Dan lain-lain pertanyaan remeh-temeh.Â
Kamila berusaha selalu menjawab dengan bahasa ramah dan meladeni dengan baik sebagai ungkapan rasa hormatnya. Bagaimanapun Fadhil pernah menjadi "gurunya" dan masih menjadi Dosennya. Â Â
Janjian bertemu di bangku taman hari itu juga bukan yang pertama. Dan, seperti sebelumnya, untuk pertemuan ini juga Kamila menyiapkan diri sebaik-baiknya. Dia menyiapkan baju, tas, hijab dan rok yang belum pernah dia pakai untuk ketemu Fadhil.Â
Hanya satu yang pernah dia pakai sebelumnya, yaitu sepatunya. Sepatu itu memang selalu dia pakai di kampus.Â
Fadhil pernah ngomong dia suka dengan sepatu dan talinya. Katanya khas dan dia belum pernah lihat orang lain lain memakainya. Omongan Fadhil ini membuat Kamila seolah tidak pernah melepas sepatunya itu.Â
Meski modelnya sudah jadul, sepatu bertali itu memang enak sekali dipakai. Apalagi untuk jalan kesana-kemari dan naik-turun tangga dari satu ruang kelas ke ruang kelas yang lain. Telapak kaki tidak terasa capek.Â
Sebenarnya Kamila juga merasa senang ketemu Fadhil. Orangnya humble, enak menjadi teman ngobrol, wawasannya luas, bisa menjadi tempat bertanya tentang apa saja, dari soal mendoan hingga oli mobil.Â
Apalagi kalau ngobrol tentang film, buku, dan tokoh nasional dari Jokowi hingga Rocky Gerung. Ternyata asyik sekali obrolannya. Dia berharap pertemuan kali ini bisa lebih asyik dari pertemuan sebelumnya. Kamila antusias untuk ketemu Fadhil hari ini.Â
Namun sebagai wanita, Kamila sebisa mungkin berusaha untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa sukanya. Apalagi kenalnya relative belum terlalu lama. Dia masih memegang nilai-nilai agung seorang wanita.Â
Tapi manusia memang hanya bisa membuat rencana. Kamila sama sekali tidak menduga, tetiba ada urusan yang tidak bisa ditunda. Persisnya, kalau tidak segera dia selesaikan, akan mengganggu urusan akademiknya.Â
"Saudara Kamila, tinggal satu syarat lagi yang harus dicukupi, baiknya hari ini sudah lengkap, sehingga segera bisa diurus", itu kata Staf Tata Usaha Fakultasnya.Â