Setelelah nyaris kaku dilanda bosan, akhirnya jam di ponsel menunjukkan pukul 22.00 WIB. Saya pun mulai membereskan studio latihan, mematikan semua ampli dan juga AC. Setelah ruang studio beres saya mulai memberesi meja saya dan mematikan komputer.
Sebenarnya semua hal ini merupakan pekerjaan saya sehari-hari. Namun entah kenapa malam itu saya merasakan ada hal yang berbeda. Saya merasa sedikit takut. Apalagi dari tadi anjing pemilik rumah kerap melolong. Kata beberapa kawan, anjing itu memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal tak kasat mata. Jika ada anjing yang melolong di malam hari itu bisa menjadi pertanda keberadaan mahluk halus.
“Ah sial, kenapa saya harus ingat hal-hal semacam ini, bikin tambah takut saja!” desis saya dalam hati. Sambil bolak-balik melihat jam saya terus berusaha menenangkan diri dengan merapal mantra “Tenang Sash, nggak ada apapun. Jangan takut!”.
Begitu jam 22.30 tepat saya langsung meraih kunci dan berjalan cepat keluar ruangan. Saya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini. Saat lewat di samping tangga saya merasakan ada sesuatu. Ada kelebat bayangan seperti orang duduk di anak tangga. Aslinya saya penasaran, tapi saya memilih untuk terus melangkah tanpa toleh kiri kanan.
Sampai di luar mau tak mau saya harus berbalik arah guna mengunci pintu. Awalnya saya tetap menundukkan kepala dan fokus pada gembok. Namun entah kenapa tiba-tiba saya mendongak dan memandang anak tangga. Pada anak tangga keempat saya melihat ada sosok berambut panjang yang sedang duduk sambil menundukkan kepala.
Saat itu pula saya langsung merasa lemas dan gemetaran dengan hebat. Saya lari kencang ke Jalan Gejayan tanpa sempat mengunci studio. Untunglah di jalan saya bertemu dengan salah satu asisten si bos yang hendak mampir ke rumah. Melihat saya yang gemetaran, pucat, dan ketakutan dia langsung senyum sambil berujar “Abis lihat mbaknya ya?” siaaaaaal. Rupanya semua orang sudah tahu keberadaan “mbaknya”.
Dengan singkat saya pun cerita kejadian yang baru saja saya alami. Dia pun akhirnya mengajak saya untuk kembali guna mengunci studio. Dan sebelum dikunci dia membuka pintu sekali lagi untuk melihat kondisi di dalam. Kalian tahu apa yang dia katakan “Iya Sash, mbaknya masih duduk di tangga!”...
Gara-gara kejadian itu akhirnya saya pun memutuskan untuk resign dari studio music tersebut. Nyali saya terlalu ciut untuk menghadapi “mbak-mbak” yang katanya pengen kenalan sama saya. Mungkin kalo yang pengen kenalan itu mas-mas ganteng saya pertimbangkan deh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H