Dia lupa bahwa setiap omongannya bisa membunuh harapannya sendiri.Â
Dia tidak mampu menahan emosi dan mengendapkannya barang satu atau dua jam umtuk menjernihkan pikiran.Â
Kamila membaca isi pesan Fadhil lebih dari sekali. Dia berfikir, inikah Fadhil yang dia kenal?Â
Kamila lantas menulis pesan balasan untuk Fadhil. Isinya kurang lebih:Â
Kak Fadhil, kakak pasti orang pintar, buktinya bisa menjadi Dosen dan sepertinya cocok sekali sebagai Dosen. Tetapi menurutku kakak tidak akan berhasil menjadi Politikus, karena kurang bisa bernegosiasi, tidak pandai berbasa-basi, kurang ahli bersilat lidah, tidak mampu menyimpan rasa dan tidak suka tipu-tipu sedikit.Â
Kak Fadhil, teruslah meniti karir sebagai Dosen, tidak usah menjadi eksekutif perusahaan karena kakak kurang pandai mengambil hati. Juga tidak usah menjadi Bupati atau Gubernur karena kakak kurang berani ambil risiko tetapi juga kurang bisa mengendalikan emosi.Â
Kak Fadhil, kadang wanita suka pria yang heroik seperti Rocky Balboa, tapi suka juga tipu-tipu sedikit, misalnya disebut cantik meskipun cuma sedikit, disebut anggun meskipun cuma karena gaun, disebut wajahnya seperti rembulan meskipun hasil make-up.Â
Kak Fadhil, semoga ketemu wanita yang cocok sesuai keinginan dan impian kakak....Â
Aku, ah..sudahlah....Â
Sederet pesan itu tidak jadi dikirim, Kamila berpikir, ada baiknya Fadhil tetap menjadi seperti itu, siapa tahu negeri ini nanti memerlukan sosok-sosok seperti Fadhil.Â
Aku, Kamila, biarlah menjadi aku sendiri. Mahasiswi yang sedang berburu beasiswa. Aku akan beli sepatu tanpa tali.Â