Menurut Iriantara (2004), terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola atau menejemen sebuah krisis, yaitu:
- Identifikasi krisis. Dalam mengidentifikasi krisis, praktisi public relations melakukan penelitian, yang penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat. Katakanlah di sini praktisi public relations mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan tindakan.
- Analisis krisis. Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat.
- Isolasi krisis. Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.
- Pilihan Strategi. Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan.
Sedangkan menurut Nova (2011), langkah-langkah penanganan krisis adalah sebagai berikut:
- Peramalan krisis (forcasting).
Manajemen krisis bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor ketidakpastian seminimal mungkin. Setiap perusahaan menghadapi masa depan yang selalu berubah dan arah perubahannya tidak bisa diduga (uncertainly condition). Untuk itu peramalan terhadap krisis (forcasting) perlu dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan dan menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang terjadi di dunia bisnis. Untuk memudahkannya, manajemen dapat melakukan peramalan (forcasting) dengan memetakan krisis pada peta barometer krisis.
- Pencegahan krisis (prevention).
Langkah-langkah pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra krisis. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak dapat dicegah, manajemen harus mengupayakan agar krisis tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk itu, begitu terlihat tandatanda krisis, segera arahkan ke tahap penyelesaian.
- Intervensi krisis (intervantion).
Langkah intervensi dalam situasi krisis bertujuan untuk mengakhiri krisis. Pengendalian terhadap kerusakan (damage control) dilakukan pada tahap akut. Langkah-langkah pengendalian terhadap kerusakan diawali dengan identifikasi, isolasi (pengucilan), membatasi (limitation), menekan (reduction), dan diakhiri dengan pemulihan (recovery).
Pada prinsipnya sangat penting pada tahun-tahun terberat ini kita evaluasi diri sehingga mengetahui apa saja yang harus diperbaiki dalam rangka mitigasi krisis di tahun depan. Krisis apa saja yang akan menimpa diharapkan tidak akan terjadi atau dapat diminimalisir sehingga dampak negatifnya tidak kita rasakan.
Di akhir tulisan ini, penulis ingin sampaikan harapan semoga tahun 2022 akan menjadi tahun yang bebas Covid-19 dan pertumbuhan ekonomi terus meningkat, serta terbebas dari krisis apapun, baik kesehatan, ekonomi, industry, pariwisata, social, apalagi krisis karakter/mental. Aamiin.
Penulis :
Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd
Dosen Universitas Batam