Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Semangkuk Cwimie Pengganti Kesangaran

27 Maret 2015   11:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14274289471664694109

“Dengan Rp 50 ribu untuk mentraktir kawan-kawanmu, engkau akan dikenang mereka. Kenangan baik itulah yang akan muncul kelak saat engkau bertemu mereka kembali dan akan mereka ingat sampai mereka pikun atau mati.. Apalagi kalau saat mentraktir, engkau tidak sombong, tidak tengil dan tidak sok kaya.”

“Lho itu kan cuman kenangan bagi mereka. Apa untungnya buat saya, ayah ?”

“Dengan kamu punya kawan yang terkenang oleh kebaikanmu, suatu saat engkau akan mendapat rezeki jika kawanmu mendapat rezeki. Bisa saja salah seorang kawanmu kelak menjadi presiden bukan ? Bayangkan kalau dia jadi presiden dan kamu orang pintar, tentu kamu bisa diangkatnya jadi menteri...”

“Boleh jadi ayah demikian, yah. Lantas tentang yang Rp 50 ribu satunya lagi, apa hubungannya dengan saya ?”

“Rp 50 ribu yang kau berikan kepada anak miskin sebayamu itu sesungguhnya merupakan sumbanganmu untuk melembutkan hati anak-anak miskin yang biasanya cenderung keras atau sangar karena kemiskinannya. Apalagi kalau uang itu kau belikan makanan bergizi untuk mereka, tentu akan mengurangi kebodohan mereka. “

“Bayangkan, “lanjut sang ayah, “betapa engkau telah menyumbang sebagian manusia miskin sebayamu agar kelak besar tidak sangar dan tidak bodoh. Merekalah yang akan bersamamu di negeri ini kelak kalau sudah besar. Selain menjadi bawahan, boleh jadi di antara mereka ada yang jadi atasan. Bayangkan saja kalau dia yang bodoh dan sangar itu jadi anak buah. Tentu pimpinannya akan kerepotan. Kalau jadi atasan, tentu anak buahnya akan kesusahan. ”

“Ya..benar, yah. Kalau begitu saya akan lakukan jika saya diberi kakek uang berapapun besarnya. “

“Tanpa diberi uang oleh kakekmupun kamu bisa melakukan hal yang sama.”

“Uangnya dari mana ?”

“Bukan uang yang kau berikan kepada mereka. Tetapi tenagamu. “

“Maksudnya bagaimana, yah ?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun