Mohon tunggu...
The Sas
The Sas Mohon Tunggu... Seniman - Si Penggores Pena Sekedar Hobi

Hanya manusia biasa yang ingin mencurahkan apapun yang ada dalam isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pantaskah Inggris Disebut "Rumahnya" Sepak Bola?

17 Juli 2021   20:53 Diperbarui: 19 Juli 2021   01:40 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajar banyak orang yang mempertanyakan kepantasan Inggris dengan jargon "football is coming home" --nya.

Ketika ditanya wartawan jelang laga Inggris versus Denmark di semifinal Piala Eropa 2020, kiper Kasper Schemeichel yang notabene bermain di Premier League bersama Leceister City pernah berujar sambil tertawa,"Memangnya sepakbola pernah pulang? Saya tidak tahu. Apakah Inggris pernah menjuarai Euro? 1966? Bukankah itu Piala Dunia?"

Saat mencetak gol guna menyamakan kedudukan menjadi 1-1 di final Piala Eropa 2020, bek Leonardo Bonucci berteriak ke arah kamera dengan mengatakan, "It's coming to Rome! It's coming to Rome!"

Ya, banyak fans Italia yang memplesetkan slogan "football is coming home" menjadi "football coming to Rome" alias pulang ke Roma. 

Legenda hidup sepakbola mereka, Alessandro Altobelli sampai menyindir keras, "Sangat menyenangkan menang di Wembley melawan Inggris. (Inggris) selalu berpikir bahwa mereka adalah yang terbaik, terhebat, paling berbakat, paling indah. Namun, jika Anda melihat lemari piala mereka, cuma ada satu trofi karatan dari tahun 1966! Lihat lemari piala kami, sudah penuh!"

Mungkin banyak orang yang sebal dengan kearoganan publik Inggris dan medianya, padahal mereka belum meraih apa-apa. 

Selain itu aksi tak terpuji oknum fans Three Lions juga mencoreng nama baik negara mereka, seperti: mengejek lagu kebangsaan lawan, gangguan sorotan laser ke wajah kiper Denmark, berulah dan mabuk-mabukan di jalanan hingga memaksa masuk Stadion Wembley tanpa tiket, serta perilaku rasis terhadap pemain mereka sendiri setelah final.

"Maaf untuk para pemain, tapi kalian (fans Inggris) pantas merasakan trauma setelah kalah adu penalti di final," semprot legenda hidup Jerman, Lothar Matthaus.

Ya, bisa jadi adu penalti akan terus jadi momok menakutkan buat Inggris. Melihat partisipasi mereka di Piala Dunia dan Piala Eropa, rekor penalti Three Lions sungguh mengkhawatirkan: 2 menang dan 7 kali kalah!

Kita lihat:

#Piala Dunia:

  1. Piala Dunia 1990 (semifinal) : Jerman Barat 1-1 Inggris (Jerman Barat menang penalti 4-3)
  2. Piala Dunia 1998 (babak 16 besar) : Argentina 2-2 Inggris (Argentina menang penalti 4-3)
  3. Piala Dunia 2006 (perempatfinal) :  Inggris 0-0 Portugal (Portugal menag penalti 3-1)
  4. Piala Dunia 2018 (babak 16 besar) : Kolombia 1-1 Inggris (Inggris menang penalti 4-3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun