Mohon tunggu...
sarmini Dr
sarmini Dr Mohon Tunggu... Dosen - Terus belajar dan tebar manfaat

Seorang yang akan terus belajar dan tebar manfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Kita, Kompetisi Anak atau Kompetisi Orangtua?

6 April 2022   08:25 Diperbarui: 6 April 2022   08:30 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan Kita, Kompetensi anak atau Orang Tua ? (berkeluarga.id)

Oleh Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd

Ketika seorang anak pulang dan membawa nilai 45 untuk pelajaran Matematikanya, orang tua bereaksi  marah dan berkata, " Apa saja yang abang kerjakan di sekolah sampai Matematika mendapatkan nilai 45 ? Dulu ayah jago Matematika, ibumu juga, masa sekarang abang hanya mendapatkan nilai segitu ? Harusnya kan lebih dari ayah dan ibu. Itu anak bu RT saja Matematika selalu mendapat nilai 100, malulah ayah !"

Yang terjadi si anak menjadi sedih, takut, kecewa dan merasa tak berguna walau sudah belajar sedemikian beratnya dari sisi pandang si anak. 

Dibandingkan dengan anak lain yang kemampuannya lebih merupakan mimpi buruk, apalagi orang tua  sendiri yang melakukan komunikasi verbal negative. Dampak yang terjadi lebih buruk.

Dan ini membuat anak akan menjadi malas belajar, berbohong untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan mencontek, sehingga mendapatkan pujian dari orang tuanya. 

Bila hal ini terus berlangsung maka terus menerus, maka bagaimana pendidikan karakter akan berhasil ? Komunikasi yang baik sangat penting dalam pendampingan anak untuk dapat kompetisi sehat, karena yang akan melakukan kompetisi dalam hal ini adalah anak, bukan orang tuanya.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?

Menurut Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam buku Communication Network: Toward a New Paradigm for Research (1981) menyebutkan komunikasi ialah proses di mana dua orang atau lebih membentuk ata melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

Menurut Shannon dan Weaver C. Shannon dan W. Weaver dalam buku The Mathematical Theory of Communication (1949), komunikasi yakni bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain secara sengaja dan tidak sengaja.

Sedangkan  komunikasi ada 2 bentuk, yaitu verbal / lisan  dan non verbal/ selain lisan. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dalam bentuk lisan untuk bertukar informasi. 

Contoh komunikasi verbal adalah berbincang tatap muka, berbincang melalui telepon, pengumaman menggunakan pengeras suara,-hingga-pidato.

Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksud dari pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Perlu digaris bawahi di akhir kalimat pada devinisi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Seyogyanya memang demikian, pendidikan membuat bahagia. Bila pendidikan membuat kesedihan maka harus dievaluasi, apa yang salah dalam prosesnya.

Sedangkan anak adalah anak, bukan orang dewasa yang fisikanya kecil. Jadi tak mungkin bisa berfikir seperti kita, orang dewasa. Maka ketika orang dewasa berkata, Abang piker dong, kalau bang seperti itu kan ditiru adek, masak begitu saja tak bisa ?"

Nah, dalam hal ini orang tua ternyata tak memahami siapa yang diajak bicara.

Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 yaitu: Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental sosial secara utuh,serasi,selaras dan seimbang.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 yaitu: " Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.9

Pengertian anak dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi : " Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan". 

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak sehingga bisa menikmati hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindung dari kekerasan dan diskriminasi.

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam hal yang terpenting dalam dalam kehidupan kita ini, berarti manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dengan pendidikan yang dimilikinya. 

Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang terdidik itu sangat penting. 

Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Adanya pendidikan anak miliki yang akan memobilisasi terhadap masa depannya, sehingga kesejahteraan hidup mendampinginya.  

Terkadang sikap orang tua juga membuat anak semakin bersalah bila mendapat nilai yang kurang memuaskan di sekolah.

Dari paparan di atas tidak mungkin anak paham seperti pemahaman orang dewasa, persepsi anak tidak seperti persepsi orang dewasa.

Menurut penulis ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua bila  anak mendapatkan nilai kurang memuaskan, tidakan yang bijak adalah :

  • Tetap memberi apresiasi kepada anak untuk menjaga mental sehatnya.
  • Berdiskusi tentang kendala belajar yang dialami oleh anak
  • Menawarkan bantuan kita, karena terkadang anak segan akan minta bantuan kepada orang tua
  • Membimbing dengan cara yang nyaman buat anak, karena anak mempunyai persepsi tersendiri tentang gaya belajarnya
  • Memberi gambaran konsekuensi bila nilai tidak mencapai target dengan pemilihan diksi yang mudah dipahami anak
  • Tidak boleh membandingkan dengan nilai anak lain
  • Tanyakan pelajaran apa yang disukai
  • Menanyakan pendapatnya tentang pelajaran tersebut dari sisi pandang anak
  • Memastikan kesehatan dan mood anak dalam kondisi baik
  • Ciptakan suasana positif dalam setiap kondisi.

 Jadi bila si anak mendapatkan nilai Matematikanya 60 dan keseniannya 95 maka, tidak bisa dikatakan bahwa anak tersebut tidak hebat.

Dengan luasnya wawasan orang tua akan membantu anak bahwa, ada tokoh dunia yang mempunyai keahlian di bidang berbeda, misalnya,  Ibnu Sina Dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern". Ia dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat, seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter.  Kemudian  Al Khawarizmi Pelopor konsep aljabar, algoritma dan bilangan nol. Ia merupakan ilmuwan penting dalam sejarah matematika.

Berikutnya ada Ibnu Khaldun Peneliti filsafat, sejarah, ekonomi dan sosiologi,  Al Biruni Peneliti astronomi, matematika, filsafat, sejarah dan farmasi. Lalu  Ibnu Al Muqaffa Penulis kitab Al-Hayawan (ensiklopedia hewan). Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia sebagai acuan bahwasannya manusia dilahirkan dengan kelebihan kompetensi di bidang yang berbeda antara manusia satu dengan manusia lainnya. Oleh karena itu jadikanlah anak kita untuk mengenalkan kompetisi sehat dengan kompetensi yang dimiliki.

Orang tua tugasnya adalah mensupport, mengawal, mendampingi dan mengarahkan, bukan menentukan pilihan di mana anak kita tidak mempunyai kompetensi di bidang pilihan-kita.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, agar tidak lagi menjadi orang yang bijak dalam membimbing dan membersamai anak-anak kita dalam proses belajarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun