) 2. masa kerajaan (ahdu al-muluk) 3. masa kehancuran (ahdu inqisam). Masa kesukuan sebenarnya sudah ada ketika tahun 1030 SM, namun hal ini semakin berkembang ketika keberadaan bani Israel di palestina. Di namakan ahlu al-qudoh karena bani Israel terpecah menjadi dua belas suku yang di nisbatkan pada dua belas putra Yaqub AS.Â
Pada masa ini bani Israel tidak dapat bersatu karna masing-masing suku memiliki hukum dan undang-undang sendiri yang telah di warisi dari nenek moyang mereka masing-masing. Namun pada masa ini juga peradaban dan budaya mereka sudah berkembang. Mereka sudah mengetahui pertanian, pedagangan, perkebunan serta dapat menciptakan alat-alat untuk bercocok tanam. Kedaan mereka yang bercerai berai dapat di manfaatkan oleh penduduk pribumi (kanaan), menyadari hal itu terkikislah tipologi kesukuan tersebut dan bersatu membentuk sebuah kerajaan.
Muncullah raja pertama Israel yang bernama Samuel atau Tholut dalam bahasa Al-qur'an. Masa ini di namakan ahdu al-muluk karena bani Israel bersatu dan di pimpin oleh seorang raja. Sepeninggal Tholut, muncullah Daud (David) menjadi raja kedua Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa.
Setelah wafatnya Sulaiman (930 SM), Â masa ini di namakan ahdu inqisam, selain dari pada itu bangsa Israel terpecah menjadi dua kerajaan. Rahub'am yang di lantik oleh keturanan Yahuda dan Bunyamin dengan berpusat di selatan Pelestin yaitu Yerusalem (madinah as-salam), kerajaannya di namakan Yahuda. Sedangakan saudaranya Yarub'am berkuasa di utara palestina dan kerajaannya bernama Israel, hal ini di ceritakan pada kitab mereka safar muluk, al-ashahani: 11-12. Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi 'Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur'an, mereka itu yang: ": telah dila'nati orang-orang kafir dariBani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur'an, 5:78) Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina (Harun Yahya, tragedi Palestina.com).
Zionisme merasuki pemikiran Judisme
Zionis sebuah organisasi yang di perakasai oleh Theodor Herzl, seorang wartawan  Austria berdarah yahudi dan penganut paham yahudi garis keras, pada tahun 1860-1904, pada mulanya hanya membentuk sebuah organisasi tersebut dengan tujuan melindungi kepentingan-kepantingan ummat yahudi. Akan tetapi keadaan ini berubah total dan mengalami pergesaran cita-cita yang semula. Bersamaan dengan itu, ketika kelumpuhan Dinasti Turki Ustmani-yang menjadi " bulan-bulanan"  Eropa pada akhirnya memberikan peluang kepada pemerintahan inggris untuk mengeluarkan "Balfour Declaration" pada 2 November 1917 yang intinya mendukung penciptaan "tanah air yahudi" di negeri Palestina. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwasannya kekuatan besar yang mendorong terbentuknya Negara yahudi merdeka adalah buah dari kerja keras paham Zionisme.
Zionis atau paham zionisme yang dimunculkan pada akhir abad 19 oleh mantan wartawan Austria, berubah wajah bak monster yang menakutkan dan menjadi mimpi buruk bagi setiap warga Pelstiana, juga mengusik ketenangan eksistensi Agama Yahudi. Ideologi Zionisme secara singkat dapat di definisikan sebagai kepercayaan tentang kembalinya orang-orang dan bangsa Yahudi dari diaspora (perantauan, pengembaraan, pengasingan) mereka selama berabad-abad, sehingga dapat menyelamatkan mereka dari kekuasaan oreng-orang non Yahudi (gentiles), bahaya asimilasi dengan orang gentiles, ancaman anti Semitisme (anti Yahudi) dari sekelompok masyarakat lain. Karna itu, Zionisme bertujuan untuk mendirikan sebuah Negara-bangsa yang sepenuhnya Yahudi dalam ethos dan karakter, setelah berada di diaspora selama lebih dari 2000 tahun dan, dengan demikian, mereka mampu survivedi muka bumi.(Azyumardi Azra, pengantar buku dilema Israel).
Tanah air yang dijanjikan atau lebih akrabnya mereka sebut "promised land" , merupakan program inti Zionisme sejak idologi tersebut pertama kali di rumuskan oleh Herzl pada 1879, pencarian dan penetapan tanah air yang dijajanjikan tersebut mengalami peroes yang panjang dan rumit, mulai dari kawasan amerika selatan, afrika serta Uganda dan pada akhirnya gerakan Zionisme internasioanal menambatkan hatinya kepada pelestina sebagai peromised land, dengan dalih sebagai tanah yang dijanjikan bagi bangsa yahudi. Hingga sepanjang tahun 1882-1918 gelombang migrasi Yahudi ke palestina semakin pesat. Gelombang migrasi tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran resolusi Zionisme semula. Mereka yang semula memegangi prinsip Zionisme sebagai idiologi yang harus lebih didasarkan pada solidaritas rasial dan keagamaan dari pada kesatuan wilayah atau tanah air. Akan tetapi migrasi orang-orang Yahudi ke Palestina mengubah bentuk Zionisme sebagai ideologi dan gerakan politik untuk mewujudkan promised land. Â
Perlu di garis bawahi kembali, bahwasnya kemunculan Zionisme di abad 19 tersebut . Sedang mengalami gencar-gencarnya ideologi rasis di Eropa yang di usung oleh Darwinisme mengatakan " Negara industri di barat berhak menjajah Negara-negara yang kurang berkembang". Faham rasisme yang berkembang ketika itu mempengaruhi dasar pendirian organisasi Zionisme, mereka meyakini bahwa bangsa Yahudi merupakan bangsa pilihan dan ras mereka harus terpisah dari bangsa eropa, mustahil bagi mereka untuk hidup bersama dan berdampingan. hal ini juga dapat kita lihat dari ungkapan pemimpin-pemimpin Zionisme ketika itu. Yetzak Samir mengatakan "tidak bisa diterima bahwa bangsa-bangsa yang terdiri dari orang-orang yang baru turun dari pohon harus menempatkan diri mereka sebagai pemimpin dunia, bagaimana mungkin mahluk perimitf seperti itu bisa memiliki pendapat sendiri". (surat kabar Israel yediot ahronot 14 november 1975).