Selain Lamin yang merupakan tokoh utama pada masa sekarang, Bagus di masa lalu (tahun 90an), ada beberapa tokoh yang menggabungkan jalan cerita antara masa lalu dan sekarang. Yaitu Ivan, Kas, Jingan, Baby, dan Mayor Hanam (ada beberapa tokoh yang sekilas muncul).
Mereka ada yang dipihak Zaliman dan ada yang di pihak Lamin meskipun orang-orang tersebut banyak konspirasi juga.
Selain jalan cerita yang bikin gregetan dan penasaran setiap babnya, kondisi masyarakat ataupun kondisi sosial Wiranacita bikin pembaca mampu merasakan bagaimana kelam dan kerasnya kehidupan di sana, mayarakat yang enggan membaca, enggan menelisik lebih dalam informasi, mudah tertipu berita palsu dan main hakin sendiri, bikin suasana di sana tuh kaya sama aja antara diktator dan masyarakat, sama-sama nggak diandalkan.Â
Padahal ada anak-anak mudah yang getol melakukan perubahan, tapi "dimatikan" oleh penguasa, antara dilenyapkan atau diberikan jabatan yang ujung-ujungnya malah berpihak pada diktator, begitu sebaliknya, masyarakat awam juga nggak ambil pusing bagaimana anak-anak muda ingin ambil peran untuk perubahan, malah masyarakat gampang kemakan hoax, gampang main hakim sendiri, gampang percaya penguasa padahal belum tentu membawa kebajikan untuk masyarakat. Wiranacita seperti tidak memiliki masa depan.
"Buat saya, baris-baris ini artinya iman itu mirip pisang. Manis dan lunak. Mudah diolah, banyak yang suka. Itulah yang buat orang suka olok-olok iman orang lain. Orang-orang bisa marah. Namun dalam hati siapa yang tahu? Jangan-jangan justru olok-olok imanlah yang paling ditunggu masyarakat". obrolan Kas dengan Lamin, halaman 35.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H