Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmati 2022 Selagi Pemilu Masih Jauh

28 Januari 2022   10:19 Diperbarui: 28 Januari 2022   10:24 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa pekan ini kita sudah masuk menapaki hari demi hari di tahun 2022. Tahun yang dalam ritual lima tahunan, sudah menjauh dari Pemilu 2019 yang lalu, dan masih cukup jauh menuju Pemilu 2024 yang akan datang. 

Karena itu, bolehlah berharap tahun ini menjadi tahun yang relatif adem. Tidak lain karena lingkungan hidup sekitar kita masih bersih dari atribut kampanye dan juga masih jauh dari hiruk-pikuk keramaian pemilihan umum. Keramaian yang sering disebut juga sebagai pesta rakyat. Pesta dalam rangka memilih calon anggota legislatif, calon kepala daerah dan calon pemimpin nasional. 

Suasana adem dan bersih sekarang ini sungguh sayang untuk dilewatkan begitu saja. Pada saatnya nanti adem ini akan berubah menjadi panas, mendidih yang bisa bikin pusing kepala. 

Sebenarnya hari-hari ini pun sudah mulai tercium gelagat para pemain politik melakukan aksi dan atraksinya. Tidak terlalu sulit menangkap gerak malu-malu kucing mereka yang berancang-ancang meluncurkan maksud politiknya. 

Coba amati di perempatan jalan dan tempat strategis lainnya. Bukankah sudah mulai mudah ditemui baliho, poster dan bermacam bentuk promosi diri dengan aneka ragam caption? Sulit untuk tidak menduga bahwa baliho maupun poster itu tidak bertujuan untuk mencari popularitas menjelang Pemilu. 

Nikmatilah 

Anda tidak perlu gusar kalau hari-hari ini di perempatan jalan, selain lampu merah, juga mendapati pemandangan papan iklan berdesakan dengan poster dan baliho. Itu sudah termasuk pemandangan yang paling bersih saat ini. 

Percayalah, ketika hari-hari semakin mendekati Pemilu, semua perempatan jalan akan menjadi lebih "kotor". Poster, baliho dan iklan-iklan dengan berbagai wajah dan tulisan, bukan hanya berdesakan tetapi tumpang tindih satu sama lain. Tumpang tindih dengan iklan shampoo, sabun, makanan, hotel, hingga promosi tabib ahli mengobati lemah syahwat. 

Pemilu 2024 nanti seperti sebelumnya akan ada ribuan calon yang memperebutkan suara rakyat. Semua calon dengan caranya sendiri-sendiri ingin memenangkan pemilihan. Bayangkan saja seperti apa ramainya. 

Sudah pasti ramai, riuh-rendah, bising dan ribut karena acara kampanye dalam berbagai jenis acara dan bentuk media. Belum lagi lalu-lalang informasi dan berita yang merangsek berjejalan hampir di semua sarana media komunikasi. Apabila tidak disaring dengan hati-hati, semuanya akan masuk kepala dan membuat Anda pusing tujuh keliling. 

Oleh karena itu di hari-hari yang tenang ini nikmatilah baik-baik. Nikmati sebelum terlambat. Menikmati sembari bersiap-siap ikut berpartisipasi dalam pesta rakyat. Bagaimana cara menikmatinya? Sesuaikan saja dengan peran yang Anda sandang. 

Peran sebagai calon 

Jika Anda adalah salah seorang calon yang hendak berperan aktif mendulang suara rakyat, siapkan dari sekarang rencana "menjual diri" untuk menggenjot popularitas. Apabila akan menggunakan baliho, poster, leaflet ataupun flyer, pasanglah wajah yang memancarkan kesejukan dan senyum simpatik. Pancaran yang hanya akan muncul dari hati yang juga sejuk dan pikiran yang juga positif. Belum terlambat untuk melatih hati dan pikiran Anda sedari sekarang. 

Lalu, untuk "caption", siapkan narasi ringkas, penuh makna tapi mudah dimengerti. Isinya tentu saja jangan sampai menimbulkan kesan keminter dan kemaki alias sombong. Tetapi juga jangan sampai mengundang komentar yang mengekspresikan stempel kebodohan. Tidak ada orang yang suka kesombongan dan kebodohan. 

Untuk baliho atau poster, perhitungkan dengan cermat waktu dan lokasi pemasangannya. Jangan sampai terjadi baliho dan poster yang bagus, indah dan cantik serta mahal, pemasangannya justru menimbulkan rasa benci dan antipati. Salah waktu, keliru kata, salah tempat, keliru gambar menandakan miskin kreastifitas dan nir-empati. Buntutnya bisa menjadi bahan ejekan dan lucu-lucuan. 

Tidak kalah penting, pastikan Anda memiliki mental yang cukup kuat dan anggaran yang cukup. Banyak cerita calon yang gagal tidak terpilih menjadi jatuh miskin, terlilit hutang, jatuh mental dan bahkan menderita gangguan jiwa. Disisi lain, banyak cerita bahwa yang berhasil terpilih lalu menjadi lupa diri, lupa kacang akan kulitnya. 

Ingat selalu, tujuan utama mencalonkan diri dalam Pemilu adalah membangun dan memajukan kesejahteraan bangsa. Kalau nantinya menjadi bertambah kaya, itu adalah bonus. Sedangkan kalau kebetulan ditangkap KPK, anggap saja lagi bernasib jelek. 

Peluang usaha 

Bagi Anda yang jeli meilhat peluang, Pemilu bisa menjadi ladang bisnis menggiurkan. Apalagi, anggaran negara untuk menyelenggarakan pemilu dari waktu ke waktu terus bertambah besar. Bagi pemburu untung pesta rakyat ini juga kesempatan emas untuk mengeruk untung. Pembuat kaos, banner, bendera, poster, baliho, designer, content creator, fotografer, percetakan bakal kebanjiran order. Demikian juga usaha jasa angkutan, event organizer, pemusik, penyanyi, dan perangkat promosi. Bersiaplah. 

Petugas penyelenggara 

Jika Anda berperan sebagai petugas pemilu, di bagian apapun, itu berarti amanah rakyat ada di pundak. Sebaiknya hati-hati dalam mengemban amanah besar ini. Sudah sangat jamak, di setiap sektor yang memiliki kewenangan dan anggaran besar, godaannya juga akan lebih besar dan lebih berat. 

Dari berkali-kali Pemilu selalu ada "korban" baik yang berakhir di balik jeruji maupun yang gugur. 

Belajar dari pengalaman adalah sebuah perilaku bijak. Keledai tidak terperosok ke lubang yang sama, maka jangan mengulang kesalahan dan keteledoran yang pernah terjadi. Nikmatilah tugas dan fasilitasnya, tapi juga jangan lupa untuk selalu memperkuat iman. 

Pemilik suara 

Apakah posisi Anda "hanya" orang yang ditunggu kehadirannya untuk memberi suara? Jangan kecil hati, justru Andalah penentu kesuksesan pesta ini. Suara Anda akan menentukan siapa pemimpin Nasional dan Wakilnya serta siapa saja yang berhak duduk di kursi parlemen selama lima tahun berikutnya. Mereka-merekalah yang mudah-mudahan akan membuat negeri tercinta ini menjadi makmur, bukan sebaliknya. 

Nikmatilah masa adem ini dengan mencoba mulai mengenal mereka dengan baik dan benar. Kalau perlu membuat catatan hitam maupun putih atau rekam jejak calon pilihan Anda. Jangan sampai seperti memilih kucing dalam karung. Bisa jadi bukan si belang yang didapat tetapi ular. 

Anda yang tidak peduli 

Banyak hal yang membuat orang menjadi bersikap tidak peduli. Salah satunya, pesta rakyat lima tahunan ini tidak membawa pengaruh dan perubahan apapun baginya pribadi. Dalam pandangannya, yang hidup susah, tetap susah, yang hidup miskin pun tetap miskin, hanya usia saja yang bertambah tua. 

Bisa juga orang menjadi tidak peduli karena anggaran negara yang besar untuk pesta ini tidak sepadan dengan hasilnya. Itu kemudian membuatnya tidak bergairah, apriori dan bahkan apatis. Dia merasa tidak perlu peduli dengan apapun terkait pesta meriah lima tahunan ini.   

Sikap seperti itu ternyata sudah ditengarai sebagai "buta politik" oleh budayawan Jerman, Bertolt Brecht (1898-1956). Dia menyampaikan berbahayanya sikap seperti ini dalam sebuah paragraf:  "buta huruf terburuk adalah buta huruf politik. Dia tuli, bisu, lumpuh dalam kegiatan politik.  Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga sayuran, ikan, tepung, sewa rumah, sepatu, obat, semua ditetapkan melalui keputusan politik.  Buta politik begitu bodoh dengan merasa bangga membenci politik.  Padahal justru dari ketidaktahuan politiknya lahirlah pelacur, anak terlantar, pencuri, politikus jahat, koruptor dan manusia bermental jongos". 

Untuk tidak menjadi buta politik, memilihlah dengan didasari pada kesadaran siapa yang dipilih dan paham apa dan bagaimana dampak dari pilihannya tersebut 

Penutup 

Disadari atau tidak, dirasakan atau tidak, dari hari ke hari pesta rakyat semakin mendekat. Melalui pesta itulah nasib bangsa akan ditentukan. Siapapun dan apapun perannya, Anda juga akan ikut menentukan arah langkah maju meraih tujuan bangsa dan negara ini. Itu paling tidak untuk lima tahun setelahnya. 

Mari bersama-sama menikmati masa adem ini sembari bersiap-siap ikut aktif berpartisipasi meramaikan pesta rakyat lima tahun sekali. Pesta kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun