Mohon tunggu...
Saskia Noviyanti
Saskia Noviyanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Interested in Language, Literature and Linguistics

Penulis pemula yang berusaha mengekspresikan diri secara kreatif melalui kepenulisan. Bagi saya, tulisan merupakan bentuk antusiasme dalam melantangkan pendapat, namun tak mengganggu pendengaran. Sebagaimana yang disuarakan oleh Isabel Allende, "Menulis adalah cara berbicara tanpa terdengar. Menulis adalah cara melihat tanpa terlihat.".

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Revitalisasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam Program Merdeka Belajar

31 Maret 2023   21:16 Diperbarui: 31 Maret 2023   21:27 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun tiga output yang diupayakan sebagai hasil dari praksis pendidikan merdeka antara lain: (1) Manusia yang berbudi pekerti ialah yang memiliki kekuatan batin yang baik serta berkarakter luhur. Dengan kata lain, pendidikan menciptakan generasi yang berpihak pada kebenaran, agama, dan adat istiadat, serta tidak menentang hukum kemanusiaan. (2) Manusia yang memiliki kecerdasan secara kognitif dan berani dalam menentang segala bentuk kebodohan. (3) Manusia yang tidak hanya sehat jasmani rohani, namun juga memahami dengan bentar teentang fungsi-fungsi tubuhnya untuk beroposisi dengan tindakan kejahatan (Sindhunata, 1999: 19).

Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, ditemukan relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara  dengan kebijakan penghapusan UN dan USBN dalam program Merdeka Belajar, baik secara esensi maupun muatan. Keduanya sama-sama menganut pendidikan kemerdekaan dan pendidikan humanisme (Muthoifin dalam Susilo, 2018: 36). Secara lebih rinci, benang merah dalam keterkaitan Merdeka Belajar dan Ki Hajar Dewantara antara lain: (1) diantara salah satu dari lima dasar pendidikan menjunjung tinggi kemerdekaan.

(2) kemerdekaan diri harus diartikan swadisiplin atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik sebagai individu maupun masyarakat, dan (3) implementasinya pada pendidikan dan pengajaran, bahwa pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedangkan merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan (Nasution, 2020: 7). Sejak awal, Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan sejatinya memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. 

Kebebasan ini dapat diperoleh dan dijalani melalui sebuah proses belajar untuk mencapai humanisme dalam pendidikan (Istiq'faroh, 2020: 8). Hal ini dibuktikan dalam keteguhannya dalam menerapkan prinsip pendidikan yang memerdekakan di Taman Siswa , yaitu berdiri sendiri (zelfstandig), tidak bergantung pada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheld, zelf beschikking) (Muzakki, 2021: 9).

Daftar Pustaka

Arifin, M. (2000). Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Berkamsyah, E. P. (2020). Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan Konsep Merdeka Belajar Nadhim Makarim. In Prodi Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Bodgan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Airlangga.
Dewantara. (20011). Pendidikan. Majelis Luhur Taman Siswa.
Djatman, D. (2005). Psikologi Terbuka. Limpad.
Fadli, R. V. (2020). Tinjauan Filsafat Humanisme: Studi Pemikiran Paulo Freire dalam Pendidikan. Reforma: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 9(2).
Guza, A. (2009). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru Dan Dosen. Asa Mandiri.
Hedratmoko, T., Kuswandi, D., & Setyosari, P. (2017). Tujuan Pembelajaran Berlandaskan Konsep Pendidikan Jiwa Merdeka Ki Hajar Dewantara. JINOTEP, 3(2).
Hendri, N. (2020). Merdeka Belajar: Antara Retorika Dan Aplikasi. E-Tech Jurnal, 8(1), 2.
Hidayati, U. (2017). Hayati Trihayu Ki Hajar Dewantara dalam Peringatan HUT Ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/hayati-trihayu-ki-hajar-dewantara-dalam-peringatan-hut-ke-72-kemerdekaan-republik-indonesia/
Illich, I. (2008). Deschooling Society.
Istiq'faroh, N. (2020). Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara Sebagai Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Pendidikan, 3(2).
Jamaluddin, A. (2014). Filsafat Pendidikan. Istiqra, 1(2).
Kemendikbud. (2019). Merdeka Belajar: Pokok-Pokok Kebijakan Merdeka Belajar. In Makalah Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia.
Kordi, G. (2015). Manusia Sekolah Dan Sekolah Manusia. Pustaka Baru Press.
Mardalis. (1998). Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.
Maulana, I. G. A. M. (2019). Membangun Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2).
Musyafa, H. (2015). Ki Hajar Dewanta, Kehidupan, Pemikiran, Perjuangan Pendirian Taman Siswa. M. Kahfi.
Muzakki, H. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme Ki Hajar Dewantara serta Relevansinya dalam Kurikulum 2013. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 2(2).
Nasution, A. G. J. (2020). Diskursus Merdeka Belajar Perspektif Pendidikan Humanisme. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab, 6(1).
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Nurkholis. (2013). Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan, 1(1).
Prasetyo, W. (2019). Akuntansi 4.0: Belajar Transdisipliner Momong, Among, Ngemong. Journal of Research and Applications: Accounting and Management, 3(3), 217--228. https://doi.org/10.18382/jraam.v3i3.217
Saat, S. (2015). faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta'dib, 8(2).
Sesfao, M. (2020). Perbandingan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire Dengan Ajaran Taman Siswa Dalam Implementasi Merdeka Belajar.
Setiyadi, B., & Rahmalia. (2022). Implementasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Mengelola Lembaga Pendidikan. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 6(3).
Sindhunata, L. (1999). Menjadi Generasi Pasca-Indonesia. Kanisius.
Susilo, S. V. (2018). Refleksi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Upaya-Upaya Mengembalikan Jati Diri Pendidikan Indonesia. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(1).
Tilaar, H. A. . (2011). Pedagogik Kritis: Perkembangan Substansi dan Perkembangannya di Indonesia. Rineka Cipta.
Wahid, A. (1984). Pembebasan Melalui Pendidikan: Punyakah Keabsahan? In Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. Gramedia.
Widodo, B. (2017). Biografi: Dari Suwardi Suryaningrat Sampai Ki Hadjar Dewantara. Makalah Seminar "Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Dari Politik Ke Pendidikan.
Wiryopranoto, S. (2017). Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangan. Museum Kebangkitan Nasional.
Wiryopranoto, S., M. S. Herlina, N., Marihandono, D., Tangkilisan B, Y., & Nasional, T. P. K. (2017). Perjuangan Ki Hajar Dewantara: Dari Politik Ke Pendidikan.
Yusuf, M. (2014). Membangun Pendidikan yang Bermutu Menuju Masyarakat Madani. JRR Tahun 23, 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun