Mohon tunggu...
Sarmini Sarmini
Sarmini Sarmini Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Pendidik yang mempunyai perhatian khusus dalam perkembangan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berdamai dengan Diri Sendiri, Mitigasi Trust Issue

27 Desember 2021   10:31 Diperbarui: 27 Desember 2021   10:50 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd

Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Apalagi untuk jaman sekarang, di mana kondisi manusia sangat menjungjung dan mengagung-agungkan  sifat dan sikap individualisme. Bagaimana tidak dunia saat sedang sakit, karena semua aspek mengalami krisis. Tahun-tahun terberat telah dan sedang kita lalui, yaitu tahun 2020-2021 di mana Covid-19 menjadi penyebab yang paling besar perannya memberikan dampak negative di semua aspek.

Tingkat ekonomi yang pernah mencapai minus 5%, bahkan menurut Badan  Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 sebesar minus 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019, atau year on year (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2020, atau quarter to quarter (qtq), angkanya minus 4,19 persen.

Ekonomi Indonesia sempat hancur lebur pada tahun lalu akibat pandemi covid-19. Kini kasus positif harian covid mulai mereda, pemerintah optimistis tahun ini ekonomi tumbuh positif di kisaran 4% dan tahun depan di atas 5%.

Dalam webinar Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 di Jakarta Kamis (9/12/2021),, Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian menjelaskan salah satu faktor pendorongnya adalah peningkatan realisasi investasi akibat reformasi perizinan yang dijalankan beberapa waktu terakhir.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 hingga kuartal III 2021, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cukup lumayan yaitu 73% dari target Rp 900 triliun.

Tetapi efek apa yang dialami seseorang saat pandemic Covid-19, masih sangat terasa. Menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, perubahan yang terjadi selama pandemik COVID-19 akan mempengaruhi kesehatan mental bagi pasien, tenaga medis, keluarga, maupun orang yang merasakan dampak dari perubahan kebijakan yang terjadi.

Masih menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, faktor yang menentukan terjadinya peningkatan risiko gangguan jiwa antara lain jenis kelamin wanita, usia produktif dan usia lansia, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pekerja yang bermigrasi, dan makin dekat dengan daerah penyebaran tertinggi.

Berdasarkan tingkatan kerentanan populasi untuk berkembangnya gangguan jiwa dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu tingkatan tertinggi di tingkat pertama dan tingkat terendah di tingkat keempat. Adanya kerjasama dari berbagai pihak termasuk pemerintah akan menentukan tingkat keberhasilan penanganan dari gangguan mental yang terjadi.

Terkait dengan kesehatan mental ini, salah satunya adalah tingkat kepercayaan yang menurun drastis atau krisis percaya kepada orang lain termasuk keluarga.

Apa  Trust Issue itu ?

 

Trust issue adalah suatu keadaan di mana seseorang sulit percaya terhadap orang lain. Diyakini dengan cara apapun akan tetap seperti itu. Ia takut berbagai hal buruk akan terjadi jika terlalu menaruh harapan kepada orang tersebut.

Menurut penulis Trust issue dapat timbul karena beberapa hal, diantaranya :

Pernah diperlakukan  buruk  oleh orang lain

Melihat sesuatu yang membekas dan menimbulkan trauma

Pernah dikhianati oleh orang yang sangat dipercaya

Diremehkan dan tidak dihargai

Hidup dalam lingkungan yang lemah karakter baik

Mempunyai pola didik masa kecil salah salah

Kehilangan orang yang dipercaya

Dan sebagainya

Terkadang seseorang tidak sadar bahwa dia masuk pada garis Trust Issue. Tetapi dia sadar bahwa ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini dirasakannya, seperti :

1. Sulit Percaya Orang Lain
Seseorang yang terkena trust issue akan sulit menaruh kepercayaan terhadap orang lain, karena menganggap semuanya sama seperti orang yang pernah menyakitinya.

Sebaik apapun kita , tetap tidak akan bisa dipercaya dan diterima oleh mereka yang memiliki trust issue. Orang-orang ini cemas dan khawatir masa lalu pahitnya terulang kembali.

2. Sulit  Menerima Orang Lain
Mereka cemas dan selalu curiga terhadap ucapan dan tindakan orang lain. Mereka memilih untuk berhati-hati dengan tidak terbuai oleh ucapan yang meyakinkannya untuk percaya kepada orang tersebut.

3. Berprasangka Buruk
Disebabkan pernah punya pengalaman pahit, dikhianati dan disakiti, orang yang memiliki trust issue akan sering berprasangka buruk, jadi menganggap setiap orang adalah ancaman.

    Ia juga seringkali memikirkan hal negatif yang padahal sebenarnya tidak mungkin terjadi. Prasangka buruk ini tak hanya ditujukan pada orang yang belum dikenali, namun juga kerabat dekat, apalagi  bila sebelumnya memang diberi masa lalu gelap oleh orang-orang terdekat. Setiap ada permasalahan yang mengarah pada pengalaman pahitnya itu, seseorang yang trust issue pasti akan menanggapinya dengan prasangka buruk.

4. Menarik Diri dari khalayak
Karena mengganggap  orang lain dianggap sebagai sebuah ancaman, orang dengan trust issue seringkali menarik diri dari khalayak. Ia lebih memilih untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia takut rencana dan keinginannya rusak akibat campur tangan orang lain.

Jadi bila ada teman kita tiba-tiba mengasingkan diri, mungkin sedang mengalami trust issue.

 5. Resah dan Gelisah
Orang dengan trust issue akan lebih sering resah dan gelisah. Sebenarnya dia juga butuh orang lain tetapi  rasa takut disakiti dan dikhianati. Sehingga kemungkinan berujung stres.

Di akhir tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca, mari hidup dengan 

Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Apalagi untuk jaman sekarang, di mana kondisi manusia sangat menjungjung dan mengagung-agungkan  sifat dan sikap individualisme. Bagaimana tidak dunia saat sedang sakit, karena semua aspek mengalami krisis. Tahun-tahun terberat telah dan sedang kita lalui, yaitu tahun 2020-2021 di mana Covid-19 menjadi penyebab yang paling besar perannya memberikan dampak negative di semua aspek.

Tingkat ekonomi yang pernah mencapai minus 5%, bahkan menurut Badan  Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 sebesar minus 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019, atau year on year (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2020, atau quarter to quarter (qtq), angkanya minus 4,19 persen.

Ekonomi Indonesia sempat hancur lebur pada tahun lalu akibat pandemi covid-19. Kini kasus positif harian covid mulai mereda, pemerintah optimistis tahun ini ekonomi tumbuh positif di kisaran 4% dan tahun depan di atas 5%.

Dalam webinar Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 di Jakarta Kamis (9/12/2021),, Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian menjelaskan salah satu faktor pendorongnya adalah peningkatan realisasi investasi akibat reformasi perizinan yang dijalankan beberapa waktu terakhir.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 hingga kuartal III 2021, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cukup lumayan yaitu 73% dari target Rp 900 triliun.

Tetapi efek apa yang dialami seseorang saat pandemic Covid-19, masih sangat terasa. Menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, perubahan yang terjadi selama pandemik COVID-19 akan mempengaruhi kesehatan mental bagi pasien, tenaga medis, keluarga, maupun orang yang merasakan dampak dari perubahan kebijakan yang terjadi.

Masih menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, faktor yang menentukan terjadinya peningkatan risiko gangguan jiwa antara lain jenis kelamin wanita, usia produktif dan usia lansia, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pekerja yang bermigrasi, dan makin dekat dengan daerah penyebaran tertinggi.

Berdasarkan tingkatan kerentanan populasi untuk berkembangnya gangguan jiwa dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu tingkatan tertinggi di tingkat pertama dan tingkat terendah di tingkat keempat. Adanya kerjasama dari berbagai pihak termasuk pemerintah akan menentukan tingkat keberhasilan penanganan dari gangguan mental yang terjadi.

Terkait dengan kesehatan mental ini, salah satunya adalah tingkat kepercayaan yang menurun drastis atau krisis percaya kepada orang lain termasuk keluarga.

Apa  Trust Issue itu ?

 

Trust issue adalah suatu keadaan di mana seseorang sulit percaya terhadap orang lain. Diyakini dengan cara apapun akan tetap seperti itu. Ia takut berbagai hal buruk akan terjadi jika terlalu menaruh harapan kepada orang tersebut.

Menurut penulis Trust issue dapat timbul karena beberapa hal, diantaranya :

Pernah diperlakukan  buruk  oleh orang lain

Melihat sesuatu yang membekas dan menimbulkan trauma

Pernah dikhianati oleh orang yang sangat dipercaya

Diremehkan dan tidak dihargai

Hidup dalam lingkungan yang lemah karakter baik

Mempunyai pola didik masa kecil salah salah

Kehilangan orang yang dipercaya

Dan sebagainya

Terkadang seseorang tidak sadar bahwa dia masuk pada garis Trust Issue. Tetapi dia sadar bahwa ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini dirasakannya, seperti :

1. Sulit Percaya Orang Lain
Seseorang yang terkena trust issue akan sulit menaruh kepercayaan terhadap orang lain, karena menganggap semuanya sama seperti orang yang pernah menyakitinya.

Sebaik apapun kita , tetap tidak akan bisa dipercaya dan diterima oleh mereka yang memiliki trust issue. Orang-orang ini cemas dan khawatir masa lalu pahitnya terulang kembali.

2. Sulit  Menerima Orang Lain
Mereka cemas dan selalu curiga terhadap ucapan dan tindakan orang lain. Mereka memilih untuk berhati-hati dengan tidak terbuai oleh ucapan yang meyakinkannya untuk percaya kepada orang tersebut.

3. Berprasangka Buruk
Disebabkan pernah punya pengalaman pahit, dikhianati dan disakiti, orang yang memiliki trust issue akan sering berprasangka buruk, jadi menganggap setiap orang adalah ancaman.

    Ia juga seringkali memikirkan hal negatif yang padahal sebenarnya tidak mungkin terjadi. Prasangka buruk ini tak hanya ditujukan pada orang yang belum dikenali, namun juga kerabat dekat, apalagi  bila sebelumnya memang diberi masa lalu gelap oleh orang-orang terdekat. Setiap ada permasalahan yang mengarah pada pengalaman pahitnya itu, seseorang yang trust issue pasti akan menanggapinya dengan prasangka buruk.

4. Menarik Diri dari khalayak
Karena mengganggap  orang lain dianggap sebagai sebuah ancaman, orang dengan trust issue seringkali menarik diri dari khalayak. Ia lebih memilih untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia takut rencana dan keinginannya rusak akibat campur tangan orang lain.

Jadi bila ada teman kita tiba-tiba mengasingkan diri, mungkin sedang mengalami trust issue.

 5. Gelisah
Orang dengan trust issue akan lebih sering gelisah. Sebenarnya dia juga butuh orang lain tetapi  rasa takut disakiti dan dikhianati. Sehingga kemungkinan berujung stres.

Di akhir tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca, mari hidup dengan berdamai dengan kondisi, maafkan diri sendiri dan orang lain, pahamkan diri bahwa positif thinking lebih sehat untuk fisik dan mental.

Stay Bright.

Penulis : Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun