Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang terdidik itu sangat penting.Â
Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Adanya pendidikan anak miliki yang akan memobilisasi terhadap masa depannya, sehingga kesejahteraan hidup mendampinginya. Â
Terkadang sikap orang tua juga membuat anak semakin bersalah bila mendapat nilai yang kurang memuaskan di sekolah.
Dari paparan di atas tidak mungkin anak paham seperti pemahaman orang dewasa, persepsi anak tidak seperti persepsi orang dewasa.
Menurut penulis ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua bila  anak mendapatkan nilai kurang memuaskan, tidakan yang bijak adalah :
- Tetap memberi apresiasi kepada anak untuk menjaga mental sehatnya.
- Berdiskusi tentang kendala belajar yang dialami oleh anak
- Menawarkan bantuan kita, karena terkadang anak segan akan minta bantuan kepada orang tua
- Membimbing dengan cara yang nyaman buat anak, karena anak mempunyai persepsi tersendiri tentang gaya belajarnya
- Memberi gambaran konsekuensi bila nilai tidak mencapai target dengan pemilihan diksi yang mudah dipahami anak
- Tidak boleh membandingkan dengan nilai anak lain
- Tanyakan pelajaran apa yang disukai
- Menanyakan pendapatnya tentang pelajaran tersebut dari sisi pandang anak
- Memastikan kesehatan dan mood anak dalam kondisi baik
- Ciptakan suasana positif dalam setiap kondisi.
 Jadi bila si anak mendapatkan nilai Matematikanya 60 dan keseniannya 95 maka, tidak bisa dikatakan bahwa anak tersebut tidak hebat.
Dengan luasnya wawasan orang tua akan membantu anak bahwa, ada tokoh dunia yang mempunyai keahlian di bidang berbeda, misalnya,  Ibnu Sina Dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern". Ia dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat, seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter.  Kemudian  Al Khawarizmi Pelopor konsep aljabar, algoritma dan bilangan nol. Ia merupakan ilmuwan penting dalam sejarah matematika.
Berikutnya ada Ibnu Khaldun Peneliti filsafat, sejarah, ekonomi dan sosiologi,  Al Biruni Peneliti astronomi, matematika, filsafat, sejarah dan farmasi. Lalu  Ibnu Al Muqaffa Penulis kitab Al-Hayawan (ensiklopedia hewan). Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia sebagai acuan bahwasannya manusia dilahirkan dengan kelebihan kompetensi di bidang yang berbeda antara manusia satu dengan manusia lainnya. Oleh karena itu jadikanlah anak kita untuk mengenalkan kompetisi sehat dengan kompetensi yang dimiliki.
Orang tua tugasnya adalah mensupport, mengawal, mendampingi dan mengarahkan, bukan menentukan pilihan di mana anak kita tidak mempunyai kompetensi di bidang pilihan-kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, agar tidak lagi menjadi orang yang bijak dalam membimbing dan membersamai anak-anak kita dalam proses belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H