Mohon tunggu...
Mulya Sarmono
Mulya Sarmono Mohon Tunggu... lainnya -

Peneliti ACC (Anti Corruption Committee) SULAWESI

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Polisi : antara Pahlawan, Penjahat atau Korban

26 Januari 2014   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada anak-anak, terutama anak laki-laki sangat mengagumi sosok super hero- super hero yang ada di film. Seperti Super Man, Spider man, Bat Man dan sebagainya.

Mereka digambarkan sebagai penegak keadilan yang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Mereka dengan adegan heroiknya, menumpas berbagai kejahatan yang ada di muka bumi.

Ceritanya yang sarat dengan adegan-adegan berbahaya serta cerita yang selalu berakhir bahagia, menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. namun apa jadinya jika super hero yang menjadi korban suatu kejahatan. Siapa kira-kira yang akan menolongnya, dan kepada siapa lagi bagi orang-orang lemah untuk berlindung. Sedang pahlawannya sendiri tidak bisa melindungi dirinya.

Seperti itulah gambaran tentang betapa tragisnya seorang super hero sang penegak keadilan yang menjadi korban. Seperti itu pula yang terjadi di Indonesia ketika polisi yang katanya penegak keadilan justru menjadi korban kejahatan.

Polisi di Indonesia

Polisi seperti yang dibahasakan oleh kamus bahasa Indonesia adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara dan menjaga ketertiban umum. Sedangkan dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (4) menegaskan bahwa kepolisian Negara Indonesia adalah alat Negara untuk menjaga dan melindungi ketertiban umum.

Tugas polisi yang di Indonesia yang di sebut Polri hamper sama dengan super hero yang ada di film. Namun Polri tidak punya kekuatan herois, namun punya wewenang luar biasa yang terkadang disalahgunakannya.

Terkadang polisi yang seharusnya melindungi rakyat yang lemah justru menjadi penindas itu sendiri. Polisi yang seharusnya menumpas kejahatan justru terkadang menjadi penjahat sendiri.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya polisi yang terlibat berbagai kejahatan. contohnya kasus simulator SIM yang melibatkan petinggi Polri. Menurut survey bahwa salah satu lembaga paling korup di Indonesia adalah Polri. ( kompas.com 9 juli 2013)

Pada tahun 2013 sebanyak 144 anggota Polri diberhentikan secara tidak hormat. (kompas.com 27 Desember 2013). Hal ini sangatlah memprihatinkan melihat banyaknya polisi yang melakukan berbagai kejahatan.

Polisi Sebagai Korban

Kasus yang mencengangkan pada tahun 2013 kemarin adalah penyerangan anggota Polri di berbagai daerah di Indonesia. Penyerangan itu menyebabkan beberapa anggota Polri kehilangan nyawanya.

Di Makassar baru-baru ini juga terjadi penyerangan terhadap anggota Polri. Anggota Polri tersebut terkena anak panah di bagian pelipis kanannya. (kompas.com 5 november 2013)

Menurut IPW (Indonesian Police Watch), penyerangan terhadap polisi tiga tahun terakhir ini memang sangat meningkat. (kompas.com 19 Agustus 2013) hal ini menjadi sangat memprihatinkan, karena melindungi diri dari kejahatan saja polisi tidak mampu, apalagi melindungi orang lain.

Masyarakat yang dulunya sangat segan dengan anggota Polri sekarang berubah seratus delapan puluh derajat. Masyarakat sudah berani melawan bahkan menyerang anggota Polri.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah sangat muak dengan Polri karena kinerjanya yang tidak professional. Bahkan terkadang berseberangan dengan kehendak masyarakat luas. Banyaknya ketidak adilan yang dirasakan rakyat karena perbuatan oknum anggota Polri menjadikan masyarakat membencinya.

Polisi yang seharusnya menjadi mitra masyarakat berubah menjadi musuh masyarakat.

Menurut ketua IPW Neta S Pane penyerangan terhadap polisi itu dinilai karena sikap polisi itu sendiri, polisi dinilai tidak serius dalam menuntaskan kasus kejahatan. (kompas.com 19 Agustus 2013)

Maka penyebab dari penyerangan terhadap anggota Polri tersebut tidak terlepas dari kesalahan Polri sendiri. Masyarakat sudah muak dengan kinerja polisi yang lamban dan muak dengan banyaknya oknum polisi yang melakukan kejahatan terhadap masyarakat.

Maka tidak heran ketika terjadi sesuatu, salah satu sasaran kemarahan masyarakat adalah kepada Polri juga. Polri sudah gagal dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Maka berbagai upaya harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja Polri.

Solusi Untuk Perbaikan POLRI

Salah satu cara untuk memperbaiki kinerja polisi dan mengembalikan citranya di masyarakat adalah dengan memecat seluruh anggotanya yang dinilai gagal mengemban tugas dan terlibat dalam kasus kejahatan. contohnya seperti yang terjadi di Meksiko.

Meksiko adalah salah satu Negara yang berani dan harus menjadi contoh bagi Indonesia. Pemerintahan Meksiko memecat 3.200 anggota Polisi dalam waktu hampir bersamaan yang dinilai gagal dalam mengemban tugas dank arena terlibat berbagai kasus kejahatan. hal ini dilakukan demi perbaikan polisi Meksiko yang lebih baik.

Pemerintahan Meksiko telah membuktikan profesionalitasnya dala perbaikan kepolisian tersebut. Dalam hal seperti itu, maka timbul suatu pertanyaan, kapan Indonesia setegas itu dan kapan Indonesia seserius itu dalam memperbaiki kinerja Polri.

Polisi dari sikap kepahlawanannya ternyata tidak luput dari kesalahan yang membuatnya menjadi penjahat, dan karena kejahatannya terkadang polisi menjadi korban kekerasan masyarakat.

Maka salah satu jalan bagi Polri adalah mengintrospeksi diri dan memperbaiki diri sehingga polisi kita benar-benar menjadi polisi sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun