Oleh Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd
Dalam hitungan beberapa  hari lagi tahun berganti. Tahun terberat setiap orang berbeda-beda. Tapi rasanya khusus tahun 2020-2021 ini bisa dalam Katagori Terberat untuk semua orang.  Banyak indikator bahwa tahun 2020-2021 ini yang dapat kita masukkan dalam katagori Tahun Terberat, karena beberapa hal di bawah ini :
- Tahun Pandemi Covid-19
- Dampak negative Pandemi Covid-19 di  segala bidang, seperti : ekonomi, pendidikan, kesehatan, social, pariwisata, industri, dan semua aspek usaha.
- Menurunnya secara drastis tingkat kesehatan fisik dan mental
- Meningkatnya grafik dalam dunia bisnis yang gulung tikar
- Meningkatnya grafik pemberhentian karyawan
- Meningkatnya grafik pengangguran
- Meningkatnya grafik perceraian
- Menbingkatnya grafik tindak kriminal
- Meningkatnya grafik anak putus sekolah
- Menurunnya grafik daya beli
- Menurunnya investasi dalam negeri
- Meningkatnya grafik kredit macet pada perbankan
- Krisis Moneter
- Krisis Politik
- Krisis Etika
- Krisis Mental
- Krisis Kesehatan
- Dan masih banyak lagi lainnya.
Bila kita telaah lagi masih banyak lagi indikator -indikator pendukung tahun 2020-2021 ini manjadi Tahun Terberat bagi semua orang. Karena ini berlaku bukan hanya di suatu kota, wilayah, negara bahkan ini berlaku di dunia.
Lalu apa yang harus kita lakukan ? Jawabnya adalah Evaluasi diri. Siapa yang harus Evaluasi Diri ? Jawabnya adalah semua, baik secara pribadi ataupun lembaga, bahkan tak ada salahnya regulasi-regulasi juga harus diavaluasi ulang. Karena permasalahan yang sangat komplek dan menyangkut semua aspek kehidupan.
Jadi intinya kita telah berada dan sedang berada di tahun krisis. Apa itu Krisis ?
Menurut Iriantara (2004), manajemen krisis adalah salah satu bentuk saja dari ketiga bentuk respon manajemen terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi. Manajemen krisis didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis bargaining and negotiation), membuat keputusan di saat krisis (crisis decision making), dan memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecah masalah dari krisis yang muncul dengan menggunakan strategi manajemen krisis yang mungkin dilakukan.
Sedangkan Machfud (1998), krisis adalah suatu kejadian, dugaan atau keadaan yang mengancam keutuhan, reputasi, atau keberlangsungan individu atau organisasi. Hal tersebut mengancam rasa aman, kelayakan dan nilai-nilai sosial publik, bersifat merusak baik secara aktual maupun potensial pada organisasi, dimana organisasi itu sendiri tidak dapat segera menyelesaikannya. Powell (2005), krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata.
Menurut ahli Fink (1986), krisis adalah keadaan yang tidak stabil dimana perubahan yang cukup menentukan mengancam, baik perubahan yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik.
Bagaimana di tahun 2022 ini, banyak pertanyaan yang belum terjawab dan akan terjawab di tahun depan. Banyak harapan di tahun 2022 sebanyak .
Harapan terbesar adalah hilangnya Covid-19 dan kehidupan menjadi baik dan kondisi normal kembali sehingga banyak target yang tidak tercapai akan kita capai di tahun 2022 nanti. Pastinya dengan solusi manajemen krisis yang tepat.
Penanganan krisis perlu mengambil langkah--langkah yang tepat agar proses penanganan dapat berjalan secara baik dan kondisi perusahaan atau organisasi dapat berjalan kondusif kembali.
Menurut Iriantara (2004), terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola atau menejemen sebuah krisis, yaitu:
- Identifikasi krisis. Dalam mengidentifikasi krisis, praktisi public relations melakukan penelitian, yang penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat. Katakanlah di sini praktisi public relations mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan tindakan.
- Analisis krisis. Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat.
- Isolasi krisis. Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.
- Pilihan Strategi. Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan.
Sedangkan menurut Nova (2011), langkah-langkah penanganan krisis adalah sebagai berikut:
- Peramalan krisis (forcasting).
Manajemen krisis bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor ketidakpastian seminimal mungkin. Setiap perusahaan menghadapi masa depan yang selalu berubah dan arah perubahannya tidak bisa diduga (uncertainly condition). Untuk itu peramalan terhadap krisis (forcasting) perlu dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan dan menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang terjadi di dunia bisnis. Untuk memudahkannya, manajemen dapat melakukan peramalan (forcasting) dengan memetakan krisis pada peta barometer krisis.
- Pencegahan krisis (prevention).
Langkah-langkah pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra krisis. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak dapat dicegah, manajemen harus mengupayakan agar krisis tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk itu, begitu terlihat tandatanda krisis, segera arahkan ke tahap penyelesaian.
- Intervensi krisis (intervantion).
Langkah intervensi dalam situasi krisis bertujuan untuk mengakhiri krisis. Pengendalian terhadap kerusakan (damage control) dilakukan pada tahap akut. Langkah-langkah pengendalian terhadap kerusakan diawali dengan identifikasi, isolasi (pengucilan), membatasi (limitation), menekan (reduction), dan diakhiri dengan pemulihan (recovery).
Pada prinsipnya sangat penting pada tahun-tahun terberat ini kita evaluasi diri sehingga mengetahui apa saja yang harus diperbaiki dalam rangka mitigasi krisis di tahun depan. Krisis apa saja yang akan menimpa diharapkan tidak akan terjadi atau dapat diminimalisir sehingga dampak negatifnya tidak kita rasakan.
Di akhir tulisan ini, penulis ingin sampaikan harapan semoga tahun 2022 akan menjadi tahun yang bebas Covid-19 dan pertumbuhan ekonomi terus meningkat, serta terbebas dari krisis apapun, baik kesehatan, ekonomi, industry, pariwisata, social, apalagi krisis karakter/mental. Aamiin.
Penulis :
Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd
Dosen Universitas Batam
Dosen Universitas Ibnu Sina Batam
Dosen Universitas Terbuka
Daftar Pustaka
- Fink, Steven. 1986. Crisis Management Planning For The Inevitable. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Machfudz, D.M. 1998. Ketika Perusahaan Menghadapi Krisis. Jurnal ISKI Manajemen Krisis, No.2, Oktober 1998.
- Putra, I Gusti Ngurah. 1999. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
- Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia Indonesia.
- Prayudi. 2008. Manajemen Isu - Pendekatan Public Relations. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H